Timnas vs Myanmar: Sepakbola Sebagai Bahasa Perdamaian Dunia
Sepakbola telah tumbuh menjadi olahraga yang mengglobal, dimainkan, dan dicintai oleh sebagian besar penduduk dunia. Dari ujung barat pantai Afrika hingga ujung timur Benua Amerika, dari ujung utara benua Eropa hingga negara terjauh di belahan bumi selatan, bola terus menggelinding dan di sepak masuk ke gawang baik oleh anak-anak maupun orang dewasa.
- 3 Pemain Myanmar yang Harus Diwaspadai Indonesia
- Serba Serbi Thuwunna, Stadion Kecil Myanmar yang Akan Disambangi Garuda Nusantara
- Hati-hati! Statistik Myanmar Bisa Buat Timnas U-19 Tersandung
- Jelang Lawan Timnas, Hal Tak Biasa Dilakukan Skuat Myanmar
- Iwan Setiawan: Indra Sjafri Itu Tidak Pantas Jadi Pelatih Timnas U-19!
Dalam posisinya yang dicintai itu, sepakbola memiliki magnet. Kekuatan tersebut bisa dimanfaatkan salah satunya untuk menyuarakan perdamaian dunia. Sepakbola merupakan bahasa yang paling universal yang bisa didengar oleh semua orang.
Jika kita amati, di berbagai tempat di dunia saat ini sedang berada dalam konflik. Yang paling dekat dengan kita adalah masalah yang terjadi di Myanmar yang melibatkan konflik etnik, menempatkan etnis Rohingnya sebagai korbannya. Apa yang terjadi di Myanmar tentu menjadi masalah serius yang menyita perhatian kita bersama.
Myanmar akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Piala AFF U-18 di tengah konflik yang sedang terjadi di negara tersebut. Indonesia menjadi salah satu negara peserta turnamen tersebut dan mengirimkan kontingen Timnas Indonesia di bawah pimpinan pelatih Indra Sjafri. Keikutsertaan Indonesia dalam turnamen tersebut juga disertai oleh hadirnya para penggemar sepakbola yang turut terlibat menyertai kontingen Indonesia baik secara langsung maupun tak langsung.
Ternyata sebagian warganet menggunakan momentum Piala AFF ini untuk melampiaskan kemarahan mereka atas konfik di Myanmar. Akun Instagram dan fan page Federasi Sepakbola Nyanmar, @MFFMYANMAR diserang habis-habisan sebagai bentuk dukungan terhadap etnis Rohingnya dan bentuk protes mereka pada pemerintah Myanmar.
Sayangnya, apa yang dilakukan oleh warganet dalam beberapa sisi menampakkan ketidakberadaban yang lain. Penggunaan makian dan kata-kata kasar rasanya kurang pas untuk menyampaikan solidaritas terhadap etnis Rohingnya maupun sebagai bentuk protes kepada pemerintah Myanmar. Kita bisa lebih bijak untuk menyuarakan rasa simpati maupun protes kita dengan lebih terpuji.
Dukungan dan simpati kepada etnis Rohingnya memang seharusnya terus didengungkan sebagai usaha untuk mendukung gerakan kemanusiaan dan perdamaian. Lewat Timnas yang berlaga di ajang tersebut, seluruh warga Indonesia menitipkan pesan perdamaian dan dukungan agar pemerintah Myanmar melalui militernya menghentikan aksi kekerasan yang mereka lakukan. Kita juga bisa menitipkan doa agar konflik segera berakhir.
Timnas Indonesia U-19 sendiri akan melakoni laga perdana Grup B Piala AFF U-18 melawan Myanmar sore nanti, Selasa (05/09/17) di Thuwunna Stadium. Setelah melawan Myanmar, Timnas akan melawan Filipina pada 07 September 2017, dilanjutkan dengan melawan Vietnam pada 11 September 2017, dan terakhir melawan Brunei pada 13 September 2017.