INDOSPORT.COM - Hasil minor yang terus diraih PSMS Medan membuat para suporter mulai geram dan menuntut ada revolusi ditubuh manajemen klub berjuluk Ayam Kinantan tersebut.
Diketahui, PSMS ditahan imbang 2-2 atas Sriwijaya FC dalam laga ke-6 Grup 1 alias penutup putaran pertama babak pendahuluan grup Liga 2 Indonesia 2023/24 di Stadion Teladan, Medan, Senin (23/10/23).
Hasil itu menjadi yang ketiga secara beruntun PSMS usai dua laga sebelumnya mereka diimbangi Semen Padang (2-2) dan PSPS Riau (1-1).
Tiga laga tersebut dilalui bersama pelatih anyar Miftahudin Mukson, menyusul mundurnya Ridwan Saragih, yang belakangan menerima pinangan PSPS Riau.
Kendati belum terkalahkan di Liga 2 musim ini, hasil itu cukup riskan. Sebab, PSMS saat ini masih tertahan di peringkat 4 klasemen sementara Grup 1 dengan torehan 8 poin (1 menang, 5 seri).
Hanya berselisih satu poin saja dengan Sriwijaya FC yang tepat berada di atas PSMS dan unggul tiga poin atas PSPS yang juga tepat berada di bawah mereka.
Terpicu hasil minor, kelompok suporter PSMS semakin lantang menyuarakan aspirasi mereka. Hal itu disampaikan usai mendukung tim kesayangannya di laga kontra Sriwijaya FC kemarin.
Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) Hooligan langsung turun ke lapangan usai laga menjumpai pelatih dan para pemain. Dikomandoi sang Ketua Umum, Lawren Simorangkir, dengan pengeras suara, sembari menyebut revolusi ditubuh manajemen PSMS.
"Oke masyakarat Kota Medan, sepakat dengan keinginan kami suporter SMeCK Hooligan, meminta pengurus PSMS Medan harus direvolusi," ujar Lawren di depan dari sisi tribun barat Stadion Teladan.
Aksi hampir serupa juga disuarakan kelompok suporter PSMS lain, yakni KAMPAK (Kesatuan Anak Medan Pecinta Ayam Kinantan). Terlihat mereka membentang sebuah spanduk yang menyindir manajemen.
"Rahasia untuk menang adalah manajemen yang konstan dan konsisten. #Revolusi #KAMPAKLabuhan," bunyi isi dari spanduk mereka tersebut yang dipegang oleh dua orang perwakilan kelompok suporter yang berdiri di dalam lapangan di sisi tribun utara.
Bentuk kekecewaan tadi tidak lain karena kelompok suporter dan seluruh pecinta PSMS Medan di mana pun berada ingin timnya kesayangannya terus meraih hasil positif demi mencapai tujuan utama kembali ke kasta paling tinggi, yakni Liga 1 di musim depan.
Sayang, bentuk aspirasi para kelompok suporter itu tak disambut para petinggi klub. Padahal saat laga berlangsung, sejumlah para petinggi klub datang langsung menyaksikan laga tersebut.
Antara lain seperti Direktur Utama (Dirut) PT. Kinantan Medan Indonesia (KMI) yang menaungi PSMS, Arifuddin Maulana Basri, Direktur Teknik (Dirtek) PT. KMI, Andry Mahyar Matondang.
Hingga sang pembina klub yang merupakan eks Gubernur Sumut sekaligus eks Ketum PSSI, Edy Rahmayadi, tidak terlihat lagi saat para kelompok para suporter menyampaikan aspirasinya. Diyakini mereka sudah langsung meninggalkan stadion usai peluit panjang dibunyikan.
Bahkan bus yang ditumpangi PSMS sempat diadang para suporter sebagai bentuk kekecewaan tersebut. Para pemain, staf pelatih hingga ofisial yang hendak pulang dari stadion mesti dijaga ketat pihak kepolisian, kendati tak sampai berujung rusuh.
Diketahui, PSMS Medan memiliki waktu kurang dari tiga pekan untuk mempersiapkan diri kembali sebelum melakoni laga perdana di putaran kedua Grup 1 Liga 2 musim ini.
Sebab di putaran kedua ini seluruh tim kontestan Liga 2 memiliki kesempatan untuk menambah amunisi baru karena akan dibukanya pendaftaran pemain gelombang kedua.
Bursa transfer pemain itulah yang harus benar-benar dimanfaatkan demi mencapai target awal lolos ke fase selanjutnya yakni ke babak 12 besar. Sebab di putaran kedua nanti semua tim pasti akan berjuang mati-matian di enam laga di putaran kedua nanti.