Makna Klub Indonesia Berjuluk Ksatria dan Istilah Daerah
Sepakbola menjadi olahraga populer di dunia. Olahraga yang memiliki nama lain dunia bal-balan itu menyedot perhatian banyak orang tanpa pandang bulu. Tua-muda, anak-anak, orang dewasa, lpria-wanita tertarik untuk menyaksikan, memahami, bahkan memainkan si kulit bundar.
Di Indonesia, sepakbola lahir sebagai alat perjuangan bangsa. Sepakbola bisa menyatukan kaum pribumi dengan ideologi nasionalisme.
Hal itu tidak terlepas dari ucapan penggagas berdirinya Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Ir. Soeratin. Lalu juga diucapkan salah satu tokoh pejuang Indonesia, Tan Malaka.
"Kalau di sepakbola kita bisa mengalahkan Belanda, kelak di lapangan politik pun kita bisa mengalahkan Belanda," kata Ir. Soeratin.
"Sepakbola adalah alat perjuangan bangsa," ucap Tan Malaka.
Maka dari itu, sifat nasionalisme dan kedaerahan sangat kental terasa di klub-klub sepakbola Indonesia yang tersebar di penjuru Tanah Air. Banyak klub sepakbola Indonesia yang mengambil julukan dari nama ksatria zaman kerajaan atau istilah daerah.
Baca Juga: |
---|
Lalu apa filosofi di balik para klub sepakbola Indonesia menggunakan julukan ksatria dan raja zaman kerajaan atau istilah daerah? INDOSPORT akan mencoba menganalisanya.
1. Agar Tertular Semangat Ksatria dan Raja Zaman Kerajaan untuk Mencapai Kejayaan
Jauh sebelum lahirnya Indonesia, Tanah Air dihuni banyak kerajaan. Ketika itu, masa tersebut disebut zaman kerajaan.
Banyak kerajaan di Indonesia mencapai puncak kejayaan hingga pelosok dunia. Sebut saja, Majapahit yang mampu menguasai Nusantara (wilayah Indonesia, Indo-China yang lebih dikenal dengan Asia Tenggara).
Di balik kesuksesan kerajaan-kerajaan di Indonesia, tersimpan sosok yang menjadi pemimpin hebat. Semangat juangnya bahkan membuat kerajaannya mencapai kejayaan dengan membahagiakan rakyat yang mencapai kemakmuran.
Hal itulah yang membuat nama sosok yang dimaksud dikenal hingga era modern saat ini. Bahkan, namanya abadikan sebagai nama jalan, gedung, monumen, hingga julukan klub sepakbola.
Beberapa klub sepakbola di Indonesia memang mengambil nama seorang ksatria atau raja dari sebuah kerajaan besar. Contohnya, Persela Lamongan dan Barito Putera.
Persela memiliki julukan Laskar Joko Tingkir. Laskar kata lainnya adalah pasukan. Sementara Joko Tingkir adalah ksatria sakti mandraguna yang akhirnya menjadi Sultan Pajang membawa kerajaannya berjaya.
Dikutip dari buku "Joko Tingkir: Berjuang Demi Takhta Pajang" karangan Agus Wahyudi, Joko Tingkir memiliki nama asli Mas Karebet, putra Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo Kenanga.
Sepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh memberontak terhadap Kesultanan Demak. Sebagai pelaksana hukuman ialah Sunan Kudus. Setelah kematian suaminya, Nyai Ageng Pengging jatuh sakit dan meninggal pula. Sejak itu, Mas Karebet diambil sebagai anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir).
Mas Karebet tumbuh menjadi pemuda yang gemar bertapa, dan dijuluki Jaka Tingkir. Guru pertamanya adalah Sunan Kalijaga. Ia kemudian menjadi raja pertama Kerajaan Pajang yang memerintah tahun 1549-1582 dengan nama gelar Hadiwijaya dan Sultan Pajang.
