Throwback Timnas Indonesia vs Turkmenistan di 2011, Garuda Gacor Bukan Main
Timnas Indonesia ikut terkena getah rangkaian kejadian tidak mengenakkan tersebut. Bermula dari pemecatan Alfred Riedl, pelatih yang membawa skuad kenegaraan menjadi runner-up Piala AFF 2010.
Meski tidak senang namun pecinta sepakbola tanah air harus menerima keputusan PSSI tersebut dan menyambut pengganti sosok asal Austria tersebut, Wim Risjbergen.
Risjbergen adalah juru taktik berpaspor Belanda dengan pengalaman melatih sejumlah klub negeri tulip seperti FC Groningen, Volendam, dan NAC Breda.
Tugas pertama Risjbergen adalah menghadapi Turkmenistan dalam partai dua leg kualifikasi Piala Dunia 2014 zona AFC. Pertandingan pertama dilakoni di markas lawan, Saparmurat Turkmenbashy Olympic Stadium, pada 23 Juli 2011.
Pemain-pemain andalan di era Riedl masih jadi andalan Risjbergen. Nama-nama seperti Boas Solossa, Christian Gonzalez, Ricardo Salampessy, Ahmad Bustomi, Mohammad Nasuha, Muhammad Ridwan, Bambang Pamungkas dan masih banyak lagi masuk dalam daftar panggilan sang bos.
Tanpa terduga laga berjalan cukup seimbang. Meski Turkmenistan terlihat mendominasi, namun timnas Indonesia jelas tidak kalah dalam kualitas.
Permukaan lapangan yang sangat buruk boleh dianggap jadi alasan kenapa Tim Garuda gagal menang. Tuan rumah beruntung hanya sekali mereka kemasukan via Muhammad Ilham ('30) usai unggul lebih dulu lewat aksi
Vyacheslav Krendelev.
Skor akhir 1-1 di leg pertama membuat fans timnas Indonesia diliputi optimisme tinggi jelang leg penentu di Gelora Bung Karno yang dijadwalkan hanya lima hari berselang.
Benar saja. Timnas Indonesia bermain jauh lebih baik di rumput kandang sendiri yang tampak seperti karpet surgawi apabila dibandingkan dengan markas Turkmenistan.
Baru sembilan menit pasca peluit sepak mula, Gonzalez membuka keunggulan lewat sundulan bebas dari tengah kotak penalti. Sepuluh menit berselang bomber naturalisasi kelahiran Uruguay itu kembali mencatatkan namanya di papan skor usai menyambar crossing manja dari duetnya, Boaz.
Jelang penutupan paruh pertama, gawang Turkmenistan kawalan Maksatmyrat Samyradow lagi-lagi bobol karena tendangan roket dari Nasuha tidak mampu dihalau. Skor 3-0 bertahan hingga turun minum.
Hanya ada satu gol tambahan bagi timnas Indonesia di babak kedua yang lahir dari Ridwan di menit 76 namun gol tersebut terbukti menjadi sangat krusial.
Pasalnya Turkmenistan bisa menceploskan tiga gol termasuk dua yang mereka lesakkan di sepuluh menit terakhir. Beruntung skor akhir 4-3 bisa dipertahankan timnas Indonesia yang berhak lolos ke ronde berikutnya dengan agregat 4-5.
Hasil ini kemudian membawakan banyak dukungan bagi Wim Risjbergen dan anak-anak asuhnya. Sayang, petualangan-petualangan berikutnya dengan sang meneer tidak seindah saat menjungkalkan Turkmenistan.
Di ronde tiga kualifikasi Piala Dunia 2014 zona AFC, timnas Indonesia sama sekali tidak mampu meraih kemenangan dalam enam pertandingan fase grup termasuk saat dibantai Bahrain 10-0 yang mana Risjbergen sudah tidak lagi melatih karena pemecatan dari PSSI.