Tijjani Reijnders dan Misi AC Milan Kembalikan Kejayaan Pemain Belanda di San Siro
Yang paling menarik dari transfer Tijjani Reijnders ke AC Milan adalah bagaimana sang pemain menjadi solusi bagi krisis mereka saat ini.
Pasca penjualan Sandro Tonali di bursa transfer yang sama, Il Diavolo Rosso diprediksi akan kehilangan jenderal lapangan tengah mumpuni namun kehadiran si bintang anyar mengubah segalanya.
Meski kita harus mempertimbangkan perbedaan level serta intesitas antara Liga Italia dan Liga Belanda, namun di atas kertas Reijnders adalah pemain yang lebih unggul ketimbang Sandro Tonali.
Terutama dalam hal menyerang, Reijnders sedikit lebih efektif dengan pemain yang akan ia gantikan posisinya di AC Milan tersebut.
Bisa dilihat dari grafik yang ditunjukkan oleh DataMB berikut ini. Reijnders hanya kalah jauh dalam hal persentil duel saja namun di tujuh kategori lain yang esensial untuk pemain berposisi gelandang ia mampu meyaingi bahkan melebihi.
Data keluaran Squawka berdasarkan statistik liga domestik musim lalu juga menunjukkan situasi serupa. Bahkan secara mendetil mereka membuktikan jika aspek pertahanan Reijnders tidaklah buruk.
Terlihat dari bagaimana per 90 menit pria berdarah Maluku yang sempat PSSI dekati untuk dinaturalisasi itu memiliki 6,5 perebutan bola, 8,1 duel, 1,1 tekel, 0,8 sapuan, 1,6 potongan, dan 0,5 blok.
Sejak awal Reijnders memang bukan pemain yang sering kehilangan possesion. Setidaknya jauh lebih baik saat dibandingkan dengan Tonali (11,4:14,7).
Tijjani Reijnders pun kami rasa bisa langsung dimainkan Stefano Pioli, manajer AC Milan, sebagai salah satu pivot dalam formasi 4-2-3-1 andalannya.
Tidak cuma bisa bernostalgia dengan era emas mereka saat didominasi pemain Belanda, AC Milan juga mendapatkan satu pemain brilian lagi untuk menggantikan sosok ikon klub yang semula dianggap tidak ada duanya.