Hermansyah, Kiper Terhebat Indonesia dan Segala Kontroversinya
Para pencinta timnas Garuda angkatan 80-an pasti tak asing dengan sosok penjaga gawang kawakan, Hermansyah. Sosoknya dikenal sebagai salah satu kiper terbaik yang pernah dimiliki Indonesia sepanjang masa. Ia pun berjasa menghadirkan kebanggaan bagi timnas di tahun 80-an.
Penjaga gawang yang dikenal dengan keahliannya memblok tendangan penalti lawan itu dahulu selalu dielu-elukan. Sosoknya bahkan menonjol di bawah mistar gawang dan selalu menjadi andalan Merah Putih kala berlaga di era 1983 hingga awal 1990.
Mantan kiper Tim Nasional Indonesia, Hermansyah
Salah satu 'jasa' yang mungkin tak akan pernah dilupakan ialah saat Hermansyah dkk hampir melenggang ke Piala Dunia 1986 di Meksiko. Namun sayang di partai penentuan babak akhir kualifikasi (fase ketiga), Indonesia yang menjadi juara grup 3 B kalah dari Korsel yang juara grup 3 A.
Hal tersebut diakui Hermansyah sangat disesalinya mengingat perjuangan besarnya dan para pemain lain demi membawa Merah Putih ke kancah pesta sepakbola terbesar dunia itu. Jika saja timnas Indonesia angkatan 1986 yang kala itu dilatih Sinyo Aliandoe mampu menumbangkan Korea Selatan, maka tiket Piala Dunia akan diraih.
Tak serta merta meninggalkan panggilan hidupnya sebagai seorang penjaga gawang, Hermansyah kini memilih mengabdikan diri sebagai seorang pelatih kiper. Lama tak terlihat batang hidungnya, INDOSPORT akan mengupas profil legenda penjaga gawang Indonesia itu.
1. Awal Karier
Sejak kecil, bakat Hermansyah untuk menjadi seorang penjaga gawang memang telah terlihat ia pun memilih menempuh pendidikan di sekolah atlet Ragunan demi cita-citanya menjadi pesepakbola. Tahun 1980-an, Hermansyah mengawali kariernya sebagai seorang kiper dengan Diklat Salatiga, lalu kemudian bergabung dengan Diklat Ragunan.
Kariernya melesat saat membela tim nasional Indonesia. Hermansyah hampir selalu berdiri di bawah mistar gawang untuk menjaga barikade terakhir tim. Namanya hampir dikenal setiap orang sebagai kiper andalan timnas. Di era 80-an, tak ada satu kiper pun yang mampu menggantikan perannya.
“Saat itu semua mengenal saya, coba tanya di masa itu siapa yang tidak kenal sosok Hermansyah, tapi mungkin untuk saat ini anak-anak muda bahkan jurnalis sekarang belum tentu tahu sosok saya,” ujar Hermansyah saat dihubungi INDOSPORT.
Kerja keras, kedisiplinan, dan rendah hati diklaim Hermansyah membuatnya awet dan terus dipercaya pelatih timnas kala itu untuk menjaga gawang. Ia pun konsisten menunjukkan penampilan memukau di eranya sehingga keriernya panjang di jagat sepakbola.
2. Gagal Bawa Indonesia ke Piala Dunia
Salah satu memori yang tak akan pernah terlupakan oleh Hermansyah saat masih berseragam timnas ialah kesempatan emas membawa Indonesia berlaga di Piala Dunia 1986. Hermansyah dan penggawa timnas kala itu nyaris bisa berlaga di Piala Dunia 1986 Meksiko, namun sayang di partai penentuan, tim Garuda kalah dari Korea Selatan.
Timnas yang kala itu dilatih Sinyo Aliandoe kalah 1-3 di Jakarta dan menyerah 2-0 saat melawat ke Negeri Gingseng. Hal tersebut sangat disayangkan oleh Hermansyah mengingat jika mereka mampu menaklukkan Korsel maka timnas Indonesia akan langsung melaju ke Piala Dunia 1986 Meksiko.
