Calon Sarjana Ekonomi yang Jadi Hulu Ledak Timnas U-22
Luis Milla melakukan perombakan besar saat Indonesia melawan Mongolia dalam lanjutan laga kualifikasi Piala Asia, Jumat (21/07/17) lalu. Milla hanya mempertahankan Bagas Adi Nugroho, Muhammad Hargianto, Septian David Maulana, dan Marinus Wanemar di starting XI yang dikalahkan Malaysia pada laga sebelumnya.
Pelatih asal Spanyol ini pun menurunkan 7 pemain baru dalam laga ini. Strategi ini berjalan mulus dengan kemenangan 7-0 dalam laga krusial tersebut.
Salah satu yang menarik perhatian adalah aksi dari pemain bernomor punggung 19. Pemain yang mampu tampil liar, eksplosif, dan mampu mengubah jalannya pertandingan.
Osvaldo Ardilles Haay, seorang pemuda berusia 19 tahun yang kemudian diposisikan sebagai gelandang dalam laga ini bermain cukup apik. Sosok yang kemudian membuat pemain lain bisa leluasa bermain karena aksinya yang mampu menarik perhatian pemain lawan dengan ulahnya yang berkualitas.
Tdak hanya itu, Osvaldo juga menyumbang 2 assist dan 1 gol dalam laga melawan Mongolia. Skillful dan ngotot menjadi ciri khas permainannya.
INDOSPORT coba sedikit mengulas jejak Osvaldo Haay sebelum bergabung dengan Timnas U-22. Simak ulasannya berikut ini;
1. Tangan Eks Arema yang Angkat Potensi Mutiara Papua
Lalu, siapa Osvaldo Ardilles Haay yang sungguh dominan aksinya dalam laga melawan Mongolia itu? Mari kita berziarah , mundur setahun ke belakang.
Osvaldo merupakan alumnus Persipura Jayapura U-21 yang kala itu masih dipegang oleh Claudio de Jesus sebagai pelatih. Pemain yang pernah merumput bersama Arema di musim 2003-2005 inilah yang pertama kali mempromosikan Osvaldo ke tim utama Persipura.
Debut perdananya bersama Mutiara Hitam dilakoni saat turnamen Piala Jenderal Sudirman 2015. Saat itu, Osvaldo tampil membela Persipura di babak 8 besar di usianya yang baru saja menginjak 17 tahun!
Penampilannya yang membaik membuat pemain kelahiran Tobati, Papua ini pun kemudian mendapat kepercayaan dari Oswaldo Lessa yang kala itu masih menjadi pelatih kepala Persipura.
Kepergian Boaz Solossa yang dipanggil masuk Timnas Indonesia untuk berlaga di Piala AFF 2016 lalu adalah batu lompatan pertama Valdo, sapaan akrabnya. Valdo kemudian berhasil dipercaya Angel Alfredo Vera, pelatih Persipura, untuk menjalani sejumlah pertandingan sejak menit pertama, usai kosongnya lini depan yang ditinggal Boaz.
Puncaknya adalah saat Persipura menjamu Arema FC di Stadion Mandala, Jayapura, (24/10/16) lalu. Valdo sukses mencetak gol perdananya dalam laga ini.
Valdo menyatakan kebanggaannya bisa mencetak gol dalam laga ini. Apalagi saat itu, Valdo dipercaya tampil sebagai starter dan menyingkirkan Edward Wilson serta Ricardo Silva de Almeida sebagai penyerang utama.
“Terima kasih kepada semua yang mendukung saya selama ini,” tutur Valdo.
Aksi ciamiknya terus berjalan, hingga sebuah telepon di pagi buta menyadarkannya bahwa mimpi itu sudah di depan mata. Gapura menuju aksi bersama Tim Nasional datang sebagai puncak pencapaiannya di usia muda.
2. Pada Sebuah Pagi
AValdo sempat bercerita soal awal pertama kali mendapat panggilan bergabung dengan Timnas U-22. Hari itu masih sangat pagi, mungkin waktu baru berangkat dari pukul 06.30 WIT saat dia mengangkat kabar bahagia itu.
"Tadi pagi sekali saya di ditelepon PSSI, sekitar jam setengah enan. Teman sekamar yang sedang tidur di mes Persipura juga kaget semua karena handphone saya bunyi terus," tutur Valdo.
