Stadion Benteng Riwayatmu Kini: Lapak Pemulung dan Rumput Liar
Kondisi stadion Benteng saat masih jadi home base Persita Tangerang
Stadion Benteng resmi didirikan pada 11 Januari 1989. Stadion ini menjadi home base bagi Persita (klub Kabupaten Tangerang) sewaktu bermain di Liga Divisi Utama. Stadion ini akhirnya ditinggalkan setelah Persita promosi ke Liga Super Indonesia pada tahun 2012.
Kondisi Stadion Benteng Tangerang yang kini jauh dari kata layak.
Stadion yang memilki daya tampung 25.000 penonton sempat dikabarkan menjadi sengketa antara pihak pemerintah kota Tangerang dan pemerintah kabupaten Tangerang.
Sejak tahun 2012, stadion ini sudah tidak dipakai untuk pertandingan resmi.
Dulu stadion ini begitu riuh dengan suasana jelang pertandingan sepakbola. Kini kondisinya sungguh membuat pecinta sepakbola nasional, khususnya pecinta sepakbola Tangerang jadi miris.
Isu sengketa kepemilikan antara Pemerintah Kabupaten Tangerang dan Pemerintah Kota Tangerang menjadi pemicu tidak dipakainya stadion tersebut.
Stadion itu kini jadi seonggok bangunan tua tak terurus yang tinggal menunggu kematian. Simak penulusuran awak INDOSPORT ke stadion Benteng, Tangerang berikut ini:
1. Rumput liar dan coretan dinding
Sore ini, puluhan mobil dan motor berjejer rapi di halaman depan stadion. Sejumlah pedagang asongan tampak sibuk melayani pembeli. Meski sudah tak lagi terpakai, sore itu stadion Benteng cukup ramai dikunjungi banyak orang.
Dari depan, tampak stadion ini seperti bangunan tua yang tak terurus. Padahal di dalam stadion masih ada pengurus dan tempat tinggal beberapa orang. Rumput-rumput liar seperti jadi rangkai bunga selamat datang untuk mereka yang berkunjung. Mereka tumbuh ramai di kanan dan kiri bangunan itu.
Di beberapa pintu masuk stadion tampak karat sudah jadi warna pintu tersebut begitupun dengan pagar pembatas untuk mengantri masuk. Coretan-coretan dan di dinding seolah menegaskan bahwa tempat ini memang sudah agak sangat lama tidak jamah pihak terkait.
2. Bench jadi saksi bisu
Awak INDOSPORT dapat penjelasan dari seorang juru parkir bahwa siapapun boleh masuk ke dalam stadion tanpa perlu izin. Untuk masuk lalui pintu yang mengarah ke bawah. Nantinya kita akan langsung menuju ke sisi lapangan. Dari situ, tampak tempat duduk pemain yang dulu diisi kesibukan pemain dan pelatih menyaksikan laga kini teronggok jadi saksi bisu gemerlap kompetisi sepakbola nasional.
Sejenak mata ini menelusuri ruangan di samping kanan dan kiri saat berjalan masuk ke area lapangan. Di ruangan sebelah kanan dimana di pintu ada tulisan di secarik kertas “Ruang VIP, Ruang ganti, Mushola”.
Di dalam ruangan ini terdapat beberapa sajadah dan bangku panjang, sementara di pojok ruangan bertumpuk barang seperti matras ataupun busa, jumlahnya lebih dari sepuluh. Kotor dan berdebu.
Sebuah white board juga berada di dalam ruangan ini, tampak bekas ada tulisan seperti format sebuah turnamen. Disisi dalam ruangan ini terdapat toilet dan kamar mandi yang saat itu tidak terurus dan menimbulkan bau pesing yang cukup menyengat, miris.
3. Tempat menginap dan usaha
Keluar dari ruangan tersebut, awak INDOSPORT menelusuri ruangan di sebelah kiri. Tampaknya ruangan itu digunakan untuk beragam aktivitas keseharian orang di rumah tinggal. Ada beberapa tali yang digunakan sebagai jemuran, baskom berukuran besar dan bertumpuk kain berwarna-warni.
Sesaat keluar seorang lelaki berumur sekitar diatas duapuluhan. Pria ini menjelaskan bahwa ruangan tersebut memang digunakan untuk aktivitas ekonomi rumahan. Ia mengaku bekerja disitu.
Tak lama kemudian keluar seorang anak lelaki. Anak ini bercerita bahwa ia juga baru dua bulan bekerja disana, dimana ruangan tersebut disewa dan pekerjaannya adalah mewarnai busa yang nantinya akan di kirim ke tempat-tempat yang biasa merangkai dan menjual bunga.
4. Lapak pemulung
Saat awak INDOSPORT menyusuri bagian atas tribun penonton, INDOSPORT melihat bangunan semi permanen yang menyerupai tempat bertuduh seseorang. Sebuah lapak pemulung berdiri kokoh di bagian atas tribun.
Di dalam lapak itu terdapat tiga orang pemulung yang tiap hari bertempat tinggal disana. Di sekitarnya nampak bertumpuk plastik bekas minuman. Beranjak sedikit lebih ke sudut ada pintu besi yang biasa digunakan untuk keluar masuk kendaraan medis saat laga resmi, di sana ada seorang pria yang tengah istirahat dan terlihat pula tali tali raffia yang ikatkan ke gawang.
"Tali-tali itu biasa digunakan sebagai jemuran busa yang telah diwarnai sama orang yang bekerja di bawah," kata laki-laki itu.
5. Semuk belukar
Keluar dari dalam stadion, awak INDOSPORT coba kelilingi bagian luar stadion. Bukan hal mudah untuk kelilingin bagian luar stadion ini, INDOSPORT seperti berjalan di semak belukar. Rumput liar tampak subur, entah ada berapa jenis hewan berbahaya di dalamnya.
Memutari bagian belakang stadion tepat di belakang papan skor, tanah kotor dan kembali rumput jadi penghias hampir seluruh sudut stadion ini. Anjing-anjing juga berkeliaran di sisi kanan stadion, entah siapa pemiliknya.
Seorang pemilik warung yang berada di sisi luar mengatakan kondisi ini sangat jauh berbeda saat kompetisi sepakbola masih berlangsung,
"Sudah sangat sepi, seperti tak berpenghuni. Sangat beda dibanding dengan beberapa tahun lalu saat masih ada pertandingan sepakbola di stadion ini," kata pemilik warung itu.
6. Sekolah sepakbola jadi korban
Tidak hanya pemiliki warung yang merasakan efek tak ada kompetisi sepakbola di stadion ini, sebuah sekolah sepakbola (SSB) yang berada di stadion ini juga rasakan dampaknya.
SSB Benteng Taruna yang kabarnya dikelola oleh seorang mantan pemain Persita itu juga tak bisa gunakan lapangan stadion karena tak memiliki izin.
Seorang pengurus SSB yang berada di kantor saat disambangi awak INDOSPORT menjelaskan bahwa mereka tak bisa lagi menggunakna lapangan dalam stadion untuk berlatih,
"Kami harus memiliki izin dari pihak kepolisian padahal sebelumnya stadion ini kerap dijadikan tempat untuk nonton bareng dan sebagainya,"