9 Kiper Asing yang Pernah Berkiprah di Indonesia
Kehadiran pemain asing di Liga Indonesia diharapkan mampu menambah kualitas liga itu sendiri, dan bagi pesepakbola lokal, bisa dijadikan contoh agar lebih maju, baik secara individu maupun tim. Selain itu, dari sisi non teknis, legiun asing juga menarik minat penonton ke stadion maupun melalui layar kaca.
Sejak sepakbola Indonesia bereformasi, yakni ditandai dengan meleburnya dua kompetisi elite Galatama dan Perserikatan, pemain asing mulai lebih banyak berdatangan. Afrika, Eropa Timur dan Amerika Latin menjadi pilihan negara asal bagi tim-tim kala itu, seperti Gelora Dewata, Pupuk Kaltim, Pelita Jaya, sampai Petrokimia Gresik.
Gerbong pemain asing yang pertama kali mendarat di antaranya adalah Carlos de Mello, Jacksen F Tiago, Dejan Gluscevic, Roger Milla sampai Fernando Miguel. Ada yang memberikan kontribusi besar, tak sedikit pula yang mengecewakan.
Klub-klub Ligina (Liga Indonesia) ketika itu - bahkan sampai sekarang, biasa mendatangkan pemain impor, namun berposisi bukan sebagai penjaga gawang. Era 90-an, Indonesia memang memiliki segudang talenta lokal di bawah mistar gawang, sehingga hanya sedikit klub saja yang tertarik menggunakan jasa asing di posisi krusial tersebut.
Berikut ini, INDOSPORT merangkum sembilan kiper asing yang pernah dan sedang meniti karier di Liga Indonesia.
1. Darryl Sinerine
Mungkin tidak banyak yang mengetahui sosok kiper asal Trinidad & Tobago ini. Padahal, Darryl Sinerine merupakan pionir penjaga gawang asing di Liga Indonesia.
Tidak hanya itu saja, ia bahkan termasuk salah satu pemain asing pertama yang beredar di sepakbola Tanah Air. Darryl pertama kali datang ke Indonesia tahun 1994 menuju Petrokimia Putra.
Kehebatannya di bawah mistar gawang berhasil membawa tim asal Gresik itu melaju ke partai puncak kompetisi yang saat itu masih bernama Liga Dunhill. Bertemu Persib Bandung di final, Petrokimia kandas, namun Darryl tetap menjadi andalan selama beberapa tahun berikutnya.
2. Mbeng Jean Mambalou
Persija Jakarta pernah dua kali memiliki kiper impor, salah satunya adalah the one and only Mbeng Jean Mambalou. Mbeng Jean, penjaga gawang asal Kamerun pertama kali bertualang di Liga Indonesia musim 1997/98.
Cukup lama ia berseragam Persija, sebelum akhirnya hengkang ke PSPS Pekanbaru dan PSMS Medan. Ia terkenal dengan aksi cekatannya di bawah mistar gawang berani berduel dengan lawan.
3. Sergio Vargas
Tim sarat tradisi dan sejarah, PSM Makassar, juga tak ingin ketinggalan mencoba menggunakan jasa pemain impor. Tahun 2000-an, mantan kiper Timnas Chile, Sergio Vargas, pernah merasakan kerasnya atmosfer Liga Indonesia bersama Juku Eja.
Kariernya di Indonesia terbilang singkat, maklum, ia hanya menghabiskan sisa-sisa tenaganya di Tanah Air. Kendati begitu, ia berhasil membawa PSM keluar sebagai runner up.
Pada tahun 2013 silam, sebenarnya PSM Makassar nyaris mendaratkan kembali kiper asing, yakni Griffin McMaster asal Australia. Namun ada beberapa pihak menilai hal itu sebagai hal yang mubazir, padahal Griffin sudah melakukan seleksi.
"Sebaiknya cari pemain asing di posisi gelandang saja. Jangan sampai kuota asing kita mubazir. Apa lagi kondisi finansial manajemen saat ini kurang sehat, lebih baik benahi fasilitas tim dari pada merekrut mahal kiper asing," kata JD Bosco, pengamat sepakbola Makassar.
