On This Day: Lahirnya Si Buntut Kuda Istimewa dari Italia, Roberto Baggio
Pada tanggal 18 Februari 1967, atau 50 tahun silam, seorang bayi bernama Roberto Baggio lahir ke dunia. Bayi tersebut lahir dan besar menjadi seorang pesepakbola profesional yang namanya bersinar di dataran Eropa dan dunia.
Roberto Baggio merupakan pesepakbola yang menghabiskan sepanjang kariernya bermain untuk klub Italia. Terhitung 7 klub asal Italia pernah ia bela dari tahun 1982 hingga tahun 2004, ketika dirinya memutuskan untuk pensiun.
Klub Italia tersebut adalah L.R. Vicenza, Fiorentina, Juventus, AC Milan, Bologna, Inter Milan, dan Brescia. Namun, namanya lebih bersinar ketika berseragam Juventus, yang menjadi klub terlama yang ia bela.
Ketika masih aktif menjadi pesepakbola profesional, dirinya mendapat julukan unik, yaitu Il Divin Codino (The Divine Ponytail) karena rambut buntut kuda yang ia miliki dan juga agama yang ia anut.
Pesepakbola yang terkenal dengan tendangan bebas mematikan ini sebelumnya bermain dalam berbagai posisi di lini depan. Ia sempat menjadi seorang second striker meskipun posisi alaminya sebagai gelandang serang.
Di hari ulang tahun Roberto Baggio yang ke-50 ini, INDOSPORT telah merangkum beragam fakta unik kepada para pembaca setia untuk mengenang Il Divin Codino semasa hidupnya.
1. Pemain yang Dibenci namun Juga Dicintai di Italia
Roberto Baggio merupakan pesepakbola asli Negeri Pizza yang lahir di Caldogno, sebuah tempat di bagian Utara Italia. Namun, dirinya sempat menjadi musuh dan dibenci di kampung halamannya sendiri. Insiden buruk tersebut terjadi pada tahun 1994, ketika ajang Piala Dunia tengah berlangsung di Amerika Serikat.
Sebuah pertandingan akbar terjadi di final Piala Dunia 1994 yang mempertemukan Italia dengan Brasil, di Rose Bowl, Los Angeles. Ditonton oleh 94 ribu pasang mata, Italia gagal mengangkat trofi Piala Dunia untuk yang ke-4 kalinya setelah takluk dari Negeri Samba melalui drama adu penalti.
Dalam adu penalti tersebut, nama Roberto Baggio disebut sebagai biang keladi kekalahan Italia karena gagal mencetak gol sebagai penendang keempat. Tendangan yang ia lakukan melesat jauh di atas tiang gawang Brasil.
Roberto Baggio tertunduk lesu setelah gagal mencetak gol pada drama adu penalti di final Piala Dunia 1994.
Hal tersebut tentu mengecewakan para fans Italia yang berharap Il Divin Codino mampu membawa Italia meraih gelar juara Piala Dunia. Pasalnya, pada satu tahun sebelumnya, Roberto Baggio baru saja dinobatkan sebagai pemain terbaik dunia (Ballon d'Or).
Bak sudah jatuh tertimpa tangga pula, karier Baggio di Juventus pun merosot. Dirinya pun dibuang oleh pelatih Marcelo Lippi ke AC Milan. Namun, di San Siro pun tidak membuat kariernya menjadi lebih baik. Pesepakbola yang mencatatkan 56 caps bersama Tim Nasional Italia itu tidak mendapat kepercayaan dari pelatih AC Milan saat itu, Fabio Capello.
Dirinya pun sempat diasingkan dalam skuat Timnas Italia, baik ketika Euro 1996, Piala Dunia 1998, dan 2002. Namun, dengan ketidakhadiran Si Ekor Kuda tersebut, Gli Azzurri terjerembap dalam setiap event internasional tersebut.
Il Divin Codino, julukan Roberto Baggio kerap ditinggalkan dalam ajang Internasional bersama Tim Nasional Italia.
