Liga Inggris

Harga Saham Man United Tak Stabil Gara-gara Glazer Bertele-tele Kibuli Sheikh Jassim

Jumat, 13 Oktober 2023 10:25 WIB
Penulis: Martini | Editor: Indra Citra Sena
© Reuters/Jason Cairnduff
Pemain Manchester United, Scott McTominay merayakan gol bersama Harry Maguire. Reuters/Jason Cairnduff Copyright: © Reuters/Jason Cairnduff
Pemain Manchester United, Scott McTominay merayakan gol bersama Harry Maguire. Reuters/Jason Cairnduff

INDOSPORT.COM - Harga saham klub Liga Inggris (Premier League), Manchester United, menjadi tidak stabil gara-gara Keluarga Glazer terus menggantungkan nasib Sheikh Jassim.

Nyaris satu tahun berlalu sejak Keluarga Glazer pertama kali mengumumkan penjualan Manchester United, hingga kini belum ada titik terang mengenai pemilik baru tim Setan Merah.

Manchester United bukannya tanpa peminat, justru pengusaha asal Qatar, Sheikh Jassim jor-joran ingin memborong seluruh saham Man United untuk menyelamatkan tim.

Keluarga Glazer diduga tidak mau melepas seluruh saham Man United ke Sheikh Jassim, karena masih ingin memimpin di Setan Merah. Maka dari itu, transaksi ini tak kunjung terjadi.

Dampaknya, saham Manchester United mengalami fluktuasi dalam setahun terakhir. Jika melihat Bursa Efek New York, saham MU awalnya berada di angka 13 dolar AS (10,56 pounds).

Setelah Keluarga Glazer umumkan penjualan Man United, harganya naik signifikan sampai menyentuh angka 27 dolar AS (21,93 pound) pada bulan Februari 2023 lalu.

Barangkali, dengan melonjaknya nilai Manchester United, Keluarga Glazer masih belum mau melepas tim, dan berharap dapat tawaran lebih tinggi pada beberapa waktu ke depan.

Hanya saja, karena Keluarga Glazer terkesan plin-plan dan terus menggantungkan nasib Sheikh Jassim, saham Man United kembali merosot.

Harga saham Man United tertahan di angka 19 dolar AS (15,43 pound) dalam beberapa pekan terakhir. Namun, angka ini tetap lebih besar dari rata-rata harga saham MU setahun lalu.

Konon, Glazer akan tetap menjual Manchester United, tetapi di saat yang tepat. Kemungkinan menjelang Piala Dunia 2026, menunggu harga sahamnya naik dan lebih banyak cuan.