Cerita Carlos Henrique Kaiser, Si Pembohong Terbesar dalam Sejarah Sepakbola
Sore, lapangan dan bola adalah tiga hal intim yang rasanya wajib ada bagi setiap anak di Brasil. Saban hari, jutaan anak-anak di Brasil terus berlari di atas lapangan dan tak ada keinginan untuk berhenti menendang bola. Hal tersebut cukup menggambarkan betapa menyatunya sepakbola dengan anak-anak di Brasil.
Meski tanpa alas kaki, mimpi jutaaan anak di Brasil untuk menjadi seorang pesepakbola terkenal terus dipupuk. Bakat dan talenta alami bermain bola mungkin menjadi salah satu faktor pendukung mengapa akhirnya anak-anak di Brasil begitu berambisi menggantungkan hidup di masa depan sebagai seorang pemain sepakbola profesional.
Pun dengan Carlos Henrique Raposo, yang kelak memiliki nama tenar Carlos Henrique Kaiser, salah satu pria asal Brasil yang bermimpi menjadi pemain sepakbola terkenal sejak kecil.
Carlos Henrique Kaiser
Bedanya, saat anak-anak di Brasil berhenti bermimpi untuk menjadi pemain sepakbola terkenal karena sadar tak memiliki kemampuan bermain bola, hal tersebut justru tak berlaku bagi Kaiser yang terus maju meski tak memiliki kemampuan mengolah si kulit bundar. Namun, Kaiser menjadi pemain sepakbola dengan cara yang tak lazim yakni berbohong dan menipu.
Hebatnya, Kaiser berhasil melewati waktu bertahun-tahun dengan status sebagai pesepakbola ‘profesional’ dengan jalan yang sangat mulus. Dengan cara terus berbohong dan menipu, nyatanya Kaiser tetap berhasil malang melintang memperkuat sejumlah klub.
Carlos Henrique Kaiser bersama rekan-rekannya di Brasil
INDOSPORT mengulas kisah Carlos Henrique Kaiser sebagai seorang pembohong terbesar dalam sejarah sepakbola yang bahkan mengalahkan Ali Dia sebagai penipu dalam sejarah sepakbola.
1. Menyamakan Diri dengan Franz Beckenbauer
Julukan Kaiser di ujung nama, diklaim oleh Carlos Henrique karena kesamaan gaya antara dirinya dan bek legendaris timnas Jerman, Franz Beckenbauer.
Namun, Carlos Henrique ‘Kaiser’ tentu tak sepopuler Beckenbauer. Caranya yang tak terpuji untuk mencapai mimpi menjadi pemain sepakbola terkenal, sangat berbeda dengan Beckenbauer yang besar dengan talenta dan prestasi.
2. Sepulang dari Meksiko: Awal Karier Menipu
Kaiser tumbuh besar saat Brasil tengah berada di masa kejayaan setelah meraih gelar Piala Dunia 1970. Ia bermimpi menjadi pemain sepakbola terkenal layaknya bintang-bintang legendaris Brasil seperti Pele, Gerson, Jairzinho dan Carlos Alberto yang sukses membawa Brasil meraih juara di Meksiko.
Kaiser mengaku pernah bermain sepakbola di tanah Argentina, Amerika Serikat dan Prancis. Dalam karier yang sukses dibangun selama 20 dan tanpa mencetak satu gol pun, Kaiser juga sempat berkesempatan untuk trial di klub Meksiko, Puebla. Namun, karena dianggap tak memiliki kemampuan, Kaiser akhirnya dipulangkan ke Brasil.
Pulang dari Meksiko, karier menipu Kaiser akhirnya dimulai. Meski tak memiliki bakat bermain bola, Kaiser cukup cerdik memanfaatkan situasi untuk bisa menipu. Persahabatannya dengan pemain terkenal Brasil seperti Romario, Renato Gaucho, Ricardo Rocha, Branco dan Edmundo di awal 1980-an memiliki peranan penting dalam keberhasilannya menjadi penipu dalam sepakbola.
Kaiser akhirnya berhasil meminta para bintang Brasil tersebut untuk merekomendasikan dirinya ke klub-klub yang mengontrak mereka. Para pemain Brasil tersebut berusaha meyakinkan pihak klub untuk mengontrak Kaiser meskipun hanya trial selama 3 bulan.
