Final Liga Champions: Pep Talk atau Money Talk? Sisi Gelap Man City yang Jarang Diketahui Orang
Didirikan pada 1880, klub Man City lahir sebagai wadah olahraga kumpulan para aktivis-aktivis gereja atau Paroki saat itu.
Setelah sebelumnya mempunyai klub kriket, kini lahir pula di distrik sebelah timur Manchester sebuah klub sepak bola dengan nama St. Mark's yang dipimpin William Beastow dan Anna Connell.
Singkat cerita, setelah mengganti nama menjadi Ardwick AFC dan berkompetisi di Divisi 2 Football League 1892, klub berganti baju menjadi Manchester City pada 1894 usai mengalami masalah keuangan akut.
Setelah itu, klub terus eksis bergantian di Divisi 2 dan 1. Manchester City sendiri tidak benar-benar dianggap sebagai klub besar Inggris.
Sebelum diakuisisi Sheikh Mansour dari Abu Dhabi United Group, Man City hanya meraih 2 gelar Divisi 1, 4 Piala FA, dan 2 Piala Liga.
Berdekade-dekade sebagai klub medioker, City mengalami kebangkitan setelah Sheikh Mansour dari Uni Emirat Arab mengakuisisi klub pada 2008.
Saat itu bergabung satu per satu bintang potensial dunia seperti Robinho, Gareth Barry, Carlos Tevez, Emmanuel Adebayor, sampai Roque Santa Cruz di bawah pelatih Mark Hughes.
Akan tetapi, kesuksesan City baru dirasakan nyata ketika dibesut pelatih muda Italia, Roberto Mancini. Untuk pertama kalinya, Mancini memberikan gelar Premier League kepada The Citizens pada musim 2011/12.
Sempat dibesut oleh Pellegrini, kesuksesan City berlipat ganda ketika Sheikh Mansour menunjuk pelatih legendaris Barcelona, Joseph Guardiola, sebagai nakhoda tim pada awal 2016.
Musim pertama Guardiola bisa dibilang buruk di mana tim hanya finis di posisi keempat, tetapi dengan kekuatan uang, Guardiola segera membawa City ke puncak dunia.
Pep Talk atau Money Talk?
Total, Guardiola sudah mempersembahkan 5 gelar Premier League, 2 Piala FA, 5 Piala Liga. Sementara prestasi tertinggi di Eropa hanyalah menjadi menembus final Liga Champions pada 2021.
Pep Guardiola dipuja berkat Pep Talk yang masyhur. Sebagai manajer atau pelatih, Pep begitu lihai dalam memberikan kata-kata penyemangat di ruang ganti.
Tak jarang ia juga memarahi para pemainnya. Gairah totalitas yang ditunjukkan Guardiola dinilai menjadi peran utama dalam kesuksesan Man City.
Namun, pendapat ini tak diterima oleh semua orang. Banyak yang menilai reputasi kehebatan Pep Guardiola tercipta tak lepas dari sokongan uang yang besar dari klub.
Jika dirunut, memang ada benarnya. Tim-tim yang ditangani Pep adalah klub raksasa yang memiliki bintang dan kekuatan finansial tinggi.
Sebut saja Barcelona, Bayern Munchen, dan Manchester City. Di City saja total Guardiola sudah "dihadiahi" uang mendekati Rp20 Triliun untuk belanja pemain.
Hasil dari uang itu di antaranya adalah pemain-pemain seperti Leroy Sane, Kyle Walker, Riyad Mahrez, Joao Cancelo, Ruben Dias, Nathan Ake, Ferran Torres, Jack Grealish, hingga Erling Haaland dan lainnya.
Bahkan, Jurgen Klopp pernah menyindir belanja Manchester City yang dinilai tak terbatas. Namun, meski memiliki dana "tak terhingga", tak sekali pun Manchester City resmi divonis sanksi seperti FFP dan lainnya meski pada faktanya, banyak temuan mengarah ke sana.