Semangat Kartini-kartini Muda di Dalam Wadah Ultras PSS
Nama Brigata Curva Sud (BCS) sudah tidak asing lagi didengar para pencinta sepakbola nasional. Ultras ini tekenal dengan aksi koreografinya yang masih jarang ditampilkan oleh suporter-suporter klub sepakbola di Indonesia. Kreativitas mereka semakin diakui, setelah belum lama ini dinobatkan sebagai ultras terbaik di Asia oleh copa90.
Lebih hebatnya lagi, BCS bukanlah ultras pendukung sebuah klub besar. BCS adalah suporter fanatik klub kecil dari utara Yogyakarta yang berkompetisi di kasta kedua Liga Indonesia (Liga 2), PSS Sleman.
Di balik prestasi, dedikasi, dan kreativitasnya, mungkin belum banyak yang mengetahui bahwa ada kelompok ultras wanita yang merupakan bagian dari BCS. Kelompok ultras tersebut bernama LCS.
LCS adalah singkatan dari Ladies Curva Sud. Merupakan satu kesatuan dari BCS, yang tak kalah 'garang'. LCS bisa disebut BCS versi wanita, karena memang semua anggotanya adalah wanita.
Sejarah Terbentuknya LCS
Salah satu anggota yang terlibat dalam sejarah didirikannya LCS, Ningrum mengungkapkan awal mula dibentuknya kelompok ultras wanita tersebut.
"Awalnya beberapa dari kita (penonton perempuan) yang notabenenya pacar dari anak- anak BCS sering ikut kasih dukungan PSS dari tribun selatan. Kemudian berkumpul dengan beberapa penonton perempuan di situ yang memang independen," ungkapnya.
"Usulan dari mas-mas BCS, kalau Slemania (suporter PSS) kan punya Slemanona. Akhirnya para perempuan tadi termasuk saya diskusi dengan mas-mas BCS, dan ditetapkanlah namanya Ladies Curva Sud," lanjutnya.
"Mau pakai girl atau woman dirasa kurang pas, jadinya dipakailah kata Ladies Curva Sud berdasarkan kesepakatan bersama, untuk tanggal lupa tepatnya, tapi kami sepakti tanggal 29 Januari 2012 menjadi Hari Jadi LCS," tambah perempuan yang baru saja dikaruniai anak pertama tersebut.
Dengan adanya LCS, Ningrum mengaku, dirinya dan anggota lainnyya merasa lebih semangat saat mendukung tim kebanggaan.
"Kalau mau rangkul-rangkulan, pelukan saat gol lebih nyaman dan lebih terjalin ikatan satu sama lain. Lebih merasa aman karena berkumpul jadi satu, jika ada kejadian yang tidak diinginkan lebih mudah koordinasi," jelasnya.
Meski begitu, ia juga bersama anggota LCS lainnya sempat mendapat hambatan saat ingin menyaksikan PSS bertanding.
"Judge dari masyarakat yang kurang baik tentang suporter yang sering tawuran, sempat jadi kendala bagi kami untuk mendapat izin menonton pertandingan." katanya.
"Tapi sekarang aksi kami (BCS) ditunggu saat pertandingan berlangsung, apalagi kalau ada koreografi, penonton lebih senang biasanya," lanjutnya.
Peran LCS untuk PSS
Jika keberadaan BCS sejauh ini mampu membantu keuangan klub lewat unit usahanya yaitu CSS (Curva Sud Shop), Ladies Curva Sud yang notabenenya bagian BCS pun melakukan hal serupa.
"Kami ada LCS merchandise, yang sebagian kami titip jual di CSS," ungkap Ningrum.
"Pernah juga kami berikan polo shirt kepada pelatih sebagai bentuk dukungan kami," tambahnya.
Menurut anggota LCS yang lain, Ana, Ladies Curva Sud juga pernah memasang adboard sebagai bentuk dukungan untuk PSS.
"Pernah ikut juga pasang adboard, jumlahnya tidak terlalu banyak, tapi cukup untuk membantu keuangan tim. Untuk besaran nominalnya cukup kami (LCS) dan pihak manajemen klub yang tau," kata Ana.
Harapan Masa Depan untuk LCS
Ningrum berharap LCS ke depannya dapat berkembang menjadi kelompok suporter ultras wanita yang menjungjung tinggi nilai kreativitas, loyalitas, dan kencintaan terhadap klub. Selain itu, Ningrum berharap tetap terjalinnya siklus regenerasi di LCS.
"Kalau saya pribadi tetep dukung PSS semampunya, mengingat semenjak menikah memang jadi terbatas. Tapi beruntung suami yang mengenalkan saya dengan PSS. Jadi tetap ada kelonggaran kalau saya mau dukung PSS," katanya.
"Tapi banyak dari kita yang anaknya sudah besar masih aktif di kegiatan LCS. Masih memberikan dukungan untuk PSS di laga kandang-tandang," tutupnya.