INDOSPORT.COM - Gianluigi Buffon secara resmi mengumumkan keputusan pensiunnya pada Rabu (02/08/23) di usia 45 tahun usai berkarier profesional sejak 1995.
Dalam kurang lebih 28 tahun perjalannanya di lapangan hijau, pria asal Italia itu sudah memainkan lebih dari 1000 pertandingan resmi untuk klub dan negara.
Bersama Parma, Juventus, Paris Saint-Germain, dan timnas Italia, total Buffon memenangi 29 trofi mayor yang membantunya ditasbihkan menjadi salah satu penjaga gawang terbaik di eranya.
Sayang setiap kisah hebat pasti akan berakhir dan Buffon memilih untuk tidak memperpanjang ceritanya lebih dari musim 2022/2023. Untuk mengenang karier gemerlap sang stopper flamboyan, berikut ini adalah lima momen terbaik dari Gianluigi Buffon.
1. Debut di Parma
Buffon adalah produk asli akademi Parma. Awalnya ia bukan seorang kiper melainkan gelandang namun takdir membawanya untuk berdiri di bawah mistar secara ajaib ketika harus menggantikan salah satu temannya di tim junior yang cedera.
Akan tetapi hal itu justru membawa berkah karena Buffon ternyata lebih cocok di posisi nomor 1. Pada 19 November 1995 di ajang Liga Italia melawan AC Milan, ia pun mendapatkan debut seniornya bersama Parma dalam usia 17 tahun dan 295 hari.
Hasilnya luar biasa. Di hadapan publik Ennio Tardini, ia sukses menjaga gawangnya tidak bobol hingga peluit panjang dibunyikan untuk memaksa skor imbang 0-0 meski harus berjibaku menghalau usaha para bintang besar pemenang Ballon d'Or seperti Roberto Baggio dan George Weah.
2. Bersama Parma Angkat Trofi Pertama
Sejak 1996/1997, Gianluigi Buffon sebenarnya sudah didapuk sebagai kiper utama Parma namun trofi pertamanya bersama I Crociati baru datang di 1998/1998.
Musim itu Parma memang kesebelasan yang dianggap kuat karena memiliki pemain seperti Hernan Crespo, Juan Sebastian Veron, Fabiano Cannavaro, Lilian Thuram, juga Enrico Chiesa selain tentu saja Buffon.
Tidak heran jika kemudian tim yang diasuh oleh Alberto Malesani itu menjadi juara Coppa Italia usai mengalahkan Fiorentina dalam dua leg. Buffon bermain di kedua laga tersebut dan membantu timnya menang agregat 3-3 walau La Viola memiliki salah satu striker terbaik dunia kala itu, Gabriel Batistuta.