“Saya meneteskan air mata setiap kali berlaga membela timnas di pertandingan internasional. Kami nyaris membawa tim ke Piala Dunia, sayang harus kalah dari Korea Selatan, itu adalah pencapaian terbaik timnas dibandingkan dengan keadaan spakbola saat ini yang menurun drastis,” ujar Hermansyah saat dihubungi INDOSPORT.
3. Menjelma Jadi Pelatih Kiper
Persikota menjadi batu loncatan pertama Hermansyah sebagai seorang pelatih. Pria kelahiran 17 Agustus 1963 silam itu akhirnya dikontrak oleh klub papan atas Divisi Utama, Persidafon Dafonsoro. Hermansyah pun diberi kepercayaan untuk menjadi pelatih kiper tim nasional Indonesia.
Beberapa penjaga gawang yang pernah menjadi anak asuhnya antara lain Hendro Kartiko, Mukti Ali Radja, Jendri Pitoy, dan Hendra Prasetya.
Di masa tuanya kini, Hermansyah masih mengabdikan diri dan membagi ilmunya sebagai seorang pelatih kiper dari tim yang berlaga di Torabika Soccer Championship (TSC) B. Selain menjadi pelatih kiper untuk PS Bangka, pria kelahiran Bandung itu juga dipercaya menjadi pelatih kiper untuk beberapa klub.
“Di ajang Piala Bhayangkara kemarin saya kebetulan bergabung bersama PS Polri untuk menjadi pelatih kiper selama ajang tersebut, sebelumnya saya dipercaya untuk melatih PSM, dan kini kembali lagi ke PS Bangka yang main di TSC B,” jelas Hermansyah.
4. Kontroversi Berujung Sanksi
Nama Hermansyah kembali mencuat saat menjabat sebagai pelatih kiper untuk klub PS Bangka. Namun kali ini namanya melambung bukan karena prestasi, melainkan kontroversi yang diciptakannya pada 2013 silam.
Hermansyah saat itu tertangkap kamera wartawan saat menunjukkan alat vitalnya saat cekcok dirinya bersama salah seorang panpel saat PS Bangka bentrok dengan PSIS di Stadion Jatidiri Semarang.
"Saya pribadi menyadari kesalahan yang saya lakukan dan merupakan contoh buruk, namun semua itu karena sangat kecewa PS Bangka dikerjai melewati batas," ujar Hermansyah kala itu.
Tindakan kiper legendaris timnas itu sangat disayangkan mengingat prestasi yang diperolehnya selama bertahun-tahun sebagai kiper tercoreng kaena tindakan tak senonohnya itu. Namun dengan berbesar hati, ia menyampaikan permohonan maaf atas perilakunya tersebut.
5. Nasib di Hari Tua
Hermansyah mengklaim dirinya cukup beruntung karena ia masih bisa bertahan di dunia sepakbola saat masa tuanya. Di usia ke 54 tahun, Hermansyah masih aktif menjadi pelatih kiper untuk PS Bangka dan membuka usaha sampingan di luar profesinya sebagai pelatih.
“Saya saat ini kembali menjadi pelatih untuk PS Bangka yang berlaga di ISC B, setelah pada Piala Bhayangkara lalu saya bergabung bersama PS Polri untuk menjadi pelatih kiper di sana. Sebelumnya saya juga pernah bersama PSM Makassar,” ujar Hermansyah
“Untuk usaha lainnya saya sempat membuka toko pengisian air galon lalu sempat membuka usaha di salah satu apartemen di Jakarta juga. Saya masih beruntung karena di usia tua saya masih dapat bekerja di dunia sepakbola,” tambhanya.
Hermansyah mengklaim jika perhatian pemerintah, dalam hal ini Menpora, Imam Nahrawi, sangat kurang terhadap para mantan pesepakbola. Ia pun berharap jika pemerintah mampu memberikan kesejahteraan atau setidaknya penghargaan.