Lalu, setelah menandatangani kontrak 3 bulan, Kaiser akan mengaku jika dirinya butuh beberapa minggu untuk mengembalikan kondisi terbaiknya. Jadi, sepanjang bulan pertama, Kaiser hanya akan menjajal latihan fisik tanpa menunjukkan kemampuannya bermain bola seperti berlari mengelilingi lapangan.
Saat bulan pertama selesai dan hanya dilewati dengan berlatih fisik, Kaiser diminta menunjukkan kemampuannya dengan berlatih menggunakan bola. Menghadapi situasi tersebut, Kaiser kembali dengan cerdik mengeluarkan trik keduanya untuk menipu.
“Saya akan meminta pemain lain untuk memberikan umpan kepada saya. Kemudian saya menendang jauh-jauh bola tersebut. Saat pemain itu kembali setelah mengambil bola, saya akan memegang paha belakang saya (hamstring) sambil kesakitan dan pura-pura cedera,” kata Kaiser dalam sebuah wawancara dengan Rede Globo, Esporte Espetacular, pada 2011.
Kala itu, tak ada pemeriksaan scan MRI atau pemeriksaan cedera dengan cara pemindaian. “Saya menghabiskan waktu selama 20 hari di meja perawatan bersama tim medis. Tak ada scanner MRI pada saat itu, jadi mau tak mau klub harus percaya kepada saya,” tambah Kaiser.
3. Memanfaatkan Status 'Pesepakbola Profesional'
Saat mengaku tengah mengalami cedera, Kaiser memanfaatkan situasi tersebut untuk membuat dirinya terkenal bersama rekan-rekan setim dengan cara pergi ke pesta dan menikmati kehidupan malam di Rio de Janeiro.
Status sebagai pesepakbola profesional juga dimanfaatkan Kaiser untuk memuluskan langkahnya tersebut.
“Setiap hari pemain tidak diizinkan untuk meninggalkan hotel sebelum pertandingan. Jadi beberapa hari sebelum mereka tiba di hotel, saya akan menyewa beberapa kamar dan mempekerjakan perempuan untuk tinggal di sana,” kata Kaiser.
“Jadi saat para pemain datang, mereka bahkan tidak harus meninggalkan hotel untuk bertemu perempuan,” lanjutnya.
4. Hampir Terbongkar
Kaiser merasa bahwa dengan tak adanya internet dan akses informasi masih sangat terbatas mengenai siapa dirinya, ia mengerti bahwa kesempatan untuk menikmati karir di sepakbola sangat besar meskipun tanpa bakat bermain bola sekalipun.
Kala dikontrak Botafogo pada 1990-an, Kaiser sering terlihat membawa telepon genggam (ponsel) selama sesi latihan, yang saat itu masih menjadi barang langka. Kaiser memanfaatkan telepon genggam tersebut untuk membuat perbincangan palsu dalam bahasa Inggris melalui panggilan telepon.
Di hadapan rekan-rekan setimnya yang tak bisa berbahasa Inggris dan mudah ditipu, Kaiser berpura-pura tengah berbicara menggunakan bahasa Inggris, dengan klub-klub Eropa. Hal tersebut ia lakukan seolah-olah dirinya tengah diincar klub-klub tersebut.
Tak semua bisa tertipu dengan gelagat bohong Kaiser. Dokter klub Botafogo yang pandai berbahasa Inggris, Ronaldo Torres bingung mendengar salah satu percakapan telepon Kaiser, yang tidak masuk akal sama sekali.
Sang dokter akhirnya berusaha mencari tahu untuk menyelidiki lebih lanjut mengenai kejanggalan tersebut. Saat Kaiser mandi, sang dokter mendapati telepon genggam Kaiser. Setelah dicek, telepon genggam tersebut ternyata hanya mainan.
Tak hanya itu, aksi penipuan Kaiser pernah juga hampir terbongkar saat dirinya dikontrak salah satu klub Brasil, Bangu. Namun, Kaiser lebih dulu sempat menjalankan trik menipunya yang cerdik di Bangu.