Dering telepon genggamnya kemudian menjadi jembatan mimpi baginya. Inilh kali pertama Valdo dipanggil untuk mengikuti seleksi tahap kedua Timnas U-22 yang dipimpin Luis Milla.
Mimpi ini adalah puncak keyakinannya pada sepakbola dalam hidupnya. Saat pertama kali dipercaya masuk dalam skuat Persipura, Valdo baru saja diterima di Fakultas Ekonomi Universitas Cenderawasih.
Namun hal ini tak menggoyahkan keyakinannya untuk hidup sebagai pemain sepakbola. Tak mudah baginya untuk meyakinkan orangtua bahwa mimpi terbesarnya berada di dunia si kulit bundar.
Apalagi Valdo memiliki sosok Jefry Haay, sang kakak, menjadi salah satu keyakinannya. Jefry sempat menjadi pemain yang malang melintang di dunia sepakbola. Jefry terakhir kali tercatat sebagai penggawa Barito Putera.
"Orang tua ingin anaknya punya masa depan yang baik, karena sepakbola tak selamanya punya masa depan untuk naik, ada saatnya turun. Tapi mama tetap selalu mendukung, yang penting kuliah harus jalan," kata Valdo seperti dikutip dari Goal.com.
Minimal, pemain berdarah Jawa ini telah membuktikan bahwa dirinya bisa membuktikan keduanya bisa diraih dengan ketekunan. Kostum Timnas Indonesia telah digapainya bersama dengan mimpi selanjutnya sebagai calon sarjana ekonomi.
3. Alumni Tarkam Berkualitas Lengkap
Jalan sepakbola Valdo tak diraihnya semulus jalan tol JORR di Jakarta. Kerja keras dan keringat membasahi langkahnya hingga bisa tampil saat membela Timnas U-22 melawan Mongolia, Jumat (21/07/17) lalu.
Tak banyak yang mengetahui jika label pemain tarikan kampung menjadi awal dari kariernya. Jika saja Claudio de Jesus tak berhasil memantau kilau bakatnya, maka tak ada dua assist dan satu gol dalam kejayaan 7 gol dalam laga itu.
"Waktu itu sedang ikut tarkam saja, terus dipantau dari tim Persipura kemudian ikut seleksi dan saya masuk," cerita Valdo seperti dikutip dari Goal.com.
Valdo sendiri dikenal memiliki kekuatan, kecepatan, dan akselerasi sebagai seorang gelandang kiri. Namun, bakat dan kemampuannya membuat Valdo menjelma sebagai seorang versatile, pemain yang bisa bermain di sejumlah posisi.
Milla sendiri mempercayakan Valdo bermain sebagai gelandang serang yang beroperasi di sayap kiri. Hal yang mampu diterjemahkannya dengan baik saat melawan Mongolia.
"Saya pernah main di wing kiri, wing kanan, playmaker. Dulu pernah juga main sebagai wingback kanan," kata Valdo.
Valdo mampu mengacak-acak sisi kanan pertahanan lawan. Hal ini membuat Marinus Wanewar dan Saddil Ramdani bisa leluasa mencari celah di sayap kanan.
Pun demikian dengan Septian David yang bisa bermain lebih ke tengah. Dukungan solid dari Evan Dimas dan Hargianto di lini tengah semakin membuat Valdo leluasa melakukan tusukan.
Hasilnya, voila! Kita bisa menyaksikan determinasi dan kengototan khas bakat Papua pada permainan Timnas U-22.
Pada laga terakhir melawan Thailand, Valdo bisa kembali menjadi kunci permainan Timnas U-22. Thailand yang paten bermain dengan skema 4-2-3-1 bakal menumpuk gelandangnya.
Tidak ada kata lain dari Milla untuk memanfaatkan sektor sayap sebagai pembuka serangan. Apalagi kini Si Calon Sarjana Ekonomi sudah membuktikan kualitasnya sebagai attacking midfileder yang bisa berfungsi sebagai sayap dan penyerang lubang.
Daya ledak inilah yang diharapkan Milla saat melawan Thailand nanti. Sebuah misi yang bakal diemban oleh si calon sarjana ekonomi di pundakya.
Semoga sukses menyertai kalian, Valdo dan Garuda Muda!