Analisis: Matic adalah Kunci Pogba di Manchester United
Perhatian publik terhadap Manchester United mungkin lebih tertuju pada Romelu Lukaku. Namun Nemanja Matic, pemain baru Setan Merah lainnya, merupakan kunci bagi Jose Mourinho untuk 'memerdekakan' Paul Pogba di tim besutannya.
Lukaku datang lebih dulu di Old Trafford usai The Red Devils membelinya dari Everton dengan dana mencapai 90 juta pounds. Matic lalu menyusul setelah Chelsea setuju melepas gelandang Serbia tersebut dengan bayaran 40 juta pounds.
Mou wajib berterima kasih kepada manajemen klub yang mau mewujudkan mimpinya mendatangkan Matic. Sudah bukan rahasia jika lagi eks manajer Real Madrid itu lantaran keduanya pernah bekerja sama di Chelsea antara tahun 2013 hingga 2015.
Pertanyaan pun muncul mengenai alasan mengapa The Special One begitu menginginkan Matic sampai rela keuangan klub 'dibobol' sedalam 40 juta pounds. Tidak sedikit yang menjawab, selain tentu saja keinginan si manajer sendiri, untuk mengganti Michael Carrick yang semakin menua.
Kali ini, INDOSPORT mencoba menganalisis lebih dalam mengenai peran Matic terhadap Pogba. Matic, lebih dari sekadar pemain baru, dia adalah kunci bagi Pogba.
1. Mourinho Punya Lebih Banyak Opsi Formasi
Jose Mourinho terkenal dengan taktik parkir bus sejak menukangi Chelsea, taktik yang dibenci lawan namun faktanya ampuh diterapkan di Liga Inggris. Di pentas yang mengutamakan fisik dan aliran bola cepat ala kick and rush, Mou mampu beradaptasi dengan cepat berkat keahliannya meracik pola yang pas.
Formasi 4-2-3-1 umum dipakai oleh Mourinho selama beberapa musim belakangan, bahkan musim lalu. Masuknya Matic di sini membuat Mou bisa meng-unleash potensi sebenarnya yang dimiliki Pogba.
Musim kemarin, Pogba kerap kali diposisikan di dalam, menjadi pivot di tengah bersama dengan Marouane Fellaini atau Ander Herrera. Dengan adanya Matic, Pogba tak perlu lagi memikirkan counter attack dari lawan, gelandang asal Prancis itu juga tidak lagi harus pusing mengatur serangan dari 1/3 daerah sendiri karena tugas itu sudah diemban oleh Herrera dan Matic.
Bahkan sebenarnya keberadaan Matic juga bisa membuat Henrikh Mkhitaryan lebih leluasa melakukan roaming, baik dari tengah, kiri maupun kanan. Pogba juga bisa kembali ke 'habitat' semula, memerdekakan pergerakannya baik itu ketika ingin menusuk ke jantung pertahanan atau memberikan umpan terobosan kepada striker di depannya.
Legenda Man United, Denis Irwin, kepada TalkSPORT pernah mengatakan jika Matic didesain untuk melepaskan potensi Pogba yang sebenarnya.
"Dia (Matic) dirancang untuk membiarkan Pogba melepaskan potensinya. Saya kaget Chelsea mempersilakan Matic hengkang ke rival, Man United bakal jauh lebih kuat," tandasnya.
Iriwn lantas mengemukakan jika kedalaman lini tengah Setan Merah kini sangat mewah. Menurutnya, ada keseimbangan sempurna antara gelandang bertahan dan menyerang di kubu The Red Devils.
"Persaingan ketat di lini tengah MU, perpaduan sempurna antara gelandang dan penyerang, saya yakin mereka bakal tampil luar biasa," sambungnya.
2. Peran Pogba di Formasi Tiga Bek
Manchester United tak menutup kemungkinan bakal menerapkan formasi kekinian, yakni formasi tiga bek. Hal ini diungkapkan oleh Jose Mourinho sendiri sebelum laga pramusim melawan Los Angeles Galaxy beberapa pekan lalu.
