In-depth

Profil Marten de Roon, Calon Bintang Baru AC Milan yang Begitu Dibenci Fans Rossoneri

Senin, 7 Agustus 2023 15:20 WIB
Editor: Izzuddin Faruqi Adi Pratama
© Getty Images
Marten de Roon. Copyright: © Getty Images
Marten de Roon.
Pribadi Sederhana yang Humoris

Bersama Heerenveen, Marten de Roon hanya bertahan selama tiga musim sebelum akhirnya Atalanta meminang di bursa transfer musim panas 2015. La Dea menebus kontrak sang midfielder dengan harga 1,3 juta Euro saja.

Di musim debutnya di Liga Italia, De Roon langsung bisa memainkan 36 laga dengan sumbangan satu gol. Atalanta pun dapat mengamankan finis di posisi 13 klasemen akhir yang jauh lebih baik dari musim sebelumnya dimana mereka nyaris turun kasta di peringkat 17.

Lagi-lagi penampilannya membuat kesebelasan baru tertarik dan kali ini giliran Middlesbrough yang berminat. Tidak tanggung-tanggung, The Boro rela merogoh saku dalam-dalam dan membelinya senilai 10,5 juta Euro untuk membantu tim yang baru saja promosi ke level tertinggi Liga Inggris.

Middlesbrough belanja cukup boros demi bisa bersaing di Liga Inggris 2016/2017. Selain De Roon, mereka pun juga mendaratkan nama-nama seperti Victor Valdes, Gaston Ramirez, Fabio da Silva, Adama Traore, Patrick Bamford, Alvaro Negredo, hingga Calum Chambers.

Sayangnya langkah tersebut tidak menghasilkan sukses. Target menghindari relegasi gagal dicapai usai finis di posisi dua terbawah jadi raihan setelah sebelumnya pelatih Aitor Karanka juga mengalami pemecatan.

Hanya saja De Roon punya musim personal yang cukup oke. Walaupun posisinya adalah gelandang bertahan namun ia bisa menyarangkan empat gol dari 33 penampila di ajang liga.

Itulah kenapa Atalanta kemudian rela membelinya kembali dengan banderol lebih mahal, 16,7 juta Euro, pada 2017/2018. Meski bukan pemain dengan karakter menonjol, namun De Roon adalah pemain yang bekerja keras meski tanpa sorotan masif.

Itulah kenapa ia punya julukan The Wavebreaker atau Si Pemecah Ombak. Keberadaannya di lini tengah membuat pertahanan tim menjadi lebih solid. Sampai sekarang sosoknya masih tidak tergantikan di lini sentral Atalanta dengan koleksi 299 penampilan yang menjadikannya pemain kelima dengan penampilan terbanyak untuk si biru-hitam sekaligus yang terbanyak untuk kategori legiun non-Italia.

Meski bukan pemain dengan kharisma tinggi, namun Marten de Roon rupanya memiliki selera humor yang ia begitu banggakan. Tidak sekali dua kali saja ia mengunggah sesuatu di media sosial yang biasanya jarang dilakukan atlet lapangan hijau lain.

Ia tidak segan mengunggah meme atau foto-foto lucu yang tidak jauh dari sepakbola dan terutama dirinya sendiri. Contohnya ketika pria bertinggi 185 cm itu memasang gambar editan kasar seolah ia tengah berlibur di pantai hanya gara-gara agen meminta agar laman Instagram-nya tidak terlalu kaku dan profesional pada 2022 lalu.

Atau saat De Roon setuju untuk ambil bagian dalam promosi jersey Atalanta dengan ikut menjaga toko resmi klub dan yang membeli seragam La Dea dengan nama juga nomor punggungnya akan diberi produk gratis. Lucunya, tidak satupun pendukung yang membeli atau bahkan sekedar mengenali sosok salah satu pemain idola mereka tersebut di September 2021.

Hanya saja salah satu candaan dari De Roon di masa lalu kemungkinan akan jadi salah satu penghambat besar dalam langkahnya pindah ke AC Milan pada bursa transfer musim panas ini.

Pada pekan ke-19 Liga Italia 2020/2021, Atalanta bertandang ke markas AC Milan yang kala itu tengah memimpin klasemen sementara sejak awal kompetisi. Pada akhirnya laga justru dimenangkan tim tamu dengan skor telak 0-3 dengan Rossoneri juga mendapat penolakan penalti oleh wasit.

Usai bertanding Marten De Roon mengunggah sebuah video berdurasi 20 detik yang berisi gol-gol Atalanta di San Siro plus sindiran pada Zlatan Ibrahimovic, striker AC Milan, yang menyombongkan diri di tengah laga dengan caption "unggah dan bersembunyi".

Rupanya hal ini belum dilupakan oleh pendukung dari AC Milan. Begitu rumor De Roon akan bergabung dengan klub kesayangan mereka di bursa transfer musim panas ini beramai-ramai mereka menyerang kolom komentar media sosial sang pemain dengan tujuang menunjukkan penolakan. Namun jika pelatih dan manajemen sudah berkehendak, tifosi bisa apa?.