INDOSPORT.COM - Madura United masih merasakan cerita kelam dalam laga away ke markas PSS Sleman, pada pekan ke-13 Liga 1 2023/2024, Minggu (24/9/23).
Tim berjulukan Laskar Sape Kerrab sukses membawa pulang 1 poin dari hasil imbang 1-1 melawan PSS di Stadion Maguwoharjo Sleman, Yogyakarta.
Namun, ada insiden tak mengenakkan bagi staf ofisial mereka. Ferdiansyah Alifurrahman harus mendapat pengobatan atas luka yang dialaminya seusai laga.
Media Officer Madura United itu mendapatkan luka pada bagian atas hidung sebelah alis, imbas pemukulan yang dilakukan sejumlah oknum di luar stadion.
Lantas, bagaimana cerita dari insiden yang berbuntut pelaporan polisi itu? Berikut wawancara khusus yang diperoleh INDOSPORT bersama Ferdi pada Rabu (26/9/23) malam.
Bagaimana awal mula terjadinya insiden yang membuat kamu terluka?
Jadi seperti regulasi kompetisi, tim kami mendapat kesempatan pertama melakukan sesi post-match press conferrence (sekira pukul 17:00 WIB). Sebelum sesi dimulai, diluar ruangan sudah terdengar ribut-ribut.
Beberapa oknum tidak memakai ID Card ini memasuki area press conferrence dari pintu tim masuk dan membuat gaduh suasana. Salah satu dari mereka sudah ditegur satu teman media, tapi dia melemparkan payung yang ada disitu ke lantai, tidak sampai kena teman media.
Sesi konferensi pers tetap berjalan?
Pelatih kami (Mauricio Souza) memulai sesi ini setelah oknum ini digiring keluar petugas di lokasi. Tiba waktunya pemain kami (Malik Risaldi) akan bicara, tapi ada satu oknum yang masih ada di tempat preskon, berdiri di pintu masuk dari dalam stadion.
Dia lalu membalikkan tulisan Madura United di meja preskon. Saya menegurnya baik-baik, kok suporter begitu, sambil saya membenarkan posisi tulisan itu. Oknum ini kemudian digiring petugas keluar ruang preskon.
Sesi konferensi pers akhirnya dihentikan?
Melihat suasana tak kondusif dan ribut kembali di luar, pelatih dan pemain (Madura United) masuk lagi ke ruang ganti. Sedangkan saya masih di ruangan preskon untuk membereskan alat-alat seperti kamera, handphone untuk merekam suara dan lain-lain.
Tapi sesaat ada sosok tinggi besar memegang tangan saya dari belakang, mendorong saya keluar ruangan yang dipenuhi oknum-oknum tersebut. Saya digiring keluar ruangan ke arah kiri dekat meja registrasi media. Mereka lalu memukuli saya.
Berapa orang yang melakukan pemukulan?
Seingat saya lebih dari 5 orang yang memukuli saya. Saya tidak melihat persis mereka karena muka saya dipukuli sedangkan tangan saya dipegang dari belakang.
Saya kemudian berhasil lolos dari pegangan orang itu dan lari menuju ruang ganti. Oleh petugas lainnya saya diarahkan masuk ke pintu VVIP dan menuju ruang medis. Disitu saya mendapatkan perawatan setelah muka berdarah.
Setelah itu bagaimana, sampai membuat laporan ke kepolisian?
Oleh klub, saya diajak membuat laporan itu karena menyangkut keselamatan. Setelah tiba di hotel, saya bersama manajer, asisten manajer dan salah satu pelatih kemudian menuju Polres Sleman. Sedangkan tim langsung pulang ke Madura.
Saya berempat dari Polres mendapat surat untuk visum ke rumah sakit dan kembali lagi ke polres menunjukkan hasil visum. Sehingga terbitlah surat laporan kepolisian pada Minggu (24/9/23) malam pukul 22.20 WIB.
Setelah dirasa beres, kami berempat pulang belakangan ke Surabaya dengan kereta api dari Yogyakarta. Kini, manajemen menunggu perkembangan kasusnya.
Harapan kamu sendiri setelah insiden tersebut?
Sayang sekali, karena ruang konferensi pers harusnya steril dari umum. Saya ikut manajemen klub saja terkait proses penyelesaian (kasus pemukulan) ini.