Arsenal Boleh Juara Community Shield namun Temukan Peran Terbaik Havertz Masih Jadi PR Sulit
Kai Havertz mulai berevolusi menjadi striker di penghujung musim 2019/2020 saat ia masih berkostum Bayer Leverkusen. Perubahan tersebut diinisiasi oleh manajer Peter Bosz untuk mengakali cedera yang dialami penyerang andalan Die Werkself kala itu, Kevin Volland.
Hal itu dilakukan mengingat insting gol penggawa timnas Jerman itu memang tinggi usai membuat 20 gol dari 42 laga sepanjang 2018/2019.
Hasilnya sangat bagus. Dari tujuh pertandingan lintas ajang yang merigistrasikannya sebagai penyerang tengah, Havertz sukses menyarangkan delapan gol dan satu assist.
Akhirnya ketika pindah ke Chelsea pada bursa transfer musim panas 2020, The Blues pun ikut-ikutan sering mengoperasikan Havertz sebagai 'nomor 9' meski pada awalnya ia didatangkan untuk memperdalam kualitas lini tengah.
Puncak sukses Havertz sebagai penyerang untuk Chelsea adalah di musim 2021/2022 dimana 14 gol dan enam assist mampu ia kantongi dari 47 pertandingan. Setelahnya, entah kenapa efektifitas taktik tersebut menjadi berkurang.
Musim lalu di Liga Inggris ia hanya punya tujuh gol dari 35 pekan yang diikuti. Tambahan satu assist tidak bisa mengkatrol statistik medioker tersebut.
Seringnya membuang peluang emas jadi alasan kenapa produktivitas Kai Havertz menurun tajam. FBref mencatatkan jika sebenarnya di Liga Inggris ia memiliki angka harapan gol (xG) sebanyak 11,6 yang artinya performa si pemain berada jauh di bawah ekspektasi.
Tidak heran jika kemudian perdebatan soal dimana posisi terbaik Havertz di lapangan ramai jadi topik di kalangan fans Chelsea. Hanya saja sebelum jawaban ditemukan, yang bersangkutan keburu hengkang ke Arsenal.
Dengan mahar mahal yang berani dibayarkan, Arsenal dan Mikel Arteta diduga sudah punya kunci untuk membuka lagi potensi terpendam Havertz yang sempat digadang-gadang bakal menjadi salah satu pemain terbaik dunia.
Sayangnya tidak demikian. Semasa pramusim, Arteta mengindikasikan jika ia pun masih meraba-raba soal peran dan posisi yang paling pas untuk 'mainan' terbarunya tersebut.
"(Havertz) memberikan kami kualitas yang berbeda terutama saat menghadapi pressing tinggi dan menjadikannya target man," beber Arteta seperti yang dikutip dari Evening Standard.
"Kita lihat saja nanti. Sekarang kami memainkannya sebagai gelandang serang namun seiring berjalanya waktu akan ada kesempatan dimana kami menggesernya ke posisi lain," tambahya lagi.
Dari komentar Arteta di atas, ada kemungkinan jika Havertz sendiri yang menawarkan dirinya untuk bermain sebagai penyerang. Padahal di 2020 silam ia sempat berujar pada media jika dirinya lebih pantas dijadikan gelandang tengah bertipe 'nomor 8' seolah kini ia tengah menghadapi krisis identitas.
"Saya bermain di banyak posisi sebelumnya namun di tengah adalah tempat terbaik saya. Di sisi sebelah kanan. Saya bukan nomor 10 klasik namun saya senang jika bisa banyak memainkan bola dan menikmati pertandingan," ujar Havertz pada One Football.
Menarik untuk menanti bagaimana nantinya Arsenal melibatkan Kai Havertz begitu Liga Inggris 2023/2024 dimulai. Terutama jika Gabriel Jesus sudah kembali fit dan semakin besar kans Mikel Arteta menduetkannya bersama Martin Odegaard di lini sentral.