INDOSPORT.COM - Klub Liga Italia (Serie A), Juventus, harus menelan pil pahit karena ditendang dari kompetisi Eropa oleh UEFA.
Nasib buruk lagi-lagi menghantui Juventus, yang musim lalu sudah apes usai mendapat pengurangan poin di kancah Serie A.
Belum lagi, kondisi internal klub yang sedang mengalami transisi pascakepergian Andrea Agnelli dan antek-anteknya tahun lalu.
Namun di tengah perjuangan bangkit dan menyongsong musim baru 2023/2024, mereka malah kembali menghadapi masalah, kali ini dengan UEFA.
Sebagaimana kabar yang menyeruak hari ini, Juventus dicoret sebagai kontestan UEFA Conference League lantaran melanggar aturan Financial Fair Play (FFP).
Selain itu, klub asal Turin tersebut juga didenda 20 juta euro (sekitar Rp302 miliar), yang setengahnya ditangguhkan.
Tentu saja, ini merupakan kabar buruk bagi klub, tim, dan para suporter. Tempat yang ditinggalkan Juventus di UEFA Conference League pun kabarnya diberikan ke Fiorentina.
Namun sepanjang sejarah sepak bola, Juventus jelas bukan satu-satunya klub yang ketiban sial terkait larangan bermain di Eropa.
Sejumlah klub sepak bola di Benua Biru juga pernah merasakan momen-momen absen di kompetisi Eropa karena berbagai alasan.
Salah satu yang paling diingat mungkin larangan bermain bagi klub-klub Inggris setelah Tragedi Heysel pada tahun 1985.
Tragedi yang melibatkan Juventus dan Liverpool itu pun menjadi salah satu insiden kelam sepanjang sejarah sepak bola dunia.
Buntutnya, klub-klub asal Inggris pun dilarang tampil di Eropa selepas tragedi pilu yang menelan 39 korban jiwa tersebut.
Keputusan ini juga didukung penuh oleh perdana menteri Inggris yang menjabat saat itu, Margaret Thatcher.
Larangan tersebut dicabut pada 1990/1991 dan sejumlah suporter Liverpool juga dinyatakan bersalah. Untuk membayar perbuatannya, mereka pun dijatuhi hukuman penjara.