Terus berada di bangku cadangan, Presiden klub Bangu, Castor de Angrade akhirnya menginginkan sang striker untuk tampil di atas lapangan. Pulih dari cedera, Kaiser pun terkejut mengetahui bahwa dirinya dipilih masuk dalam skuat Bangu di salah satu pertandingan.
“Pelatih meyakinkan saya bahwa saya hanya akan menjadi cadangan. Tapi, saat tim kalah, saya diminta untuk melakukan pemanasan. Saat itu, saya sempat panic. Jika saya bermain, maka orang-orang pasti akan tahu kemampuan saya sebenarnya. Saya harus berpikir cepat saat itu.”
Demi menjaga penyamarannya, Kaiser kembali dengan cerdik menjalankan aksi menipunya yang juga berhasil. Sebelum masuk ke lapangan, tiba-tiba Kaiser memanjat pagar pembatas penonton dan menyerang salah seorang suporter.
Wasit pun tanpa ampun langsung memberikan Kaiser kartu merah dan mengusirnya dari lapangan. Dengan begitu, Kaiser berhasil untuk tak bermain dan ia terhindar dari rasa malu jika saja ia bermain.
“Saya melihat bahwa suporter menghina Presiden klub. Jadi saya naik ke pagar dan melancarkan serangan verbal kepada suporter tersebut,” kata Kaiser dalam sebuah wawancara.
Namun, sang Presiden klub (Castor de Andrade) sempat marah dan meminta penjelasan dari Kaiser soal insiden memalukan tersebut. Kaiser tak kehilangan akal, dengan cerdik ia menjelaskan alasannya memukul suporter yang justru membuat sang Presiden terharu.
“Sebelum Anda mengatakan apa-apa, tolong dengarkan. Setelah ayah saya meninggal, saya sudah menganggap Anda sebagai ayah saya. Dan saya tidak akan pernah mengizinkan siapa pun mengatakan ayah saya adalah seorang pencuri,” jelas Kaiser.
“Namun para suporter mengatakan hal tersebut. Maka itulah saya ikut campur,” tandasnya.
Alih-alih marah dan menghukumnya, sang Presiden klub justru senang dan terharu dengan aksi pemainnya tersebut. Alhasil, Kaiser justru mendapatkan perpanjangan kontrak selama 6 bulan.
5. Hijrah ke Prancis
Kaiser melanjutkan perjalanan kariernya untuk menjajal tantangan terbesar beberapa tahun kemudian. Di awal 1990-an saat sebagian besar bintang Brasil mencoba peruntungan di pentas Eropa, Kaiser tak ingin ketinggalan dan akhirnya bergabung dengan klub Prancis, Gazelec Ajaccio.
Kaiser pun kembali menghadapi tantangan besar selama sesi latihan pertama. Ratusan suporter telah tiba ke markas latihan untuk menyaksikan penampilan bintang baru mereka asal Brasil.
Kaiser tak ingin mengecewakan para suporter yang sudah datang untuk melihat aksinya mengolah si kulit bundar. Lagi-lagi, Kaiser menggunakan trik lamanya untuk melancarkan aksi menipu di hadapan para suporter.
Saat memasuki lapangan, Kaiser benar-benar tak ingin penipuannya terbongkar saat menyentuh bola untuk pertama kalinya. Namun, untuk menyenangkan fans, Kaiser mulai menendang bola ke kerumunan penonton.
Kaiser terus melakukannya, menendang bola ke arah penonton sampai tidak ada bola yang tersisa di atas lapangan. Karena tak akan bisa menggelar permainan tanpa ada bola, pelatih akhirnya tak memiliki pilihan lain selain melakukan latihan fisik selama 90 menit, yang sebenarnya merupakan keahlian Kaiser selama ini.
Kaiser terus menetap beberapa tahun di Ajaccio, yang bermain di pentas Ligue 2 Prancis. Ia tampil sebanyak 20 kali sebagai pemain pengganti. Kaiser akhirnya memutuskan pensiun dari dunia sepakbola pada usia 39 tahun. Ia kembali ke Rio dan mengakhiri karir yang mengesankan sebagai striker dongeng yang tak pernah mencetak gol.
Saat ini, Kaiser kabarnya menjadi seorang instruktur olahraga seperti fitness.