Meskipun para fans Italia telah meminta agar pelatih Italia saat itu, Cesare Maldini (1997/98) dan Giovanni Trapattoni (2000-2004) untuk memanggil Il Davin Codino, namun hingga saatnya kompetisi dimulai para pelatih Gli Azzurri itu mengindahkan suara tersebut dan tetap tidak memanggil dirinya.
Meskipun sempat dibenci di Italia, Il Divin Codino masih dicintai para fans dari klub yang pernah ia bela, seperti Fiorentina, Bologna, AC Milan, dan Juventus, seperti dilansir dari CNN.
2. Julukan Unik karena Agama yang Dianut
Roberto Baggio memang sebelumnya diketahui sebagai penganut agama Buddha. Ia menjadi penganut Buddha sejak tahun 1988 lalu. Ia diperkenalkan agama tersebut melalui temannya yang bernama Morrichio.
Ia memutuskan untuk memeluk ajaran Buddha setelah mengalami masa-masa sulit dalam karier sepakbolanya. Ketika itu dirinya masih membela Fiorentina dan mendapatkan sebuah cedera parah pada lututnya.
Ketika itu dirinya harus melakukan sebuah operasi yang membutuhkan 220 jaitan pada lututnya. Terkait cederanya tersebut, ia kehilangan berat badan hingga 12 kg dan melewatkan satu musim penuh.
Julukan Baggio didapat karena agama yang ia anut.
Setelah menganut ajaran Buddha tersebut, dirinya pun mendapatkan sebuah julukan unik yaitu 'Il Divin Codino' atau dalam Bahasa Inggris menjadi 'The Divine Ponytail'.
Kata 'Ponytail' tentu saja merujuk pada gaya rambutnya yang dikuncir seperti buntut kuda. Sedangkan kata 'Divine' yang bisa bersifat ke-Tuhanan, menilik dari sifat bijak yang ia bangun setelah memeluk agama Buddha. Ia menjadi lebih mengerti dan memiliki pandangan yang berbeda dalam kehidupan.
Dilansir dari Panditfootball, keinginan Baggio memeluk agama Buddha mendapat protes dari keluarganya, yang menganut ajaran Katolik. Namun, keluarga Baggio akhirnya luluh dan menerima pilihannya tersebut, karena ajaran Buddha telah memberikan ketenangan dalam hidupnya.
3. Pencapaian dalam Karier Profesional
Selama aktif menjadi seorang pesepakbola profesional, Il Divin Codino memang tidak bergelimang trofi seperti halnya Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Namun, capaian trofi yang pernah ia torehkan meninggalkan kesan spesial dibenak hati setiap orang.
Dalam level klub, dirinya hanya meraih 4 trofi, yaitu ketika dirinya berseragam Juventus dan AC Milan. Bersama La Vecchia Signora, Baggio berhasil mendapatkan Scudetto (1994/95), Coppa Italia (1994/95), dan trofi Liga Europa (1992/93). Sedangkan ketika berseragam AC Milan, dirinya berhasil mendapatkan gelar Scudetto di tahun (1995/96).
Roberto Baggio kala mengangkat trofi Liga Europa bersama Juventus musim 1992/93 lalu.
Atas torehannya bersama Juventus kala menjuarai Liga Europa 1992/93 lalu, dirinya dinobatkan sebagai pemain terbaik dunia, atau yang disebut sebagai Ballon d'Or. Tidak hanya itu saja, legenda sepakbola Brasil, Pele, memasukkan namanya dalam 100 nama pesepakbola 'The World's Greatest Living Player' di tahun 2004.
Selama kariernya membela klub di Italia, ia telah mencatatkan 519 pertandingan dan 235 gol sebagai gelandang serang. Ia sempat disebut melebihi legenda Argentina, Diego Maradona sebagai pemegang nomor 10 terbaik di liga oleh mantan gelandang Fiorentina, Miguel Montuori karena torehan golnya yang disebut lebih produktif.
Pada tahun 2014 silam, dirinya masuk dalam 11 pemain nomor 10 terbaik di dunia dalam pilihan FIFA. Ia berada pada posisi 9, dan harus kalah dengan nama-nama tenar lain seperti Pele, Diego Maradona, Zinedine Zidane, Michel Platini, dan Lionel Messi.