Arrigo Sacchi: Si Plontos 'Pencipta' Era Dream Team di AC Milan
Arrigo Sachi lahir 1 April 1946 di Fusignano, Italia, dalam kariernya di dunia sepakbola, Sacchi pernah merasakan menjadi pemain dengan berposisi sebagai bek dan membela dua klub saja, yaitu klub asal kelahirannya, Fusignano CF dan Bellaria.
Namun namanya tidak terlalu dikenal sebagai pemain karena dua klub tersebut merupakan klub dari liga amatir, Sacchi namanya mulai mencuat ketika dirinya menjabat sebagai juru taktik alias pelatih.
Menariknya lagi, sebelum ia diketahui publik sepakbola dunia, Arrigo Sacchi pernah mencari uang dengan menjual sepatu.
Klub AC Milan, merupakan sebuah klub yang melambungkan namanya karena dia juga dapat memberikan kejayaan kepada klub tersebut.
Tidak hanya itu, sosok pria Italia ini juga berhasil menciptakan Los Galacticos di Real Madrid jilid pertama dan juga memberikan kejayaan untuk negara asalnya tersebut.
Berikut ini INDOSPORT memaparkan profil dari Arrigo Sacchi:
1. Awal Kepelatihan
Sacchi dikenal sebagai sosok pelatih yang gemar menerapkan taktik menyerang, seperti yang dilakukan klub-klub Real Madrid, Timnas Brasil, dan Belanda.
Awal kepelatihannya, ia menangani Baracca Lugo sebuah klub di mana dirinya memiliki tantangan besar yaitu dalam kategori usia. Para pemain klub tersebut memiliki usia yang jauh lebih tua ketimbang dirinya, sehingga ia pun pernah memberikan sebuah pernyataan.
“Saya (berusia) 26, kiper saya 39, penyerang tengah 32, dan harus mengendalikan mereka,” jelasnya.
Setelah itu, kariernya sebagai pelatih terus berpindah klub, mulai dari AC Cesena yang berada di Serie B pelatih tim muda, lalu pindah lagi ke Rimini yang bermain di Serie C1. Bersama Rimini, Sacchi hamper saja memberikan gelar.
Tidak lama menangani Rimini dan hampir mendapatkan kesuksesan, ia mendapat tawaran untuk menangani tim junior Fiorentina, dianggap piawai melatih para pemain muda, ia pun kemudian ditarik Parma di musim 1985/86.
Parma yang kala itu masih bermain di Serie C1 berhasil dibawanya promosi ke Serie A. Bersama klub berjuluk Gialloblu tersebut, di musim keduanya Sacchi pernah membuat hasil kejutan dengan mengalahkan AC Milan di fase Grup Coppa Italia.
Hasil inilah yang membuat pemilik Milan, Silvio Berlusconi kepincut dengannya dan merekrutnya sebagai pelatih klubnya di musim 1987/88.
2. Era Kejayaan AC Milan
Pada awal kedatangannya, Arrigo Sacchi mendapat perlakuan tidak, Arrigo Sacchi mendapat perlakuan tidak menyenangkan, karena kemampuannya diragukan.
Beberapa media ternama di Negeri Pizza tersebut juga memandang Sacchi sebelah mata, karena ia datang dari level amatir dan pelatih tim junior.
Namun tanggapan tersebut ditepisnya dengan langsung memberikan dua gelar, yaitu Serie A di musim perdananya yang juga merupakan gelar pertama untuk klub berjuluk Rossoneri tersebut dalam waktu 9 tahun terakhir (sebelum Sacchi datang, terakhir Milan juara Serie A musim 1978/79). Selain itu, ia juga menyumbangkan Piala Super Italia.
Tidak hanya itu, Sacchi juga melahirkan trio Belanda, yaitu Marco van Basten, Ruud Gullit, dan Frank Rijkaard. Dari pemain asli Italia, ia melahirkan pemain hebat lainnya, seperti Roberto Donadoni, empat bek tangguh, Franco Baresi, Alessandro Costacurta, Mauro Tassoti, dan sang ikon klub, Paolo Maldini.
