Gara-gara Alumni AS Monaco, Arema Jadi Makan Buah Simalakama
Evaluasi lanjutan Arema FC masih menyasar pada pos pemain asing. Usai mendepak Jad Noureddine, klub berjuluk Singo Edan ini sebenarnya punya target pencoretan lagi.
Target itu tak lain adalah Juan Pablo Pino. Mengisi slot marquee player, pria kebangsaan Kolombia itu malah tampil tak sesuai ekspektasi. Hanya mencatat delapan caps atau 50 persen dari total pertandingan Arema, jelas bukan gambaran bagus bagi pemain sekelas alumni AS Monaco tersebut.
"Kami masih terus berdiskusi masalah Pino. Dari segi manajerial, tentu tidak menguntungkan jika mencoret marquee player yang jelas tidak murah harganya di tengah jalan," tutur General Manager Arema, Ruddy Widodo.
Meski demikian, manajemen mengaku masih fifty-fifty soal posisi Pino untuk putaran kedua kompetisi nanti.
Dari sisi teknis, manajemen sudah melihat ada progres yang bagus dari kinerja Pino. Pemain kelahiran 30 Maret 1987 yang juga pernah berkarier di Galatasaray itu mulai mendapatkan tempat, bermain sesuai karakter Arema yang ngeyel dan banyak berlari.
"Itu yang kita tangkap dari tiga laga terakhir. Dari luar lapangan, attitude dia sebagai pemain bintang juga low profile dan tidak rewel," ungkap Ruddy.
"Dibandingkan awal kedatangannya, Pino sudah bisa membaur dan bercanda dengan pemain lain, meski memang kendalanya masih pada bahasa," tambahnya.
Sementara jika memilih untuk mencoretnya, belum tentu Arema diuntungkan secara non teknis. Lantaran harganya mencapai miliaran rupiah, memberikan kompensasi gaji saat pemutusan kontrak tentu begitu terasa bagi tim asuhan Aji Santoso itu.
"Ya memang seperti maju kena mundur kena. Lagi pula, yang kita takutkan adalah Pino malah bersinar kalau pindah ke tim lain," ujar Ruddy.
"Dan dengan progres bagus yang ia tunjukkan sejauh ini, kami masih yakin kualitasnya bisa meningkat lagi," imbuhnya.