"Kami akan memainkan sistem baru. (Sistem tersebut) Bukan sistem utama kami memang, di mana kami biasa memainkan empat pemain belakang," ungkapnya.
Saat itu, Matic yang belum menjadi pemain Man United tentu tidak ada di susunan pemain dalam formasi 3-5-2 yang diterapkan Mou melawan Galaxy. Namun bukan tanpa sebab Mourinho memainkan formasi 3-5-2. Usai laga, manajer asal Portugal itu mengungkap sesuatu yang menarik.
Ia mengklaim masih membutuhkan satu pemain lagi di lini tengah untuk memantapkan skema baru tersebut. Dua pekan berselang, datanglah Matic dari Chelsea. Apakah kebetulan?
5 dalam formasi 3-5-2 tidaklah sejajar, tidak juga seperti racikan Antonio Conte di Chelsea. Mou bisa memainkan Pogba lebih ke depan, dan tentunya memberikan kebebasan dalam melakukan pergerakan. Mkhitaryan lantas dimainkan sebagai secondary striker yang bisa juga bertugas mengacaukan bek lawan, membukakan ruang bagi penyerang sentral.
Semua itu bisa terwujud dengan hadirnya Matic. Memang, jika dilihat dari job desk, peran Matic seharusnya bisa menjadi milik Fellaini, Carrick, Morgan Schneiderlin (sudah pindah) dan Bastian Schweinsteiger (sudah pindah), tapi nyatanya Mourinho belum berani menerapkannya.
3. Kata Frank Lampard dan Jamie Carragher
Bagi sebagian besar fans Manchester United, mungkin berat mengatakan bahwa Pogba adalah pembelian gagal. Well, Lampard dan Carragher lebih punya cara yang less-hurt.
Menjadi tamu sekaligus komentator analisis di Sky Sports, Lampard dan Carragher berdiskusi mengenai posisi dan peran apa yang tepat diterapkan kepada Pogba.
Carragher mempertanyakan kepada Lampard soal ketidakberhasilan Pogba untuk mengeluarkan potensi sebenarnya. Jawaban Lampard cukup nyelekit.
"Bayangkan Anda dibeli dengan harga 90 juta pounds, tapi yang Anda berikan kemudian adalah 90 juta masalah. Problem utamanya sebenarnya Pogba tak begitu baik dalam berperan sebagai gelandang sentral," tandas Lampard.
Musim lalu, Mou awalnya menerapkan formasi 4-2-3-1, lalu menggantinya menjadi 4-3-3 pasca kekalahan memalukan dari Manchester City. Untuk beberapa kesempatan, hasilnya lumayan bagus, di mana Pogba mendapatkan lebih banyak kebebasan dalam melakukan tusukan ke lini serang.
Tapi, entah mengapa, Mourinho kembali 'bereksperimen' dengan 4-2-3-1-nya ketika bertemu Leicester City. Mkhitaryan diposisikan sebagai penyerang lubang, Pogba harus mengalah sebagai pivot di lini tengah.
Formasi tersebut, di sisi lain, adalah surga bagi Mkhitaryan karena peran Nomor 10 bisa dilakukannya dengan sempurna. Tapi buat Pogba?
Memaksakan potensi Pogba namun mengorbankan Mkhitaryan ketika itu adalah perjudian besar bagi Mourinho. Oleh karena itu, Mourinho mempertahankan skema 4-2-3-1, dan akibatnya, Pogba mau tak mau harus mengalah.
Kini, dengan masuknya Matic, ditambah ritme segar di musim baru, Mourinho tak boleh ragu lagi merombak susunan pemainnya, terutama lini tengah. Pogba bisa dioptimalkan sebagai gelandang serang, dan Mkhitaryan, salah satu pemain terbaik Man United musim kemarin, bisa dipindah ke posisi sayap kanan.
Ada yang harus dikorbankan, itu tidak bisa ditolak. Juan Mata, Fellaini, Marcus Rashford, Jesse Lingard, dan Herrera, mungkin kena imbasnya. Tapi itu sudah dilakukan oleh Pogba musim kemarin. Sekarang, biarkan Matic membukakan kunci.