Liga Inggris

Plus-Minus Jordan Henderson Hijrah ke Arab Saudi, Liverpool Tidak Rugi!

Jumat, 14 Juli 2023 17:44 WIB
Penulis: Agustinus Rosario | Editor: Indra Citra Sena
© Reuters/Carl Recine
Pemain Liverpool Jordan Henderson melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Villarreal. Foto: Reuters/Carl Recine Copyright: © Reuters/Carl Recine
Pemain Liverpool Jordan Henderson melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Villarreal. Foto: Reuters/Carl Recine
Pro dan Kontra Penjualan Jordan Henderson

Mulai dari berita bagus, penjualan Jordan Henderson akan memberi keuntungan finansial untuk klub, terutama dengan berkurangnya beban gaji yang seharusnya dibayarkan klub untuk Jordan Henderson.

Diketahui, selama ini Jordan Henderson mendapat bayaran 190.000 pound atau sekitar Rp3 miliar per pekan. Jauh lebih efisien jika dia direlakan pergi.

Sementara itu, dengan usia 33 tahun, Jordan Henderson sudah sulit bersaing di tengah gempuran gelandang muda Liverpool, termasuk Alexis Mac Allister dan Dominik Szoboszlai yang baru saja diamankan pada bursa transfer musim panas ini.

Penjualan Jordan Henderson juga masuk akal dari segi bisnis, mengingat kontrak sang pemain akan habis pada 2025 mendatang.

Jika Liverpool memilih mempertahankan Jordan Henderson, mereka berpeluang kehilangan sang pemain dengan harga lebih murah, atau bahkan gratis.

Di sisi lain, beberapa dampak negatif juga bisa dialami Liverpool jika mereka melego Jordan Henderson. Yang utama, tentu mereka kehilangan sosok pemimpin.

Kharisma Jordan Henderson di Liverpool saat ini sulit untuk disamai oleh pemain lain. Apalagi, The Reds baru saja kehilangan pemain veteran seperti James Milner.

Hengkangnya Jordan Henderson sekaligus juga membuat jumlah pemain lokal makin berkurang. Jika Jordan Henderson pergi, kemungkinan Liverpool hanya punya tiga pemain lokal, yakni Trent Alexander-Arnold, Joe Gomez, dan Nat Phillips.

Terakhir, kepindahan Jordan Henderson ke Arab Saudi membuat kampanye sang pemain terkait LGBTQ+ selama ini sia-sia.

Diketahui, Jordan Henderson selama ini aktif mengkampanyekan dukungan kepada komunitas LGBTQ+. Sedangkan Arab Saudi sendiri masih melihat LGBTQ+ sebagai hal tabu yang dilarang.