3 Pesepakbola yang Hengkang Setelah Ada Konflik di Klub
Dalam dunia sepakbola, hengkangnya pemain dari satu klub ke klub lain adalah hal biasa, terutama ketika bursa transfer telah resmi dibuka.
Berbagai alasan pun sering menjadi penyebab seorang pemain memutuskan untuk hijrah dari klub lamanya ke klub baru, mulai dari masa kontrak yang sudah habis, gaji di klub baru yang lebih besar, tuntutan keluarga, dan masih banyak alasan lainnya.
Namun, masih ada satu alasan lain yang terkadang membuat seorang pemain memilih keluar dari klub yang mungkin sudah lama ia bela dan memberinya banyak gelar, yakni rasa tidak betah.
Baca Juga |
Rasa tidak betah itu pun bisa disebabkan banyak hal. Salah satunya adalah konflik yang ia rasakan dalam internal klub. Konflik tersebut pun bisa muncul dari hubungan pemain dengan pemain lainnya, maupun pemain dengan pelatih.
Berikut INDOSPORT coba sajikan sejumlah kasus pesepakbola yang memilih hengkang dari klub lamanya ke klub baru akibat konflik yang ia rasakan dalam klub.
1. David Beckham
Ketika masih memperkuat Manchester United, bisa dibilang menjadi salah satu masa terbaik yang pernah dimiliki oleh seorang David Beckham. Bagaimana tidak, selama menggunakan jersey Setan Merah, Beckham mampu meraih banyak gelar juara.
Sebut saja enam gelar juara Liga Primer Inggris (1995/96, 1996/97, 1998/99, 1999/2000, 2000/01, 2002/03), 2 gelar juara Piala FA (1995/96, 1998/99), dan satu gelar juara Liga Champions (1998/99).
Sayangnya, akibat sebuah peristiwa, hubungan 11 tahun yang dirasakan Beckham dan Man United harus terputus di tengah jalan. Kejadian itu sendiri terjadi pasca pertandingan putaran kelima Piala FA pada 15 Februari 2003 silam.
Kala itu, Man United yang bermain di Old Trafford harus menanggung malu usai ditaklukkan Arsenal dengan skor 2-0 tanpa balas. Kekalahan tersebut jelas saja membuat pelatih Man United saat itu, Sir Alex Ferguson geram.
Sial bagi Beckham, dirinya menjadi korban dari tindakan ekspresi kekesalan Ferguson. Beckham saat itu tanpa disengaja terkena sepatu yang ditendang oleh Ferguson, yang mengenai pelipis mata sebelah kirinya.
Kejadian itu pun seolah menjadi pemicu bom waktu keretakan hubungan antara Beckham dan Ferguson yang memang sudah lama terpendam. Ya, menjelang musim-musim terakhir Beckham di Old Trafford, ia memang mulai memiliki hubungan yang renggang dengan Ferguson.
Hal itu tidak lepas dari pernyataan Ferguson yang menyebut Victoria, wanita yang kemudian dinikahi Beckham sebagai pengaruh buruk. Hasilnya, pada bursa transfer jelang bergulirnya musim 2003/04, Beckham memilih hijrah ke Real Madrid dengan nilai kontrak sebesar 35 juta euro.
2. Ruud van Nistelrooy
Beckham bukan menjadi satu-satunya pemain Real Madrid yang memutuskan hengkang dari Old Trafford akibat konflik. Pasalnya, ada satu pemain lagi mengalami konflik dalam klub di masa terakhirnya bersama Setan Merah, yakni Ruud van Nistelrooy.
Penyerang berkebangsaan Belanda tersebut ternyata menjadi sosok yang kontroversial menjelang berakhirnya masa baktinya di Man United.
Dilansir dari Huffington Post, dalam sebuah sesi latihan Man United pada 9 Mei 2006 silam, Nistelrooy dilaporkan terlibat cekcok dengan Cristiano Ronaldo. Disebutkan Nistelrooy tidak suka dengan sikap Ronaldo yang lebih sering membawa bola sendiri, ketimbang memberi operan kepada rekannya.
Puncaknya, disebut Nistelrooy mengucapkan kalimat 'Go crying to your daddy' yang bila diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi, 'Sana, pergilah menangis ke ayahmu.'
Kalimat tersebut direferensikan kepada Carlos Queiroz, asisten pelatih Man United, yang merupakan sosok terdekat Ronaldo sejak kematian ayah kandungnya pada 6 September 2005.
Tidak hanya itu, Nistelrooy juga sempat terlibat konflik dengan pelatihnya Sir Alex Ferguson. Dalam buku biografinya, Ferguson menyebut Nistelrooy mengatakan pada dirinya Man United tidak mungkin bisa memenangkan Liga Champions dengan pemain muda seperti Ronaldo dan Wayne Rooney.
Akhirnya, Ferguson pun memilih untuk menjual Nistelrooy ke Real Madrid pada 15 Juli 2006.
3. Leonardo Bonucci
Leonardo Bonucci merupakan sosok yang paling berperan penting dalam menjaga lini pertahanan Juventus. Selama tujuh musim memperkuat Si Nyonya Tua, Bonucci membuat Juventus menjadi salah satu klub yang sulit dan paling minim kebobolan gol.
Namun, pada pertengahan Juli 2017 lalu, pemain asli Italia itu membuat kabar mengejutkan dengan memutuskan hengkang dari Bianconeri dan bergabung dengan AC Milan dengan dana sebesar 42 juta euro (sekitar Rp640 miliar).
Kepergian Bonucci ke Milan itu pun diselimuti kabar tidak sedap. Sempat beredar kabar, Bonucci memiliki konflik dengan pemain Juventus lainnya.
Konflik itu sendiri ditengarai sejak babak final Liga Champions 2016/17 lalu melawan Real Madrid. Menurut salah satu orang dalam Juventus, suasana di ruang ganti pemain Juventus begitu panas, kala mereka ditahan imbang Madrid 1-1.
Bonucci kala itu disebut-sebut biang kerok dari terciptanya gol Cristiano Ronaldo di menit ke-20. Barzagli disebut menjadi sosok yang paling marah dengan keteledoran Bonucci.
Siapa menyangka, pertikaian tersebut merembet ke pemain-pemain lain. Bahkan pemain-pemain Juventus disebut sampai nyaris adu jotos. Akibat konflik tersebut, Bonucci dilaporkan mulai merasa tidak betah, hingga puncaknya ia memutuskan untuk hijrah ke Milan.