Persela berharap semangat para pemainnya mampu mencapai kejayaan di sepakbola nasional, dengan pemberian julukan Laskar Joko Tingkir. Sama seperti Joko Tingkir yang memiliki semangat juang untuk membawa Kerajaan Pajang (termasuk wilayah Lamongan) berjaya.
Sementara itu, Barito Putera memiliki julukan Laskar Pangeran Antasari. Artinya, Pasukan Pangeran Antasari.
Julukan ini tak lepas dari Pangeran Antasari, yang merupakan Sultan Banjar. Ia lahir pada 1797.
Pangeran Antasari merupakan pahlawan nasional. Ia turut berperang melawan Belanda, di mana salah satunya saat perang Banjar pada 1859.
Semangat juang Pangeran Antasari untuk melawan penjajahan Belanda memiliki filosofi yang tinggi untuk Barito Putera. Diharapkan, Rizky Pora dkk bisa mencapai kejayaan di sepakbola nasional hingga internasional untuk mengharumkan nama Indonesia, khususnya rakyat Banjarmasin.
2. Menunjukkan Identitas Daerah Lewat Tokoh atau Pahlawan
Tak hanya memiliki filosofi tertular semangat, julukan yang diambil klub sepakbola Indonesia dari nama tokoh, pahlawan, hingga raja juga untuk menunjukkan identitas daerah. Misalnya adalah Persegres Gresik United.
Melansir dari Fandom.id, Persegres lahir dari rahim Petrokimia Putra (Gresik). Klub yang sukses menjadi juara Liga Indonesia 2002 itu awalnya memiliki julukan Kebo Giras.
Petrokimia Putra dijuluki Kebo Giras karena lambang Perusahaan Petrokimia Putra adalah seekor Kebo. Giras adalah edan atau sangar.
Lalu setelah lahir sebagai Persegres Gresik United, klub ini mengubah julukan menjadi Joko Umbaran. Julukan ini diambil karena Persegres adalah klub yang diumbar atau tidak diurus. Umbar adalah bahasa jawa yang artinya tidak dianggap atau tak diurus. Joko Umbaran kurang lebih artinya lelaki yang diumbar.
Kini, julukan Persegres Gresik united adalah Laskar Joko Samudro. Laskar berarti pasukan. Sementara Joko Samudro merupakan Sunan Giri (salah satu Wali Songo).
Sunan Giri memiliki nama Raden Paku, Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin, dan Joko Samudro. Ia seorang Wali Sango yang berkedudukan di desa Giri, Kebomas, Gresik pada tahun 1365-1428 Saka.
Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam dari Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit.
Sunan Giri semasa hidupnya menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Ia mendirikan Pesantren Giri di sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas, Gresik pada tahun Saka nuju tahun Jawi Sinong milir (1403 Saka). Pesantren ini merupakan pondok pesantren pertama yang ada di kota Gresik.
Sunan Giri pun identik dengan Gresik. Hal itu pula kemungkinan Persegres mengambil julukan Joko Samudro untuk memperlihatkan identitas klub tersebut berasal.
3. Menujukkan Identitas Asal Lewat Istilah Daerah
Selain nama tokoh raja dan ksatria, klub-klub sepakbola di Indonesia juga mengambil julukan dari istilah daerah. Istilah itu digunakan untuk menunjukkan identitas asal daerah klub, dengan tentu saja memiliki makna filosofi. Contohnya, Sriwijaya FC dan Persipura Jayapura.
Sriwijaya FC memiliki julukan Laskar Wong Kito. Laskar berarti pasukan. Wong Kito adalah kita semua. Julukan itu berarti orang kita semua. Itu merupakan istilah daerah Sumatera Selatan, yang menggambarkan kerukunan bahwa kita semua saudara.
Sementara itu, Persipura Jayapura sendiri memiliki julukan Mutiara Hitam. Mutiara Hitam awalnya muncul sebagai sebutan untuk Papua dari zaman VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), karena potensi alamnya yang luar biasa.
Persipura mengambil julukan Mutiara Hitam untuk menunjukkan identitasnya sebagai klub asal Papua yang memiliki bakat-bakat sepakbola hebat.