Mengajak Bekraf Berperan di Pemberdayaan Suporter
Berita tidak sedap kembali muncul jelang kick off Liga 1 pada 15 April 2017 mendatang. Kabar sedap itu datang dari salah satu barisan suporter yakni Jakmania yang mendapat serangan dari kelompok tak dikenal saat melakukan perjalanan menuju Purwokerto untuk menyaksikan Persija di turnamen Cilacap Cup.
Kereta Serayu jurusan Jakarta-Purwokerto diserang sekelompok orang tak dikenal menggunakan batu, benda tumpul, dan benda tajam saat melintas masuk di Stasiun Cimahi dan Stasiun Kiara Condong, Bandung, Jawa Barat.
Aksi tak terpuji ini menambah daftar panjang aksi kekerasan dan pengerusakan yang melibatkan suporter. Tak pelak, publik pun bertanya-tanya apa yang harus dilakukan pihak terkait untuk bisa meredam energi berlebih para suporter ini.
Berbagai upaya memang sudah coba dilakukan pihak terkait untuk bisa meredam aksi kekerasan dan pengerusakan yang melibatkan para suporter seperti ikrar damai dan hal positif lainnya.
Di tingkatan internal, sejumlah pengurus suporter juga berupaya untuk meredam aksi negatif ini. Bentuk-bentuk kerja nyata untuk para suporter yang rata-rata berjiwa muda ini memang wajib dilakukan.
Mengubah energi berlebih dari para suporter ke tindakan lebih baik dan positif tentu saja jadi hal berguna dan membangun sepakbola nasional itu sendiri.
Paradigma yang hanya mengaitkan suporter dengan pihak-pihak terkait seperti Kepolisian sepertinya wajib diubah. Ajak supoter bekerjasama dengan lembaga negara lain yang menekankan kreatifitas dan ekonomi mandiri seperti Badan Ekonomi Kreatif misalnya.
1. Kreatifitas, Edukatif, Ekonomi Kreatif Suporter
Suporter klub Indonesia sebenarnya bukan hanya melulu identik dengan aks-aksi tak terpuji dan jadi cibiran masyarakat di luar pencinta sepakbola. Sejumlah barisan supoter nyatanya memang memiliki aksi kreatifitas yang mumpuni, tak jarang aksi kreatifitas mereka mengarah ke pemberdayaan ekonomi mandiri.
Kisah soal bagaimana kreatifitas suporter PSS Sleman, Brigata Curva Sud (BCS) bahkan sudah jadi pembicaraan publik di Asia. BCS memiliki rekam jejak tak sembarangan dalam hal kreatifitas dan ekonomi mandiri.
Konsep berdiri di atas ekonomi sendiri (berdikari) diterapkan nyata oleh BCS. BCS tercatat membangun unit-unit usaha seperti distro CSS Shop, CS Mart, CS Pegadaian (untuk membantu anggota yang kesulitan dana saat away) dan CS Magazine.
Bahkan aksi mereka yang jadi sorotan teranyar publik Tanah Air ialah saat pembukaan Piala Presiden 2017 yang dihadiri Presiden RI, Jokowi. BCS menampilkan aksi koreo 4D yang sangat jarang ditunjukkan barisan suporter lain.
Tidak hanya BCS yang memiliki semangat membangun sepakbola nasional dengan aksi kreatifitas dan ekonomi mandiri, barisan suporter Semen Padang pun melakukan hal sama.
Kreatifitas suporter Semen Padang bisa kita lihat dari goresan mereka di cerita komik yang tertuang di akun Facebook dan Instagram, Carito Kabau Sirah.
Komik bernada satir yang menunjukkan kegelisahan para suporter di kehidupan sehari-hari atau soal sepakbola nasional dituangkan dengan cara-cara menggelitik dan sangat kreatif, misalnya di kartun yang teranyar mereka posting di akun Facebook mereka,
"Selain dilarang membawa flare, giant flag, botol, dan benda tumpul lainnya ke dalam stadion. Suporter juga dilarang membawa kenangan masa lalu bersama mantan,"
Barisan suporter Semen Padang yang tergabung dalam Carito Kabau Sirah ini memanfaatkan betul kemajuan teknologi di media sosial sebagai media penunjuk eksistensi dan menunjukkan identitas mereka sebagai suporter kreatif.