"Kalau kemampuannya seperti Vargas kenapa tidak. Tapi semua tergantung pelatih dan manajemen. Saya hanya sekadar menyarankan saja," ujarnya lagi menekankan kehebatan Sergio Vargas di masa lampau.
4. Mariusz Mucharski
Memiliki wajah sangar dengan postur tinggi besar, awalnya Bobotoh sempat berharap banyak pada kiper asal Polandia tersebut. Sayang, ekspektasi tak sesuai harapan, Persib Bandung malah sering kebobolan.
Mariusz datang ke Liga Indonesia bersama tiga rekannya yang juga berkebangsaan Polandia. Bersamanya adalah Maciej Dolega, Piotr Orlinski, dan Pavel Bocian.
Sayangnya, empat pemain yang dikenal dengan istilah Kuartet Polandia itu bermain mengecewakan dan akhirnya didepak akhir musim 2003/04.
5. Sinthaweechai Hathairattanakool
Jejak Persebaya mendatangkan kiper asal Asia, Zeng Cheng, kemudian diikuti Persib Bandung. Pada tahun yang sama, Maung Bandung mendatangkan kiper asal Thailand, Sinthaweechai Hathairattanakool, yang lebih populer dengan nama Kosin.
Pada waktu itu, Persib memang sedang diinvasi oleh pemain asal Thailand untuk mengisi slot pemain asing. Selain Kosin, tercatat Persib juga merekrut rekan senegara sang kiper yang bernama Nipont Chanarwut dan berposisi sebagai pemain belakang.
Lahir di Provinsi Sakon Nakhon, Kosin menghabiskan karier masa mudanya dengan membela Sriracha FC antara tahun 1999 sampai 2002.
Kiper muda ini menandatangani kontrak profesional pertamanya dengan klub Liga Utama Thailand TTM Phichit FC (sekarang TTM Chiangmai FC) pada tahun 2002, ia menghabiskan 2 musim bersama klub dan memenangkan gelar liga pada musim 2004-2005.
Setelah itu, Kosin memutuskan untuk pindah ke Osotsapa sebelum hijrah ke Indonesia untuk membela Persib Bandung untuk kompetisi Liga Indonesia musim 2005/06.
Semusim membela Persib, dengan waktu singkat Kosin langsung menjadi pujaan para Bobotoh. Tercatat, di musim tersebut, terhitung 33 kali Kosin pernah menjaga gawang Maung Bandung.
Kosin yang begitu dipuja di Tanah Pasundan akibat performa gemilang serta paras tampannya, mengirimkan surat cinta untuk pendukung Persib Bandung usai memutuskan pulang kampung ke Thailand.
Begitu kontrak semusimnya untuk Persib berakhir, bakat Kosin yang tampil gemilang bersama Persib, tercium oleh salah satu klub besar tanah kelahirannya, Chonburi FC menariknya kembali ke Negeri Gajah Putih.
Selang tiga tahun kemudian, Chonburi memutuskan untuk mengembalikkan Kosin ke Persib dengan status pinjaman. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Kosin.
Kosin tampil pada 14 laga untuk Maung Bandung pada putaran pertama Indonesia Super League. Namun pada akhirnya, kiper kelahiran Sakon Nakhon, Thailand tersebut harus kembali ke negara asalnya untuk menjalani wajib militer.
Kemenangan 6-1 Persib melawan Persik Kediri menjadi kado perpisahan manis untuk Kosin, yang tampil terakhir kali bersama Maung Bandung.
Persib total pernah disinggahi oleh empat pemain Thailand. Mereka adalah Pradit Taweechai, Nipont Chanarwut, Sinthaweechai Hathairattanakool, dan Suchao Nutnum.
