Ada 'Konflik' di Komunitas Keluarga Korban Hillsborough
Bagi pera penggemar Liverpool, tentunya tidak asing lagi dengan Tragedi Hillsborough yang terjadi pada 15 April 1989 silam. Dalam peristiwa itu, sebanyak 96 orang pendukung The Reds harus meregang nyawa karena berdesakkan dalam stadion, ditambaha penangangan yang kurang tepat dari pihak kepolisian.
Peristiwa itu pun membuat perubahan besar dalam dunia sepakbola di Inggris. Setiap stadion yang ada di sana tidak lagi diperbolehkan memiliki jeruji pembatas antara bangku penonton dengan lapangan pertandingan.
Baca Juga |
Tidak hanya itu, dari Tragedi Hillsborough itu juga lahir sebuah komunitas yang terdiri dari keluarga para korban. Komunitas itu pun kerap melakukan pertemuan rutin untuk mengungkapkan ide-ide yang nantinya bisa mereka sampaikan demi sebuah pertandingan sepakbola yang aman bagi para penonton.
Namun, baru-baru ini dilansir dari Daily Mail, ada suasana panas yang terjadi di komunitas bernama Hillsborough Family Support Group tersebut. Hal itu disebabkan ide untuk menyarankan setiap stadion memiliki area khusus bagi para penonton yang ingin menyaksikan laga sambil berdiri.
"Saya punya alasan kuat mendukung adanya area untuk penonton berdiri. Saya tidak pernah percaya bahwa berdiri membuat 96 nyawa melayang," ujar Louise Brookes, wanita yang saudara laki-lakinya, Andrew merupakan salah satu korban Tragedi Hillsborough.
"Jika memang berdiri memiliki resiko kematian, kenapa tidak ada yang meninggal saat festival musik? Orang-orang seharusnya diberi kebebasan untuk memilih apakah mereka ingin menonton sambil duduk atau berdiri," tambah Louise.
Sementara itu, Margaret Aspinall selaku ketua komunitas tersebut mengatakan bahwa dirinya sangat menentang area khusus penonton berdiri. Pasalnya, hal itulah yang melatarbelakangi terjadinya Tragedi Hillsborough.
"Kami tidak menyebut area itu sebagai tempat berdiri dengan aman, melainkan area berdiri dengan bahaya," ujar Margaret singkat.