On This Day: Lahirnya Pelatih Juara yang Doyan Blusukan

Kamis, 2 Februari 2017 13:26 WIB
Editor: Gerry Anugrah Putra

Nama Indra Sjafri mulai dikenal saat dirinya meraih kesuksesan bersama Timnas Indonesia U-19. Indra mampu meraih sukses dalam dua tahun, yakni menjadi juara HKFA Cup Hongkong tahun 2012 dan 2013.

Selain itu, juara Piala AFF U-19 2013 dan sukses lolos ke Piala Asia U-19 2014 menjadikan namanya melambung sebagai pelatih pengorbit bakat muda. Tak berlebihan menyebut Indra Sjafri sebagai ‘sang penemu’, pasalnya lewat program blusukan, banyak pemain muda Indonesia lahir saat dirinya menjadi pelatih Timnas U-19.

Indra Sjafri punya gaya melatih yang unik.

Kemampuannya meramu tim muda, membuat Indra kini kembali dipercaya PSSI menakhodai Timnas Indonesia U-19 tahun ini. Pilihan meninggalkan Bali United dirasa tepat oleh publik sepakbola Indonesia, karena Garuda muda memang membutuhkan sosok Indra.

Tangan dingin Indra Sjafri mampu melahirkan bakat hebat pemain muda Indonesia.

Di hari ulang tahunnya, INDOSPORT bercerita ringan perjalanan karier Indra Sjafri sejak di PSP Padang hingga menjadi pelatih Indonesia.


1. PSP Padang dan Kekecewaannya sebagai Pemain Sepakbola

Indra Sjafri pernah kecewa dengan Timnas saat usia muda.

Indra Sjafri lahir dan besar dari klub PSP Padang. Seperti kebanyakan pesepakbola asal Sumatera Barat, nama PSP Padang begitu tersohor sebagai perserikatan. Indra pun mengawali karier sepakbolanya di tim berjuluk Pandeka Minang pada tahun 1986.

Di awal kariernya sebagai pemain, Indra malah gagal membawa PSP lolos dari degradasi. Berkali-kali PSP Padang bermain di kompetisi Perserikatan PSSI, Indra masih belum merasakan kembali atmosfer Divisi Utama hingga berhenti sebagai pemain pada tahun 1991.

Indra Sjafri (dalam lingkaran) saat masih memperkuat tim PSP Padang di kompetisi Perserkatan PSSI.

Berhentinya Indra menjadi pemain karena kecewa dengan apa yang dilihatnya saat itu. Indra muda bermimpi untuk bisa menjadi pemain Timnas Indonesia, namun kesempatan tersebut tak pernah menghampiri Indra. 

Indra yang meniti karier dari sepakbola desa merasa pemilihan pemain Timnas tidak fair saat itu. Ia melihat pemain dari kampung meski punya skill yang mumpuni tapi tak pernah terpantau oleh PSSI.

Selepas berhenti sebagai pemain, Indra banting setir menjadi pelatih. Bahkan, sembari memperdalam ilmu kepelatihannya di PSP Padang, Indra juga bekerja sebagai pegawai PT Pos Indonesia. 

Namun kecintaannya dengan dunia sepakbola, membuatnya kembali turun ke lapangan hijau. Beberapa tawaran sempat mengalir kepada dirinya, bahkan PSSI pun menawarkan menjadi pemandu bakat pada tahun 2008.


2. Mendalami Ilmu Kepelatihan dari Pelatih Jerman

Indra Sjafri meraup banyak pengetahuan dari pelatih asal Jerman, Adolf Remy.

Saat Kota Padang menjalin kerja sama dengan Jerman melalui program Sister City. Tak hanya tata kota saja yang digarap, namun sektor olahraga juga menjadi perhatian.

Jerman kemudian mengirim pelatih sepakbola bernama Adolf Remy untuk menjadi pelatih tim PSP Padang. Saat itu Indra dipercaya menjadi salah satu asisten pelatih Remy. Menjadi asisten Remy bukan tugas yang mudah, bahkan beberapa asisten pelatih lainnya memilih mundur.