6. Zeng Cheng
Beberapa klub nasional pada akhirnya memberikan satu slot pemain asing Asia untuk mengisi posisi penjaga gawang. Salah satunya adalah Persebaya Surabaya, yang mendatangkan kiper asal China, Zeng Cheng ke Kota Pahlawan pada tahun 2005.
Semusim membela The Green Force, Cheng langsung merebut hati para Bonek. Awal mulanya, Persebaya mendatangkan Zeng Cheng saat masih berusia 18 tahun. Pada waktu itu, Bajul Ijo membutuhkan posisi kiper utama usai kehilangan Hendro Kartiko yang memutuskan hijrah ke Persija Jakarta.
Sosok pemain yang kini berusia 30 tahun ini dikenal sebagai pribadi yang ramah. Selain itu, ketangguhannya menjaga gawang Bajul Ijo membuat dirinya secara singkat menjadi idola masyarakat Surabaya.
Setelah hampir sebelas tahun meninggalkan kenangan manis di Persebaya, kini karier Zeng Cheng berada di puncak keemasan. Selain menjadi penjaga gawang utama Guangzhou Evergrande, Zeng Cheng juga menjadi anggota tetap Tim Nasional China sejak 2013.
7. Evgeni Khmaruk
Evgeni Khmaruk adalah kiper yang berasal dari Moldova. Pada musim 2007/2008, dia bermain untuk klub Persija Jakarta.Dia menjadi kiper yang diandalkan di Persija.
Dia pernah mendapatkan sanksi dari Komdis PSSI berupa skorsing selama dua pertandingan atas tindakan tidak terpujinya pada tahun 2008. Kemampuannya dalam menjaga gawang Macan Kemayoran telah membuatnya menjadi salah satu kiper yang sulit untuk ditembus.
8. Deniss Romanovs
Deniss Romanovs juga salah satu kiper asing di Liga Indonesia. Pemain asal Latvia kelahiran tahun 1978 ini pernah memperkuat beberapa tim seperti Arema FC, Cenderawasih FC, dan Pelita Bandung Raya (PBR).
Di Eropa, Deniss sempat berseragam Slavia Praha, Dinamo Bukarest, dan saat ini tergabung bersama klub lokal Latvia, Riga.
9. Yoo Jae-hoon
Datang ke Indonesia tahun 2010 untuk membela Persipura, Yoo Jae-hoon langsung membawa Mutiara Hitam memenangkan gelar juara Indonesia Super League untuk kedua kalinya.
Pada tahun 2011, kiper berusia 34 tahun itu kembali membawa Persipura ke tangga juara, tepatnya ketika memenangi turnamen Inter Island Cup 2011.
Prestasi Jae-hoon di Persipura tidak berhenti pada saat itu. Selang dua tahun kemudian, dirinya membantu Persipura untuk menggapai gelar ketiga mereka.
Di tahun berikutnya, penjaga gawang berpostur 186 sentimeter itu turut berkontribusi membawa Mutiara Hitam menapak semifinal Piala AFC 2014 sebelum dikalahkan Al-Qadsia SC dengan agregat 2-10.
Kebersamaan Jae-hoon dengan Boaz Solossa dan kawan-kawan harus berakhir setelah dirinya memutuskan untuk mencari pengalaman baru untuk membela Bali United (dulunya Persisam) untuk kompetisi Liga Indonesia musim 2014/15.
Usai gagal membawa Bali United berprestasi dan vakumnya sepakbola nasional pada tahun 2015, di musim 2016 ini sang kiper memutuskan untuk kembali ke klub yang membesarkan namanya di kancah persepakbolaan nasional.
Setelah era Zeng Cheng dan Kosin, baru Yoo Jae-hoon yang berhasil merusak dominasi kiper lokal untuk posisi kiper asing asal Asia sebagai penjaga gawang.
Namun setelah itu, para klub seakan tidak memercayakan posisi penjaga gawang untuk pemain asing, terlebih yang lahir dari benua Kuning.
Padahal ketiga pemain tersebut menampilkan performa yang baik dan ikut mengundang kaum hawa menonton langsung ke stadion akibat paras tampan mereka.