Punya Stok Gelandang Berkelas, Kenapa Man United Masih Inginkan Mason Mount?

Mason Mount menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam menyerang saat dilatih Thomas Tuchel, di mana ia bermain di sektor kanan penyerangan.
Tapi, Mount bukan menjadi seorang winger melainkan gelandang sisi kanan, yang akan menopang winger. Jika di Chelsea, ia menopang Reece James yang berposisi Wing Back.
Selain itu, di posisi gelandang kanan itu Mount bisa menjadi Inside Forward untuk menjadi kreator kedua di belakang kreator utama. Jika di Man United, maka ia akan bertugas sebagai kreator kedua setelah Bruno Fernandes di posisi nomor 10 asli.
Di area kanan yang biasa ditempati Mount, ia ternyata punya kemampuan berbahaya. Di Liga Inggris 2020/21, ia rata-rata melepaskan 5,83 umpan silang per 90 menit dengan akurasi 55 persen atau yang tertinggi di liga.
Kemampuannya dalam mengkreasi peluang juga terlihat dengan 4,53 Shot-Creating Actions (SCA) per 90 menit atau tindakan seperti umpan dan dribel yang berbuah tembakan.
Hebatnya lagi, Mount punya rata-rata 0,74 Goal-Creating Actions (GCA) per 90 menit atau tindakan seperti umpan dan dribel yang berbuah gol.
Kemampuan sebagai kreator ini dibarengi kemampuannya mencetak gol dari lini kedua dengan rataan 0,42 gol per 90 menit.
Dengan atribut menyerang dan bertahan yang baik, Ten Hag pun bisa memasang Mount di dua posisi, yakni pemain nomor 8 atau menjadi winger kanan dalam skema 4-2-3-1.
Apalagi dengan harga sekitar 60 juta poundsterling (Rp1,1 triliun) dan statusnya sebagai Homegrown. Wajar jika Man United tertarik mengamankan jasanya jika pergi dari Chelsea.