Banyak hal yang membuat asisten pelatih PSP bertumbangan saat Remy memimipin Pandeka Minang. Mulai dari disiplin tinggi sampai pandangannya tentang dunia kepelatihan.

Indra Sjafri (tengah) bersama beberapa pelatih senior, termasuk alm. Ronny Pattinasarany dan Sartono Anwar.

Berkebalikan dengan rekan-rekannya, Indra malah suka dengan prinsip-prinsip yang ditanamkan Remy. Ia menilai banyak pelajaran yang diperoleh dari Remy tentang kepelatihan.

Salah satunya dulu di Padang setiap ada pertandingan sepakbola, yang duduk di bangku cadangan bukan hanya pemain tapi juga pejabat dari bupati, kepala dinas, dan sebagainya. 

Remy tak suka dengan hal tersebut karena memang mengganggu. Ia pun tak segan menghardik pejabat karena memang bangku cadangan adalah wilayah teknis dari pelatih. Indra suka dengan ketegasan Remy.

Menariknya persahabatan mereka berlanjut setelah Remy pulang ke Jerman. Berkat hubungan baik itu, Indra sempat diajaknya melihat langsung pertandingan sepakbola piala dunia dan berkunjung ke beberapa kawasan di Jerman.


3. Selamatkan Pemain Muda Indonesia Lewat Blusukan

Indra Sjafri dan Evan Dimas saat di Barcelona.

Setelah mendalami ilmu kepelatihan dan menjadi pemandu bakat PSSI. Indra punya kesempatan yang lebih tinggi, yakni memasuki Timnas Indonesia. 

Awalnya Indra hanya menjadi asisten pelatih Timnas U-19, dan pelatih kepala dipimpin oleh Luis Manuel Blanco. Namun karena kondisi PSSI yang tak stabil akibat dualisme, akhirnya Indra naik menjadi pelatih kepala.

Evan Dimas, salah satu pemain yang lahir dari tangan dingin Indra Sjafri.

Menjadi pelatih Timnas Indonesia, Indra belajar dari kekecewaannya di masa muda. Tak mendapat kesempatan di timnas karena tak hanya menjadi pemain regional saja, Indra menjalankan program blusukan.

Indra dengan telaten mencari pemain muda berbakat dari penjuru Indonesia. Hasilnya, beberapa pemain muda saat itu berhasil mencuat berkat program Indra. Nama-nama seperti Evan Dimas, Paulo Sitanggang, Hansamu Yama Pranata, Muhammad Hargianto, sampai Ilham Udin Armayn, lahir dari program Indra.


4. Bawa Timnas Indonesia U-19 Berjaya di Asia Tenggara

Indra Sjafri sukses membawa Indonesia meraih Piala AFF U-19 2013 dan lolos ke Piala Asia U-19 2014.

Bersama Timnas Indonesia U-19, Indra meraih banyak kesuksesan. Awalnya, banyak yang meragukan kapasitas Indra sebagai pelatih. Namun ia menjawab dengan beberapa gelar untuk Indonesia.

Dimulai dari dua kali juara Juara HKFA Cup Hongkong tahun 2012 dan 2013. Indra mendapat tugas berat membawa Garuda Muda bermain di Piala AFF U-19 dan kualifikasi Piala Asia U-19.

Timnas Indonesia U-19 berhasil meraih juara Piala AFF U-19 2013.

Mendapat kepercayaan dari negara, Indra pun menjalan tugasnya dengan sukses. Berbekal kekompakan tim mudanya, Indra berhasil mengawinkan keberhasilan di tahun yang sama, yakni juara di Piala AFF U-19 2013 dan lolos ke Piala AFC U-19 2014.

Tak hanya juara, Indra pun membagikan ‘warisannya’ ke sepakbola Indonesia. Hampir kebanyakan pemain didikan Indra pun menguasai kompetisi Indonesia. Bahkan, Evan Dimas, Hansamu Yama, dan Muchlis Hadi Ning menjadi alumni U-19 yang sukses menembus timnas senior. 

Indonesia U-19Indra SjafriTimnas u-19PSP PadangLiga IndonesiaOn This Day

Berita Terkini