3 Kesalahan Djajang Nurdjaman di Persib Bandung
Kekalahan Persib Bandung dari Bhayangkara FC di pekan ke-9 Gojek Traveloka Liga 1 Indonesia membuat tekanan di pundak Djajang Nurdjaman semakin berat. Ada beberapa faktor yang membuat Persib Bandung tampil kurang meyakinkan dan sepatutnya bisa dihindari oleh Djanur.
Tekanan tak datang dari internal tim saja, Bobotoh pun sampai rela 'menginvasi' Stadion Patriot Candrabhaga untuk langsung menyuarakan perasaan hatinya ke para pemain Persib karena saking lelahnya melihat Maung Bandung dibekap lawannya dengan skor 0-2.
Djajang Nurdjaman masih beruntung tidak ikut dihampiri oleh Bobotoh. Karena bisa saja ia mendengar langsung ucapan 'Djanur Out' dari suporter setia Persib Bandung tersebut. Meski pada akhirnya, Kim Jeffrey Kurniawan yang mengungkap apa yang diminta oleh Bobotoh.
Baca juga: |
---|
"Iya saya tidak bisa menyalahkan mereka, kecintaan mereka begitu terasa. Mereka menangis," beber Kim seperti dikutip dari vikingpersib.co.id.
"Yang masuk lapangan tadi bilang suruh kasih tahu yang lain harus main pakai hati dan katanya jauh-jauh datang untuk dukung Persib," lanjutnya lagi.
Ucapan Kim ada benarnya, yakni tak bisa serta-merta menyalahkan Bobotoh yang masuk mengganggu jalannya pertandingan karena pasti ada alasan kuat. Salah satu figur yang paling bertanggung jawab adalah pelatih Djajang Nurdjaman, sosok yang seharusnya tidak cuma mengurusi soal teknis saja, tapi juga sejumlah persoalan non-teknis.
Berikut ini, INDOSPORT menyajikan tiga kesalahan Djajang Nurdjaman di Persib Bandung.
1. Start Buruk
Faktor pertama yang membuat Persib Bandung cenderung tidak segereget bursa transfer menjadi pemantik. Maung Bandung hanya memetik dua poin dari dua laga pertama, yakni melawan Arema Malang di partai pembuka, dilanjutkan ditahan imbang PS TNI 2-2.
Parahnya lagi, di dua laga tersebut Atep dan kawan-kawan sejatinya 'bermain di kandang sendiri'. Melawan Arema misalnya, Persib berstatus sebagai tuan rumah, sedangkan ketika melawan PS TNI, laga digelar di Bogor, yang notabene masuk kawasan Jawa Barat, provinsi dengan basis Bobotoh terbanyak.
Dua hasil imbang sangat disayangkan, karena meski tidak kehilangan poin, seringkali Pangeran Biru kesulitan mendulang angka kala bertanding di luar provinsi Jawa Barat. Melawan Arema mungkin bisa dimaklumi, namun ketika dijamu PS TNI, kemenangan 2-0 yang sudah di depan mata buyar tatkala The Army mampu samakan kedudukan di menit-menit berdarah.
Selepas dua laga perdana, Persib memang sanggup meraih tiga kemenangan plus satu imbang tanpa satu kali pun kebobolan. Namun start buruk membuat Djajang Nurdjaman mendapat wanti-wanti serta tekanan dari banyak sisi.
2. Persiapan Kurang Matang
Gegap gempita bursa transfer mutlak dipegang oleh Persib Bandung yang mendaratkan dua aktor utama, yakni Carlton Cole dan Michael Essien. 'Gagap marquee player' pun melanda Indonesia, tak hanya Bandung saja.
Kesalahan Djajang Nurdjaman dan jajaran staf pelatih di sini adalah bagaimana ia kurang mempersiapkan fisik kedua pemain tersebut, terutama Cole. Akibatnya, tak terlihat sama sekali andil Cole pasca ia mendarat di Bandung, kecuali namanya yang semakin tenar di jagat persepakbolaan - West Ham United pernah memberikan selamat kepada Persib atas kedatangan mantan pemainnya di Gelora Bandung Lautan Api (GBLA).
Ketika tahu jika Cole dan Essien sudah lama absen bermain sepakbola, seharusnya sudah ada tindakan cepat dari manajemen tim untuk langsung 'membiasakan' pemain Eropa itu di iklim Indonesia. Sejauh ini, alasan dari kubu Persib jika ditanya mengenai Cole selalu kurang bugar.
Selain itu, persiapan di pramusim juga kurang meyakinkan. Di uji coba melawan 'raksasa Liga 2', PSMS Medan misalnya, mereka hanya sanggup bermain imbang tanpa gol. Lalu di pertandingan melawan Bali United malah tumbang 1-2 di kandang sendiri.
Memang, Persib bisa meraih posisi ke-3 di ajang Piala Presiden 2017 lalu. Tapi permainan Hariono cs tidak bisa dikatakan istimewa. Kalah adu penalti (1-2 dan 2-1 dalam dua leg), mereka susah payah memetik skor tipis 1-0 di perebutan tempat ke-3.
3. Friksi Antar Pemain yang Tak Mampu Ditengahi
Berdekatan dengan peluncuran bus anyar tim beberapa waktu lalu, muncul gosip mengenai adanya keretakan hubungan antara pemain dengan manajer umum Persib, Umuh Muchtar.
Simon McMenemy sebelum laga antara Bhayangkara FC melawan Persib Bandung pun sempat mengatakan bakal memanfaatkan masalah internal antara Umuh dengan Cole, serta panasnya hubungan antara suporter dengan Djanur sendiri. Ini artinya, tidak ada sosok yang mampu menengahi problem ini, atau setidaknya menutupi agar tak terendus ke publik; ini fatal.
Jauh sebelumnya, Atep sebagai salah satu pemain paling senior di Persib Bandung pernah mengatakan semua orang agar bangkit dan tidak saling menyalahkan.
"Kita sekarang kehilangan empat poin dari target yang direncanakan. Saya harap kita cepat bangkit lah dan melupakan ini dan tak saling menyalahkan," ungkap 'Lord' Atep kepada Simamaung.
Kata-kata 'tak saling menyalahkan' boleh saja memiliki banyak taksir. Bisa jadi karena tekanan dari fans kepada Persib, atau memang ia menyadari adanya friksi antar pemain. Hal ini, lagi-lagi, tidak bisa dibenahi oleh Djajang Nurdjaman yang sepatutnya tak hanya bertugas mengurusi teknis, namun juga sisi-sisi non-teknis semacam ini.