Final Liga Champions Pertemukan Inter Milan vs Man City, Ajang Edin Dzeko Buktikan Diri
Kondisi bak anak tiri Edin Dzeko di Manchester City bila dibandingkan dengan Sergio Aguero maupun penyerang lain yang jadi rekannya bahkan diakui sendiri oleh Micah Richards yang juga menjadi penggawa The Sky Blues masa itu.
Richards yang kini aktif tampil di layar kaca sebagai pundit sedikit menyesali karena Dzeko kerap terlupakan. Bahkan momen paling ikonik Manchester City kala mengunci titel Liga Inggris 2011/2012 dalam partai vs Quees Park Rangers pun sebenarnya ada peran besar Dzeko namun gol dramatis Aguero lebih diingat kebanyakan orang.
"Edin pemain brilian. Pribadi paling baik yang pernah saya temui. Saya rasa ia pasti tidak senang karena saat orang bicara soal City semuanya akan mengenai Aguero. Semua orang cinta Balotelli, semua orang suka Tevez, namun Dzeko selalu jadi nomor dua," beber Richards pada CBS Sports.
"Contohnya di pertandingan melawan QPR. Memang ada momen magis Aguero namun Dzeko mencetak gol penyama skor lebih dulu. Gol yang luar biasa vital," imbuhnya kemudian.
Merasa jika dirinya tidak akan bisa berkembang secara maksimal di Manchester City, Dzeko kemudian memutuskan untuk hijrah ke Italia pada bursa transfer musim panas 2015 dan nomor punggung 10 miliknya pun diambil Aguero. Klub pertama yang ia tuju adalah AS Roma.
Bersama Serigala Ibukota, ia bertahan selama enam musim dan tidak satupun yang dilewatkan tanpa mencetak dua digit gol. Di 2016/2017 predikat top skor Liga Italia bahkan digondolnya berkat torehan 29 lesakan.
Per 2021/2022, Dzeko kemudian menyebrang ke Inter Milan. Kendati saat menjejakkan kaki ke kota mode usianya sudah mulai mendekati kepala empat, namun ketajamannya tetap belum hilang juga.
Kini sudah dua musim beruntun rekor minimal 10 golnya tiap musim di Italia masih bisa terjaga dalam kostum biru dan hitam ala La Beneamata. Bukan tidak mungkin pada musim depan kontraknya akan diperpanjang untuk setahun lagi.
Sekali lagi, Edin Dzeko memang sudah memasuki senja karier dan fisiknya tidak lagi sekuat dulu namun kematangan isi kepalanya masih bisa menjadi senjata berbahaya.
Di final Liga Champions nanti, Manchester City sebaiknya mewaspadai ambisi sang mantan striker untuk membuktikan diri. Baik dipasang sebagai starter, atau dijadikan super sub.