Menariknya lagi pada musim kedua dan ketiganya, Arrigo Sacchi kembali melambungkan namanya dengan mengibarkan bendera AC Milan di kancah Eropa, yaitu ia memberikan gelar Piala Eropa (yang saat ini bernama Liga Champions) dua kali secara beruntun yang juga menjadi klub pertama yang berhasil mempertahankan gelar ini sejak tahun 1980.
Pada final pertama di tahun 1989, Sacchi membawa Milan melibat Steaua Bucarest dengan skor telak 4-0 melalui brace goal dari Ruud Gullit dan Van Basten, sebelumnya Sacchi juga memberikan hasil menakjubkan dengan menumbangkan klub raksasa Real Madrid dengan skor agregat mencolok 6-1 di partai semifinal.
Pada musim berikutnya, Sacchi kembali memberikan gelar Piala Eropa dengan menumbangkan klub Eropa yang juga saat itu tengah bersinar di bawah asuhan pelatih tenar Sven-Goran Eriksson, Benfica di partai puncak, melalui gol tunggal Rijkaard yang memanfaatkan umpan matang dari Van Basten.
Sebelum sukses menjadi juara, Rossoneri juga melampaui pertandingan yang tak mudah dengan melibas, HJK Helsinki, Real Madrid, KV Mechelen, dan pertandingan dramatis di semifinal melawan raksasa Bayern Munchen.
Dalam dua tahun itu juga, ia sukses memberikan gelar Piala Super Eropa dan Piala Intercontinental (Saat ini bernama Piala Dunia Antarklub) di tahun 1989 dan 1990.
Arrigo Sacchi pun pernah merasakan kegagalan, meski sukses memberikan gelar Piala Eropa kedua secara beruntun, mereka takluk di kancah domestik dari Juventus di final Coppa Italia 1989/90.
Pada musim keempat atau musim terakhir di periode pertamanya bersama Milan di 1990/91, ia tumbang dari Olympique Marseille di perempatfinal Piala Eropa dan kandas di Coppa Italia saat melawan AS Roma di partai semifinal.
Kendati demikian, nama Arrigo Sacchi tetap tak bisa dipandang sebelah mata, karena ia memberikan banyak gelar dalam tiga musim perdananya untuk Milan.
3. Latih Timnas Italia
Arrigo Sacchi mengakhiri kariernya bersama AC Milan di tahun 1991 dan di tahun itu pula ia menangani Timnas Italia. Beberapa nama besar pun ia hadirkan termasuk pemain-pemain dari klub asuhannya yang bermain di San Siro.
Di bawah racikannya, Gli Azzurri lolos Kualifikasi Piala Dunia 1994 dan berhasil membawa Negeri Spaghetti tersebut lolos ke partai Final, di mana terakhir Italia terakhir lolos ke partai puncak adalah tahun 1982. Sayang di final, mereka kalah dari Brasil dalam drama adu penalti.
Pencapaian Sacchi kala itu terbilang cukup sukses karena dua tahun setelahnya, ia juga membawa Timnas Italia lolos ke Euro 1996.
4. Melahirkan Los Galacticos Jilid 1
Setelah sempat malang-melintang kembali melatih klub seperti Atletico Madrid (1998/99), serta menangani dua klub pertamanya di Italia, yaitu AC Milan (1996/97), Parma (2001). Sacchi dipercaya menjadi direktur sepakbola raksasa Spanyol, Real Madrid selama satu musim 2004/05.
Meski hanya selama satu musim, Arrigo Sacchi juga berhasil menjadikan klub yang bermarkas di Santiago Bernabeu itu melahirkan julukan Los Galacticos yang pertama, dengan memiliki pemain berkelas bintang.
Mereka yang tergabung bersama Real Madrid di musim tersebut adalah Ronaldo (Brasil), Roberto Carlos, Iker Casillas, Raul Gonzales, Luis Figo, Michael Owen, Guti, dan David Beckham.