Mengungkap Tabir Penyebab Kekalahan Barcelona dari Real Madrid di Liga Spanyol
Lini depan Barcelona sejatinya tampil tidak buruk untuk 10 menit awal. Beberapa peluang berhasil mereka ciptakan tetapi masih jauh dari kata mengancam.
Hal itu karena keputusan pelatih Xavi Hernandez yang memilih menggunakan formasi 3-4-1-2.
Di atas kertas, ketika Barcelona melakukan serangan, lini depan mereka didukung banyak pemain melibatkan hingga lima sampai enam bantuan pemain.
Alhasil, Real Madrid kewalahan hingga akhirnya gawang mereka bobol cepat di menit ke-6 lewat gol Gundogan.
Gol mantan pemain Manchester City itu juga tidak lepas dari keberhasilan tugas yang diemban oleh Joao Felix, sehingga membuka ruang untuk lini kedua.
Unggul satu gol tidak membuat Barcelona mengendurkan serangan. Mereka terus tampil dominan, terutama di lini tengah yang berhasil dikuasai oleh Fermin Lopez dan Ferran Tores.
Kedua mampu membendung agresifitas Aurelien Tchouameni dan Toni Kroos. Nama pertama memainkan peran pivot tunggal dan tanpa tandem sebagai holding midfielder. Ia kewalahan menghadapi duet Fermin dan Ferran.
Penerapan garis pertahanan tinggi serta jarak antarlini sedemikian rupa sehingga pergerakan anak asuh Xavi efektif saat butuh transisi cepat. Blaugrana pun bisa mempertahankan keunggulan 1-0 hingga jeda.
Di babak kedua, Real Madrid coba mengubah sejumlah masalah dimana aliran bola serangan mereka kurang maksimal. Para pemain Real Madrid diinstruksikan untuk tidak melewati garis tengah.
Pergerakan fluid ala Don Carlo ini menyulitkan tuan rumah melepaskan tembakan akurat. Tercatat hanya tiga kali jala Kepa terancam dari 14 percobaan.
El Real akhirnya bisa memecah kebuntuna di menit ke-68 setelah melakukan beberapa pemain baru. Sontekan keras Vini dari halfspace berhasil diblok Gavi.
Sayang Ter Stegen harus merelakan catatan nirbobolnya malam itu ketika pantulan blokade gelandangnya dikonversi menjadi gol lewat dua sentuhan Bellingham.
Sementara itu, pergantian pemain Blaugrana justru tidak efektif. Xavi memasukkan Lewandowski menggantikan Ferran. Lalu berturut-turut Fermin, Cancelo, dan Felix keluar digantikan Oriol Romeu, Lamine Yamal, dan Rapinha.
Meski memasuki Lewandowski rupanya tidak menambah daya gedor Barcelona. Lini depan tetap tumpul yang kemudian dikeluhkan oleh Xavi.
"Kami mendominasi selama satu jam. Tapi, kami butuh lima atau enam peluang demi mencetak gol," ujar Xavi dilansir Marca.
Madrid juga tampil lebih cerdik dan jeli. Pada babak kedua, Los Blancos mulai menemukan celah saat Barcelona menemui kebuntuan saat membangun serangan.
"Akhirnya mereka bisa cetak dua gol, meski cuma punya tiga peluang," kata Xavi.
Panik
Keputusan Xavi memilih beberapa pemain baru ternyata malah menggoyahkan pertahanan tim.
Romeu yang diplot jadi gelandang bertahan tidak mampu menahan gelombang serangan Madrid, karena ia bekerja sendirian lantaran Lamine Yamal menemani Lewandowski.
Akhirnya Cules mesti menyaksikan klub kebanggan mereka kebobolan lagi lewat skema yang sedari awal pertandingan selalu berhasil dipatahkan. Carvajal menyambut umpan silang Rudiger, lalu meneruskannya ke Modric.
Asis dari kapten timnas Kroasia itu mencapai Bellingham yang berhasil menembus jantung pertahanan Barcelona. Skor 1-2 bertahan hingga laga usai.
Satu hal lain yang bikin Barcelona keok adalah panik. Ketika Madrid melancarkan serangan, Azulgrana selalu salah dalam menyikapinya.
Bek Barcelona, Ronald Araujo, mengakui lini belakang Barcelona panik ketika Madrid menyerang. Alhasil, mereka kecolongan di menit akhir, karena salah perhitungan akibat tak bisa berpikir jernih.
"Mereka selalu tajam di depan saat berlari masuk ke pertahanan kami. Harusnya, kami tak kehilangan bola dengan mudah. Ketika kami berlari, semua di luar kendali," terang Araujo dikutip Football Espana.