Trequartista dan Tuah Si Nomor 10 yang Bawa AC Milan Rajai Eropa, Kini Tinggal Kenangan
Setelah sempat berjaya bersama AC Milan, perlahan sosok trequartista yang jadi primadona tersebut hilang digerus modernisasi taktik para pelatih muda.
Skema 4-2-3-1 atau 4-3-2-1 yang jadi tren, berganti menjadi 4-3-3 yang lebih fleksibel dan membuat tim bisa cepat melakukan transisi dari bertahan ke menyerang.
Bahkan Ancelotti yang jadi pioner kepopuleran trequartista, kini cenderung bermain dengan 4-3-3 dan mengandalkan dua central midfielder serta satu regista atau deep lying playmaker.
Hilangnya sosok trequartista juga tak lepas dari minimnya pemain tengah dengan kualitas komplit macam Zidane, Kaka atau Ronaldinho yang sama baiknya saat menyerang, mendrible, melepaskan umpan serta mencetak gol.
Di era sekarang, lebih banyak playmaker bertipikal regista yang tugasnya mengalirkan bola dan mengontrol permainan dari lini tengah.
Mesut Ozil yang sepertinya jadi trequartista terakhir di era milenial, kariernya malah turun setelah Arsenal ditangani Unai Emery yang lebih menyukai gelandang box to box atau central midfielder murni yang dapat ikut membantu pertahanan.
Tak heran pada saat itu, Mesut Ozil kalah saing dengan gelandang Arsenal lain yang lebih agresif seperti Granit Xhaka, Lucas Torreira, dan Matteo Guendouzi.
Di Italia sendiri sosok trequartista terakhir yang pernah jadi sorotan adalah Francesco Totti. Sang pangeran Roma ini merupakan penyuplai bola buat Gabriel Batistuta dan Vincenzo Montella.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, Il Gladiatore bertransformasi menjadi striker lantaran tim lebih tertarik dengan insting gol Totti ketimbang kecerdasannya dalam mengontrol bola dan lepaskan umpan.