Liga 1

Alasan PSIS Ajukan Banding Hukuman Komdis PSSI, Yoyok Sukawi Menanti Titik Cerah

Jumat, 8 Desember 2023 06:55 WIB
Penulis: Nofik Lukman Hakim | Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
PSIS Semarang dengan tegas mengajukan banding atas keputusan komite disiplin (Komdis) PSSI tentang sanksi tanpa penonton hingga akhir Liga 1 2023-2024. Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
PSIS Semarang dengan tegas mengajukan banding atas keputusan komite disiplin (Komdis) PSSI tentang sanksi tanpa penonton hingga akhir Liga 1 2023-2024.

INDOSPORT.COM - PSIS Semarang dengan tegas mengajukan banding atas keputusan komite disiplin (Komdis) PSSI tentang sanksi tanpa penonton hingga akhir Liga 1 2023-2024. Yoyok Sukawi menanti titik cerah atas langkah tersebut.

PSIS Semarang harus menerima konsekuensi atas keributan dalam laga melawan PSS Sleman, Minggu (3/12/23). Keributan itu menjadi sorotan nasional karena ratusan oknum suporter PSIS dari tribun utara turun dari tribun.

Ratusan oknum suporter itu turun karena berupaya menghampiri tribun yang ditempati oknum suporter PSS Sleman. Kedua kubu pun saling serang menggunakan batu.

Akibat kejadian itu, Yoyok Sukawi selaku Chief Executive Officer (CEO) PSIS Semarang menjadi korban. Kepalanya mendapat 8 jahitan karena terkena lemparan sebuah benda.

Sial bagi Yoyok Sukawi, tak sekadar dilarikan ke ruang media, PSIS Semarang dijatuhi sanksi super berat dari Komdis PSSI. Mereka dilarang menggelar laga kandang dengan penonton sampai akhir musim ini.

Komdis PSSI merujuk pada pasal 70 ayat 1, ayat 4 dan lampiran 1 nomor 5 kode disiplin PSSI tahun 2023 sebagai dasar menghukum berat PSIS Semarang. PSSI juga dikenai denda Rp25 juta atas kejadian tersebut.

Yoyok Sukawi pun menjelaskan alasan PSIS Semarang mengajukan banding. Menurutnya, hukuman tersebut tidak adil bagi tim Mahesa Jenar.

"Ini hukuman yang sangat berat dan tidak adil karena larangan menggelar pertandingan dengan penonton hingga akhir musim," kata Yoyok Sukawi, Kamis (7/12/23).

Yoyok Sukawi merasa pihaknya menjadi korban atas kericuhan tersebut. Panpel PSIS berhasil meredam situasi hingga kejadian berlangsung singkat di dalam Stadion Jatidiri Semarang.

"Yang kami sesalkan, kami itu justru jadi korban di sini, kenapa justru dihukum seberat itu. Usaha Panpel juga sudah maksimal, dari awal hingga pada saat kejadian gerak cepat dan apa yang terjadi di stadion bisa segera diatasi dengan baik hingga semua pihak yang berada di stadion bisa pulang dengan selamat," tutur Yoyok Sukawi.

Sanksi ini membuat PSIS Semarang kehilangan potensi pemasukan miliaran rupiah untuk operasional tim. Jelas hal itu sangat memberatkan dalam upaya membuat prestasi di Liga 1 2023-2024.

Saat ini PSIS Semarang ada di zona empat besar Liga 1 2023-2024. PSIS punya kans besar untuk lolos ke babak semifinal setelah fase grup rampung.

"Kami akan mengajukan banding karena di dalam surat juga disebutkan bahwa kami dapat banding. Semoga masih ada titik cerah bagi kami untuk mendapatkan keadilan," jelas Yoyok Sukawi.

Sementara itu, Ketua Panpel PSIS Semarang, Agung Buwono, bakal menyiapkan sistem baru andai PSIS mendapat keringanan hukuman dari Komdis PSSI.

PSIS menyiapkan sistem penjualan tiket baru agar tak mudah direbut oknum suporter lawan. Selama ini, tiket tribun barat yang didapat ratusan oknum suporter PSS dijual secara bebas.

"Ke depan kami sudah siapkan sistem ticketing baru. Semoga ke depan lebih baik dan kami saat ini bersama manajemen PSIS tengah menyusun banding supaya hukuman tidak seberat itu dengan melihat kejadian-kejadian di tempat lain," tutur Agung.

Kericuhan antara pendukung PSIS Semarang dan PSS Sleman di Stadion Jatidiri sejatinya bukan yang pertama. Pada Liga 1 2022-2023 lalu, tepatnya 2 April 2023, kedua belah pihak juga terlibat bentrok dengan cara yang sama.

Oknum suporter PSS Sleman yang nekat berangkat ke Semarang terlibat bentrok dengan oknum suporter PSIS yang berada di tribun utara. Sementara hubungan suporter PSS dengan penghuni tribun lain Stadion Jatidiri relatif kondusif.