x

Para Pesepakbola Berstatus Late Bloomer yang Sukses

Rabu, 15 April 2015 05:19 WIB
Editor: Dimas Hendro Nugroho

Performa prima sejak usia muda cukup menguntungkan karena akan membuat sang pemain diminati klub-klub besar bahkan para raksasa, ujungnya mereka pun kemungkinan besar akan meraih banyak prestasi karena memperkuat klub yang bagus.

Sementara para pemain yang performanya biasa-biasa saja diusia mudanya cenderung dianggap bukan pemain baik dan terpaksa bermain di klub-klub kelas menengah, sehingga prestasi pun jarang menghampiri mereka, walaupun saat usia matang performa mereka meningkat tajam.

Para pecinta bola tentunya mengenal istilah wonderkid yang sudah sanggup tampil menawan sejak usia dini, sebagai contoh adalah sosok Cesc Fabregas yang sudah memperkuat tim senior Arsenal saat usianya baru 16 tahun dahulu, namun para pemain berikut ini justru punya rekam jejak karier sebaliknya.

Oleh karena itu, lima pemain berikut layak berbangga hati karena walaupun sedikit terlambat bersinar, mereka masih sempat memperkuat klub besar ataupun dipanggil membela timnasnya masing-masing, hingga akhirnya sukses mengenyam prestasi, yang bahkan pada akhirnya lebih sukses dari beberapa wonderkid yang ada.


1. Yuto Nagatomo

Tahukah anda bahwa hingga usia 20an Yuto Nagatomo masih bermain di kompetisi tak resmi ataupun terkadang disebut semi-pro?

Nagatomo terlebih dahulu tampil memperkuat klub sepakbola SMA Higashi Fukuoka lalu klub sepakbola Universitas Meiji di Jepang sebelum seorang pemandu bakat melihat talentanya dan ia pun akhirnya direkrut oleh klub J-League, FC Tokyo, disaat usianya sudah mencapai 21 tahun.

Namun di luar dugaan, Nagatomo yang bukan didikan akademi klub profesional ini justru mampu tampil memukau bersama FC Tokyo, yang berujung pada pemanggilannya untuk membela Timnas Jepang dimana ia juga tampil prima, dan ia pun akhirnya masuk ke dalam skuad timnas yang bertarung di Piala Dunia 2010, saat ia berusia 24 tahun!

Nagatomo pun akhirnya meniti karier di Eropa setelah klub kecil Serie A, AC Cesena, memboyongnya, hanya sebentar disana raksasa Italia, Inter Milan sudah membajaknya dari Cesena dan masih mempertahankannya di squadra hingga kini.


2. Edin Dzeko

Edin Dzeko (Manchester City)

Edin Dzeko tak pernah dianggap sebagai pemain muda cemerlang ia mengawali karier di akademi klub Bosnia, FK Zeljeznicar, bermain sebagai seorang gelandang (ya, awalnya Dzeko nukanlah seorang penyerang).

Adalah seorang pelatih bernama Jiri Plisek yang melihat secercah harapan di sosok Dzeko, ia pun menyarankan salah klub besar di Ceko, Teplice, untuk merekrutnya. Akan tetapi Teplice yang akhirnya menuruti saran Plisek untuk memboyong Dzeko, menganggapnya kurang baik dan membuangnya ke klub Divisi Dua Liga Ceko, Usti nad Labem, saat usia Dzeko 19 tahun.

Beruntung pemandu bakat Wolfsburg melihat talenta Dzeko dan klub Jerman itupun merekrutnya saat ia berusia 21 tahun.

Dibawah asuhan seorang Felix Magath (pelatih Wolfsburg saat itu), Dzeko dan rekannya di lini depan asal Brasil, Grafite, menjelma jadi duo bomber maut yang bahkan bisa meluluhlantakkan raksasa Jerman, Bayern Muenchen, sekaligus menahan dominasi FC Hollywood dengan merebut trofi juara Bundesliga di musim 2008/09.

Dzeko akhirnya dibajak oleh Manchester City pada 2011 lalu dengan nilai transfer yang cukup tinggi.


3. Luca Toni

Luca Toni adalah seorang petualang yang menjelajahi kompetisi Serie C1 dan Serie B, dan dimusim 2003/04 ia sukses besar membawa Palermo promosi ke Serie A dengan menjadi capocannoniere Serie B dengan torehan 30 gol.

