In-depth

Final Liga Champions: Pep Talk atau Money Talk? Sisi Gelap Man City yang Jarang Diketahui Orang

Kamis, 8 Juni 2023 06:00 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Getty Images
Sheikh Mansour bin Zayed al-Nahyan, pemilik Manchester City asal Abu Dhabi Group. Copyright: © Getty Images
Sheikh Mansour bin Zayed al-Nahyan, pemilik Manchester City asal Abu Dhabi Group.
Sisi Gelap Man City

Klub Paling Licin dari Sanksi 

Manchester City bisa dibilang sebagai salah satu klub paling langganan sanksi. Dimulai dari 2014, jauh sebelum Guardiola, Man City pernah didakwa melanggar aturan Financial Fiar Play (FFP).

City sudah terbukti bersalah melanggar aturan FFP pada 2014 oleh CFCB. FFP sendiri adalah aturan pembatasan pengeluaran berlebihan klub-klub Eropa. 

Saat itu Man City dilarang tampil di kompetisi Eropa selama dua musim dan terancam pencabutan gelar liga. Namun anehnya, setelah banding di CAS, sanksi itu dibatalkan dan City melenggang ke kompetisi Eropa dengan gelar liga 2012 dan 2014 masih dianggap sah meski bukti sudah lengkap. 

Berlanjut ke Maret 2019, UEFA lagi-lagi menemukan bukti dugaan pelanggaran aturan FFP oleh Man City. Sheikh Mansour dituduh telah menggelembungkan pemasukan sponsor di dalam neraca keuangan mereka (2012-2016). 

Man City terancam tak boleh berkompetisi di Eropa selama dua musim ke depan. Meski sempat banding dan gagal, tetapi lagi-lagi hukuman itu mental. 

City tetap berlaga di Liga Champions dan bahkan menembus final pada musim 2020/2021. Media sosial pun sempat ramai dengan kecaman dari para netizen dunia lantaran City tak sekali pun dihukum kecuali denda yang tak seberapa. 

Hal ini jelas menimbulkan tanda tanya, lantaran UEFA begitu ketat dalam memberikan hukuman terhadap klub-klub selain Manchester City seperti PSG, AS Roma, Inter Milan, Juventus, AC Milan, Besiktas, AS Monaco, Marseille. 

Bahkan, AC Milan pernah batal berkompetisi di Liga Europa lantaran terancam terjerumus lebih dalam ke jurang FFP. 

Pada 2023 ini, Manchester City lagi-lagi tersandung skandal keuangan. Kali ini lebih besar dari sebelum-sebelumnya.

Kali ini pihak Liga Inggris melakukan investigasi sejak 2018 terkait dakwaan baru. Dalam dakwaannya, pengelola Liga Inggris mengungkapkan jika pelanggaran yang dilakukan Manchester City sejak musim 2011-2012 hingga sekitar sembilan tahun setelahnya.

Atas pelanggaran ini, Manchester City terancam beberapa sanksi berat dari Liga Inggris, sanksi terberatnya bisa berupa pencabutan gelar Liga Inggris dan mengalami degradasi.

Sementara sanksi teringan yang mungkin saja diterima Manchester City hanya berupa pengurangan poin di klasemen Liga Inggris musim ini.

Namun faktanya, kasus ini menguap begitu saja. City yang di ambang pengurangan poin musim 2022/23, pada akhirnya justru menjadi juara Liga Inggris dan bahkan saat ini berpotensi meraih gelar Eropa pertama mereka pada final Liga Champions menghadapi Inter Milan. 

Fans tim rival bahkan pelatih-pelatih Liga Inggris pun tampak sudah pasrah dan bisa menebak akhir dari tiap skandal yang muncul untuk Manchester City, yakni lolos dari sanksi berat.  

Sebagai salah satu "Sultan Arab", pengaruh Sheikh Mansour memang begitu luas. Meski terbukti melakukan manipulasi, salah satu tim yang ia akuisisi, yakni Man City, selalu lolos dari sanksi utama.

Meski begitu, sepandai-pandainya tupai meloncat, akan jatuh juga. Mungkin dalam beberapa tahun ke depan Manchester City benar-benar tak bisa menghindar dari sanksi dan siap mengorbankan sejumlah gelarnya termasuk Liga Champions.