(EKSKLUSIF) Pelatih Persela Bongkar Alasan Mundur
Keputusan mundur Heri Kiswanto dari kursi kepelatihan Persela Lamongan sudah bulat. Dirinya telah bertemu dengan manajemen Laskar Joko Tingkir, julukan Persela, untuk menyampaikan alasan resign dari klub yang baru setengah musim lebih dibesutnya itu.
Belum lama ini, manajemen Persela mengabarkan bahwa Herkis, karib dia disapa, telah mengajukan permohonan pengunduran diri. Akan tetapi, belum ada kontak mata dan tertulis dengan arsitek asal Banda Aceh itu.
“Iya betul saya mengundurkan diri. Sebelumnya, pengurus belum mengizinkan. Saya bertemu manajemen untuk menjelaskan dan mereka mengerti. Mereka kaget kok bisa seperti itu. Itu di luar dugaan. Jadi saya teknis karena sudah begini, terlalu berat menghadapi situasi. Saya ambil sikap dengan kekalahan beruntun,” ucap Herkis ketika dihubungi oleh INDOSPORT, Rabu (06/09/17).
Dalam lima pertandingan terakhir, performa Persela menurun sangat tajam. Hasilnya, Laskar Joko Tingkir selalu menelan kekalahan. Sembilan partai teraktual pun hanya dilalui dengan lima poin.
Usai rentetan hasil buruk, internal Persela bergejolak. Ada seorang pemain yang berbicara di belakang Herkis untuk memprovokasi dirinya cepat lengser dan tidak ditampik oleh Herkis.
Nampaknya, sosok tersebut mengarah kepada striker asing Persela Lamongan, Ivan Carlos Franca Coelho. Herkis kemudian mengurai persoalannya dengan pemain asal Brasil tersebut.
“Dengan Ivan Carlos, sebenarnya tidak ada masalah. Selama ini dia sama saya baik. Tetapi, akhir-akhir ini dia malas latihan. Melawan sama asisten pelatih. Ini ada apa. Saya takutnya perilaku seperti ini menular ke pemain lokal. Saya pantau beberapa kali di pertandingan. Takutnya ada gejala,” papar Herkis.
“Daripada saya dituduh membuat cerita bohong, saya jujur kepada manajemen. Mereka paham sekali. Ini soal reputasi saya. Kalau saja perilaku Ivan terjadi di (bursa transfer) putaran kedua, dia bisa saya coret. Padahal di awal musim, dia bagus. Paruh kedua dia berubah, kok ada apa. Daripada saya tidak respek, lebih baik saya mundur,” jelasnya lagi.
Herkis menyangkal pengunduran dirinya berangkat dari paksaan manajemen. Tidak ada unsur desakan. Murni, keputusannya setelah dipikirkan secara matang.
“Tidak ada tekanan dari manajemen. Bahkan, Bupati dan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Lamongan bertanya kenapa saya mundur. Kalau bisa malah terus. Belum diizinkan sebelumnya, jangan dulu,” beber arsitek berusia 62 tahun itu.
Terkait friksi dengan Carlos, Herkis lepas tangan. Sepenuhnya, dia menyerahkan keputusan kepada manajemen Persela.
“Carlos berbicara seperti itu, akan ditegur oleh manajemen. Mungkin keputusan ada di tangan mereka. Saya tidak nyaman pemain asing datang ke Indonesia attitude-nya tidak baik. Saya sangat bertanggung jawab. Daripada nantinya terlalu jauh,” imbuhnya.
Menurut Herkis, dia tidak tahu apakah hanya Carlos seorang yang menginginkannya untuk mundur. Ditakutinya, sifat Carlos ditiru oleh pemain lokal.
“Saya tidak tahu hanya Carlos saja atau ada yang lainnya. Saya khawatir merembet ke pemain lokal. Dia latihan sering terlambat. Itu berbahaya. Disangkanya saya pilih kasih ke dia,” ujar eks pelatih PSS Sleman itu.
Setelah ini, Herkis masih belum tahu akan berjibaku dengan kesibukan seperti apa. Dia masih berharap, Persela dapat bangkit dari hasil minor.
“Memang ada tawaran buat saya? Hehehe. Mungkin istirahat dan kumpul dengan keluarga. Sekda dan Manajer (Persela) pun menanyakan kenapa saya harus mundur. Mereka tidak menghendaki sebenarnya. Tapi keputusan lebih baik mundur. Hubungan saya dan manajemen tetap baik-baik saja,” bongkar Herkis.
“Mudah-mudahan Persela bisa bangkit lagi. Walaupun saya sudah tidak lagi sebagai pelatih. Sebagi pemain Persela, mereka harus mengukir prestasi dan bertanggung jawab terhadap tim,” pungkasnya.
Saat ini, Persela menempati peringkat ke-15 Gojek Traveloka Liga 1 dengan torehan 24 poin dari 22 pertandingan. Laskar Joko Tingkir hanya berada satu strip di atas zona degradasi dan surplus lima angka dari tim ranking ke-16, Perseru Serui. Kalau tidak bisa memperbaiki performa, klub kebanggaan LA Mania itu bisa saja terdegradasi ke Liga 2 di akhir kompetisi.