Prestasi Toni itu berlanjut dengan capaian 21 golnya di tahun pertamanya di Serie A di musim 2004/05, yang membuatnya dibajak oleh Fiorentina, dimana bersama La Viola ia mampu mencetak 47 gol dari 67 laga Serie A (2005-2007).

Penampilan prima Toni di Serie A membuatnya mendapat panggilan untuk memperkuat Timnas Italia yang berujung pada puncak kariernya, dimana ia sukses membawa negaranya meraih gelar paling bergengsi di jagad sepakbola, yakni trofi Piala Dunia pada 2006 silam!

Klub raksasa Bayern Muenchen pun kemudian memboyong sang juara dunia ke Jerman pada 2007, dimana ia langsung jadi runner-up top skor Bundesliga di musim 2007/08 dengan koleksi 24 golnya, sekaligus memenangi trofi kompetisi tersebut.

Dan tahukah anda bahwa semua prestasi individual dan deretan trofi untuk klub tersebut baru diperoleh Toni saat usianya telah 30 tahun?


4. Didier Drogba

Seorang Didier Drogba ternyata baru menandatangani kontrak profesional perdananya, yakni dengan klub Prancis, Le Mans, saat usianya sudah menginjak 21 tahun pada 1998 silam, karier telatnya itu pun punya catatan tersendiri.

Pelatih Le Mans saat itu, Marc Westerloppe, menngeluarkan pernyataan mengejutkan yaitu bahwa Drogba butuh waktu cukup lama, yakni empat tahun, untuk memperkuat staminanya agar ia kuat untuk menjalani porsi latihan harian level atlet profesional serta tampil reguler tiap minggu.

Jika dilihat lebih jauh kebelakang, permasalahan domestik rumit yang mendera keluarga besar Drogba membuatnya tak pernah menggeluti dunia akademi sepakbola dan ia pun baru memulai latihan tingkat pro saat usianya sudah dewasa.

Akan tetapi Drogba pantang menyerah dan tak pernah putus asa, ia giat berlatih hingga akhirnya direkrut oleh klub yang lebih besar, yaitu Marseille pada 2003 lalu, hanya setahun di klub itu dan mencetak 19 gol dari 35 laga di musim 2003/04, ia langsung hijrah ke hingar-bingar Liga Primer Inggris guna bergabung dengan Chelsea.

Di bawah asuhan seorang Jose Mourinho, Drogba menjelma jadi salah satu striker top Eropa bersama the Blues, ia total mencetak 100 gol dari 226 laga sepanjang 2004-2012 di Premier League, serta meraih total 12 trofi; yakni Liga Primer Inggris (musim 2004/05, 2005/06 dan 2009/10), Piala FA (2006/07, 2008/09, 2009/10 dan 2011/12), Piala Liga Inggris (2004/05 dan 2006/07), Liga Champions (2011/12), dan Community Shield (2005 dan 2009).

Setelah melanglang buana membela dua klub berbeda Shanghai Shenhua (2012/13) dan Galatasaray (2013/14), Drogba kembali ke London di musim ini dan ikut membantu Chelsea meraih trofi Piala Liga Inggris 2014/15, koleksi trofinya bersama the Blues kemungkinan bertambah jadi 14 jika diakhir musim gelar juara Liga Primer Inggris diraih.


5. Miroslav Klose

Miroslav Klose (Jerman)

Tahukah anda late Bloomer satu ini sempat bekerja sebagai kuli bangunan sebelum menggeluti dunia sepakbola? Ya, itu adalah pekerjaan sampingan seorang Miroslav Klose saat ia masih berusia 19-20 tahun pada 1999 silam, dimana saat itu ia memperkuat klub yang berada di kasta Divisi Lima di Jerman, FC Homburg!

Siapa yang menyangka sang kuli bangunan punya talenta luar biasa, yang perlahan tapi pasti didemonstrasikannya dengan baik, hingga pada akhirnya menakdirkannya tampil di panggung tertinggi dunia persepakbolaan, yaitu Piala Dunia 2002 lalu, dimana ia meraih trofi Silver Boot (sepatu silver) karena menyandang status sebagai top skor ajang tersebut?

Di Piala Dunia 2014 lalu, ia mampu menambah torehan golnya di Piala Dunia, yang membawanya melampaui rekor sang fenomena, Ronaldo, sekaligus menasbihkan dirinya sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa di turnamen Piala Dunia!

Didier DrogbaEdin DzekoMiroslav KloseYuto NagatomoLuca Toni

Berita Terkini