3 Penyebab Liverpool Jadi 'Pesakitan' Saat Hadapi Sevilla
Liverpool hanya bermain imbang 2-2 saat meladeni kekuatan Sevilla pada laga perdana Grup E Liga Champions musim 2017/18. Bermain di Anfield, The Reds harus tertinggal 0-1 lebih dulu lewat gol cepat yang dicetak Wissam Ben Yedder di menit ke-5.
Liverpool bangkit dan langsung menyamakan kedudukan lewat gol yang dicetak Roberto Firmino di menit ke-21 lewat kombinasi cantik umpan satu dua antara Alberto Moreno dan Jordan Henderson. Tim asuhan Jurgen Klopp sempat berada di atas angin kala Mohamed Salah berhasil membuat Liverpool berbalik unggul 2-1 atas Sevilla usai mencetak gol di menit ke-21.
The Reds sebenarnya bisa saja mengunci kemenangan jelang berakhirnya babak pertama saat mereka mendapatkan hadiah penalti. Sayangnya, Firmino yang maju sebagai eksekutor gagal membobol gawang Sevilla yang dikawal Sergio Rico di menit ke-42 lantaran bola hasil sepakannya hanya membentur tiang gawang.
Setelah itu, peluang demi peluang berhasil diciptakan Liverpool di sepanjang paruh babak kedua meski tak satupun yang berbuah gol. Dan akhirnya, Sevilla berhasil memaksa Liverpool bermain imbang usai Joaquin Correa membobol gawang Loris Karius di menit ke-72.
- Liverpool Gagal Menang, Klopp Tetap Puas
- Liverpool 2-2 Sevilla: The Reds Kurang Hoki
- Firmino dan Salah Bawa Liverpool Ungguli Sevilla di Babak Pertama
- Pastikan Mental Pemain Siap, Nilmaizar Bandingkan Semen Padang dengan Liverpool
- Coret Mignolet, Klopp Lebih Pilih Karius Kawal Gawang Liverpool
- Jangan Macam-macam, Ini 3 Jedi yang Jadi Pengawal Liverpool
Hasil imbang 2-2 kontra Sevilla membuat Liverpool kembali menelan hasil kurang memuaskan, terutama pada dua laga terakhir. Pada laga sebelumnya, The Reds justru dibantai Manchester City dengan skor telak 0-5 di pentas Liga Primer Inggris.
Setelah diamati lebih jauh, Liverpool tampaknya memang tengah menghadapi masalah serius di skuat mereka. Buruknya sistem koordinasi lini pertahanan jadi masalah utama yang terus menghantui Jurgen Klopp di awal musim ini, belum lagi beberapa masalah lain.
INDOSPORT coba mengulas beberapa penyebab gagalnya Liverpool mendulang kemenangan kontra Sevilla pada laga perdana Liga Champions, yang merupakan buntut dari performa buruk mereka saat dipermalukan Man City pada laga sebelumnya di Liga Primer Inggris.
1. Blunder Lovren
Rasanya sudah tak heran lagi jika Liverpool jadi sorotan lantaran memiliki lini pertahanan yang cukup buruk di awal musim ini. Nama Dejan Lovren kerap jadi kambing hitam saat Liverpool selalu gagal meraih kemenangan dan harus kebobolan banyak gol.
Pada laga melawan Sevilla, Lovren sendiri dipercaya tampil sebagai starter dan diduetkan dengan Joel Matip sebagai duo bek tengah The Reds. Sayangnya, Lovren gagal menjalankan tugasnya dengan baik saat mengawal lini pertahanan Liverpool.
Gol pertama Sevilla yang dicetak Wissam Ben Yedder di menit ke-5 merupakan hasil dari blunder Lovren. Pemain berusia 28 tahun ini gagal membuang bola hasil umpan tarik Sergio Escudero di sisi kanan pertahanan Liverpool, hingga bola deras akhirnya langsung disambar Wissam menjadi gol.
Padahal, Lovren sendiri sebenarnya berdiri bebas dan dalam kondisi tak terkawal sama sekali. Apalagi, bola hasil umpan Escudero tersebut melaju jelas di hadapan Lovren dan seharusnya bisa dengan mudah diamankan mantan bek Southampton tersebut.
Lovren sendiri memang dikenal sebagai sosok bek yang doyan melakukan blunder fatal di lini pertahanan timnya. Bersama Liverpool, pemain Timnas Kroasia ini kerap tampil tak sigap, latah, dan berlama-lama menguasai bola yang akhirnya bisa direbut lawan dengan mudah.
Pendukung Liverpool tentu sangat kecewa dengan penampilan Lovren saat laga melawan Sevilla tersebut. Wajar saja, mereka harus menunggu selama 3 tahun untuk melihat Liverpool tampil lagi di Liga Champions. Sayangnya setelah kembali, Lovren justru merusak momen indah itu dengan melakukan blunder pada laga perdana Liverpool di Liga Champions.
