Patut Bangga! 3 Perbedaan Telak Kualitas Liga Indonesia dengan Malaysia
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk 278 juta jiwa (per Juli 2023) jelas memiliki suporter sepak bola yang lebih banyak dibanding Malaysia.
Liga Indonesia juga memiliki banyak suporter yang sangat fanatik, bahkan turut memberikan hiburan bagi penonton lainnya di tribun.
Para suporter terbesar di Tanah Air adalah Bobotoh (Persib Bandung), The Jakmania (Persija Jakarta), Aremania (Arema), Bonek Mania (Persebaya Surabaya), dan banyak lagi.
Dengan jumlah suporter yang luar biasa banyaknya, tidak heran kalau pertandingan liga di Indonesia selalu ramai untuk ditonton.
Bahkan, fanatisme dari para suporter tersebut menciptakan kubu-kubu rival, seperti Arema-The Jakmania dan Bobotoh-Bonek. Hal-hal seperti inilah yang memberi warna bagi sepak bola Indonesia, meski pada batas tertentu menjadi bumerang.
Finansial
Ketua umum PSSI yang bernama Erick Thohir telah menetapkan Financial Fair Play untuk menyeimbangkan kondisi keuangan klub-klub Liga 1.
Secara umum, sebuah klub sepak bola akan beruntung kalau bisa mendatangkan pemain bintang dengan harga yang sangat mahal.
Akan tetapi, hal ini berpotensi menciptakan kondisi intern yang kurang mendukung antarpemain. Sehingga, performa tim tersebut bisa anjlok.
Erick Thohir paham betul bahwa anggaran tiap klub sepak bola di Indonesia harus dibatasi, termasuk dalam hal penggajian pemain.
Hal-hal itulah yang membuat liga Indonesia lebih baik daripada liga Malaysia. Faktanya, beberapa tahun lalu sepak bola Malaysia terancam mati lantaran klub-klub yang mengalami kesulitan finansial.
Tentunya, situasi sepak bola di Tanah Air atau Liga Indonesia lebih kondusif ketimbang Liga Malaysia dengan dukungan dari tiga faktor tersebut.