Media sosial tidak hanya dijadikan sebagai ajang caci maki antar suporter oleh para Carito Kabau Sirah,
"Ini hanya untuk lucu-lucuan dan juga memberikan dukungan terhadap tim Semen Padang FC," kata Inggi Djambak seperti dikutip dari Padang Ekspres.
Bahkan untuk hal yang lebih serius, barisan suporter juga melakukan hal kreatif dan edukatif. Lihat bagaimana akun-akun seperti komunitas Bawah Skor Mandala yang fokus pada pengarsipan sejarah sepakbola nasional khususnya PSIM Yogyakarta.
Komunitas Bawah Skor Mandala bahkan tidak hanya mengarah ke edukasi soal arsip sepakbola nasional namun juga di tataran ekonomi kreatif.
"Awal mula kisahnya terjadi pada tahun 2010. Saya aktif kuliah dan nonton bola. Saya merasa PSIM tidak punya merchandise yang mewakili atau representatif kecintaan klub pada saat itu. Saya coba-coba bikin merchandise yang formal dengan makna kecintaan terhadap PSIM dengan unsur yang tidak norak dan provokatif," kata Dimaz Maulana, penggagas komunitas Bawah Skor Mandala.
Di Jakarta kita sangat familiar dengan Legendary 1928. Sumbangsih dari legendary 1928 untuk pengarsipan sepakbola nasional khususnya Jakarta sudah tidak ada lagi meragukan.
Unsur edukatif sangat kental di legendary 1928, publik tidak akan pernah mengetahui soal ulasan bagaimana sepakbola jadi alat untuk bangsa ini merdeka, atau bagaimana fakta sejarah soal Lapangan Singa di pusat kota Batavia dulu.
2. Sinergitas dengan Bekraf
Dari sekelumit pemaparan di atas soal sepak terjang para suporter, tentu saja sudah saatnya merangkul para suporter dengan arah lebih baik dan diterima oleh para suporter itu sendiri.
'Menggandeng' suporter dengan aparat keamanan tentu saja baik untuk menjaga mereka untuk tidak bertindak vandal, namun yang juga penting ialah bagaimana mensinergiskan suporter dengan lembaga negara lain yang mengusung soal ekonomi kreatif.
Badan Ekonomi Kreatif misalnya jadi lembaga yang bisa diarahkan untuk bisa menggandeng di proses-proses ekonomi kreatif dan edukatif para suporter.
Bekraf sendiri seperti dikutip dari bekraf.go.id dibentuk oleh Pemerintah Jokowi untuk menjadi saluran utama masyarakat yang memiliki bentuk nyata dari ekonomi kreatif. Bekraf memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia.
Apa yang dilakukan oleh para suporter ini tidak bertumpu pada eksploitasi alam, namun lebih pada keunggulan sumber daya manusia itu sendiri, misi yang sesuia dengan Bekraf.
Menariknya, Bekraf yang memiliki 16 subsektor dari industri kreatif yang wajib dikembangkan, beberapa di antaranya sudah dijalankan oleh para suporter di Indonesia.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf menyebut ke-16 subsektor ekonomi kreatif itu ialah, aplikasi dan pengembangan game, arsitektur dan desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fesyen, film, animasi video, fotografi, kriya (kerajinan tangan), kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, televisi dan radio.
Jika ditelusuri lebih jauh, ke-16 subsektor itu sudah dijalankan oleh para supoter kita seperti soal radio misalnya, barisan suporter PSS Sleman memiliki Elja Radio, untuk desain komunikasi visual bisa terwakili dari kerja-kerja kreatif BCS dan Carito Kabau Sirah.
Untuk penerbitan, mari tengok isi arsip dari komunitas Bawah Skor Mandala dan Legendary 1928. Pun soal film, film dokumenter Jak Mania berjudul 'Jakarta Is Mine' bisa mewakili.
Persoalannya saat ini ialah bagaimana Bekraf bisa merangkul para suporter ini dengan menggunakan 'kacamata' yang berbeda. Merangkul suporter untuk berdaya bukan perkara mudah jika menggunakan kacamata kuda, barisan suporter ini sudah berkarya dan berkreasi jauh sebelum pemerintah sadar bahwa ekonomi kreatif bisa jadi tulang punggung ekonomoi bangsa ini.
3. Karya suporter Indonesia