2. Buruknya Sistem Pertahanan
Duet Dejan Lovren dan Joel matip ternyata tak juga kunjung memberikan solusi bagus bagi lini pertahanan Liverpool. Menghadapi Sevilla, koordinasi keduanya benar-benar buruk sehingga The Red harus kebobolan dua gol dan bermain imbang 2-2.
Gol pertama dan kedua Sevilla ke gawang Liverpool hampir dipastikan merupakan kesalahan Lovren, terutama gol pertama. Blunder Lovren pada gol pertama Sevilla rasa-rasanya sulit termaafkan lantaran terjadi di kompetisi sekelas Liga Champions.
Sementara gol kedua, Lovren terlihat hanya menunggu pergerakan Luis Muriel hingga akhirnya penyerang Sevilla itu berhasil melepaskan assist untuk gol Joaquin Correa di menit ke-72. Padahal, Lovren sendiri sebenarnya memiliki kesempatan besar untuk menutup ruang gerak Muriel agar tak bisa melepaskan umpan.
Lalu kemana Matip? Ya, Matip yang posisinya terlalu jauh dari Muriel ataupun Correa tak bisa berbuat banyak. Bek berusia 26 tahun itu pun terlambat saat berusaha mengejar Correa di dalam kotak penalti hingga akhirnya berhasil membobol gawang Karius.
Berdasarkan pengamatan, hanya Alberto Moreno yang tampil cukup bagus di sektor pertahanan Liverpool. Bek asal Spanyol itu bermain cukup konsisten saat meladeni serangan-serangan Sevilla. Moreno bermain cukup disiplin baik saat menyerang maupun bertahan.
Lalu bagaimana dengan sisi sayap kanan pertahanan Liverpool? Joe Gomez yang dipercaya Klopp untuk mengawal sisi kanan pertahanan justru bermain tak terlalu baik, kurang efektif, dan malah mendapatkan kartu merah di penghujung babak kedua.
Buruknya sistem pertahanan Liverpool sebenarnya tak hanya terjadi saat mereka gagal meraih kemenangan kontra Sevilla saja. Pada laga sebelumnya, masalah klasik serupa juga terjadi saat The Reds dilumat Manchester City dengan skot telak 0-5.
Pada laga tersebut, pelatih Liverpool, Jurgen Klopp memasang duo Ragnar Klavan dan Joel Matip sebagai benteng pertahanan dan tak memainkan Lovren. Sayangnya, duet Klavan-Matip juga tak bisa membuat pertahanan Liverpool membaik dan justru dihujani banyak gol.
3. Perbandingan Efektivitas Pergantian Pemain Sevilla dan Liverpool
Entah apa yang ada di dalam pikiran Jurgen Klopp di sepanjang 90 menit laga melawan Sevilla. Pelatih yang dikenal jenius dan baik dalam membaca permainan lawan itu justru kelimpungan saat menghadapi wakil Spanyol di Anfield.
Hal itu terlihat dalam perbedaaan keputusan pergantian pemain yang terjadi di dua kubu. Sevilla boleh dibilang cerdas dalam melakukan pergantian pemain, ketimbang Liverpool yang terlihat kebingungan dalam mengambil keputusan serupa.
Klopp baru memainkan gelandang andalan mereka, Philippe Coutinho di menit ke-76 menggantikan Emre Can. Saat Coutinho dimasukkan, saat itu pula Sevilla baru saja berhasil menyamakan kedudukan menjadi 2-2. Masalahnya, kenapa Klopp tak memasukkan Coutinho lebih cepat?
Coba saja lihat pergantian pemain yang dilakukan Sevilla. Pelatih Sevilla, Eduardo Berizzo, dengan cerdik memainkan Pablo Sarabia sejak menit awal babak kedua menggantikan Guido Pizarro. Masuknya Sarabia memberikan dampak bagus bagi Sevilla terutama dalam hal bertahan.
Sarabia benar-benar bekerja keras mengawal lapangan tengah dan mencegah para pemain Liverpool masuk ke wilayah pertahanan mereka. Terbukti, bek kiri Liverpool, Moreno yang sedari babak pertama selalu bergerak bebas melakukan serangan, berhasil dimatikan Sarabia di babak kedua.
Keputusan pergantian pemain Sevilla yang paling apik tentu saat Eduardio Berizzo memasukkan Luis Murieel di menit ke-69 menggantikan Wissam Ben Yedder yang bermain tak terlalu baik pada laga itu. Baru bermain selama 3 menit di atas lapangan, Muriel yang memiliki kecepatan langsung berhasil memberikan dampak instan dengan menyodorkan assist untuk gol Correa di menit ke-72.