x

3 Alasan Liverpool Bakal Tanpa Gelar Juara Musim Ini

Kamis, 28 September 2017 18:20 WIB
Penulis: Juni Adi | Editor: Joko Sedayu
Para pemain Liverpool tertunduk lesu.

Tak dipungkiri, Liverpool adalah salah satu tim dengan sederet prestasi gemilang di Liga Primer Inggris, namun kini klub asal Merseyside itu hanya sekedar nama besar saja. 

Musim 2016/17 lalu, Liverpool tampil cukup mengesankan dengan mengakhiri liga di peringkat keempat, sehingga membawanya kembali ke pentas bergengsi antar klub di benua Eropa, Liga Champions.

Mereka juga mampu mengawali Liga musim ini cukup baik dengan menghajar Arsenal 4-0. Namun, periode buruk kembali menghampiri anak asuh Jurgen Klopp. Mereka harus dibantai oleh Man City 5-0 di ajang Liga Primer, dan tersingkir dari Piala Liga Inggris usai kalah dari Leicester City 2-1.

Baca Juga

Tren negatif tersebut ternyata berlanjut di pentas Eropa. Dalam dua laga Liga Champions yang telah dilakoninya, Liverpool belum pernah merasakan kemenangan. The Kop tertahan di peringkat dua klasemen grup E dengan poin dua, hasil dua kali imbang melawan Spartak Moskow dan Sevilla.

Klopp pun merasa heran dengan penampilan timnya yang susah meraih kemenangan, meski dirinya tetap takin membawa Liverpool lolos dari fase grup.

"Target kami adalah lolos dari fase grup dan itu masih mungkin untuk kami. Kami harusnya menang di dua pertandingan awal, namun itu tak terjadi dan itu salah kami. Ada banyak hal bagus, namun hasilnya tidak bagus." kata Klopp usai pertandingan melawan Spartak Moskow dikutip dari Sportsmole.

Jurgen Klopp tertunduk lesu.

Karena penampilan inkonsistenya, Liverpool diprediksi bakal kesulitan bersaing untuk menjuarai Liga Primer Inggris musim ini. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya masalah yang harus dipecahkan oleh sang pelatih, Jurgen Klopp. 

Lantas apa saja alasan yang bakal menghambat Liverpool untuk bersaing menjuarai Liga Primer Inggris dan Liga Champions musim 2017/18 ini? Simak ulasan lengkapnya yang telah dirangkum tim INDOSPORT:


1. Konsistensi Striker Pencetak Gol

Pemain Liverpool saat berlaga di Liga Champions.

Salah satu masalah Liverpool tiap musimnya adalah konsistensi striker mereka dalam mencetak gol. Pasca ditinggal Suarez, Liverpool kerap kesulitan mencari sosok striker yang rajin mencetak gol seperti Michael Owen, Ian Rush, Kenny Dalglish dan Robbie Fowler.

Mereka bahkan sering membuat blunder dengan dalam memilih striker, sebut saja Andy Carroll. Didatangkan dari Newcastle United dengan harga 41 juta euro (Rp651 miliar), Carroll tampil melempem dan hanya mencetak 11 gol dari 58 penampilannya bersama The Reds.

Praktis, Liverpool hanya mengandalkan Daniel Sturridge sebagai seorang striker murni. Namun, Sturridge tampil inkonsisten karena kerap dibekap cedera. 

Harapan pun datang di diri seorang Roberto Firmino, pemain asal Brasil itu diplot menjadi seorang striker tengah dari posisi awalnya yang seorang winger. 

Coutinho, Mane dan Firmino.

Didatangkan dari Hoffenheim pada Juli 2015 lalu, dirinya mampu tampil gemilang dan jadi momok menakutkan bek lawan bersama duetnya dengan Coutinho.

Dua musim berseragam The Reds, Firmino telah mencetak 27 gol dan 25 assist dari 100 penampilannya bersama Si Merah.


2. Banyak Kesalahan di Lini Belakang

Dejan Lovren dan Serge Gnabry di babak pertama Hoffenheim vs Liverpool.

Di antara delapan kesebelasan teratas di Liga Primer Inggris musim lalu, Liverpool memuncaki daftar kesalahan dalam bertahan (defensive error) dengan 14 kali, tujuh di antaranya berbuah gol. Catatan ini tentu menunjukan bahwa lini belakang The Reds sangat rapuh.

Mereka juga sudah kebobolan 11 gol sejauh ini di Liga Primer Inggris, merupakan angka terbanyak di antara lima klub top lainnya.

Tentu hal tersebut membuat para pendukung Liverpool geram dan mengkritisi penampilan pemain bertahan mereka seperti Dejan Lovren, Emre Can hingga kedua penjaga gawang mereka, Simon Mignolet dan Loris Karius.

Paling vital adalah peran penjaga gawang Mignolet dan Karius yang tampil angin-anginan setiap musimnya. Kendati demikian, Liverpool engga mencari sosok kiper baru hal tersebut disampaikan oleh pelatih kiper mereka, John Achterberg.

Simon Mignolet gagal menahan tendangan bebas dari Sunderland Adam Johnson.

"Simon bermain dengan amat bagus," tutur Acterberg di Liverpool Echo.

"Dia mendapat banyak pujian dan itu layak ia dapat. Dia membuat beberapa penyelamatan penting di laga vital menjelang akhir musim yang memberikan kami poin. Itu membantu kami finish di posisi empat."

Selain itu, Liverpool juga berada pada peringkat keempat terburuk soal menang duel pada musim lalu. Hal ini perlu diperhatikan oleh Klopp, mengingat sejauh ini Liverpool terlihat lemah dalam bertahan menghadapi set piece atau situasi bola mati.


3. Tidak Punya Mental Juara

Para pemain Liverpool saat menjuarai Liga Champions 2005.

Pasca ditinggal sang legenda, Steven Gerrard yang memilih pensiun, Liverpool kesulitan mencari sosok jenderal di lapangan yang bisa dijadikan panutan.

Jordan Henderson yang menjadi kapten sekaligus jenderal lapangan tengah masih belum mampu menjadi sosok pemimpin sebagi Gerrard.

Steven Gerrard legenda Liverpool.

Selain itu, setiap klub yang bersaing untuk meraih gelar tentu para pemainnya harus memiliki mental juara. Namun, terlalu sedikit pemain di dalam skuat Liverpool yang memilikinya.

Hal tersebut terbukti saat mereka berhasil melaju ke partai final Liga Europa musim 2015/16 lalu. Namun, tak disangka, mereka dibantai oleh Sevilla yang merupakan juara bertahan dengan skor 3-1.

Berbeda jauh kala mereka berhasil memenangkan juara Liga Champions 2005 silam. The Reds yang kala itu tertinggal tiga gol dari AC Milan, mampu mengembalikan keadaan dan berhasil memenangkan gelar Liga Champions kelimanya berkat mental juara yang ditanamkan oleh Raffa Benitez.

Tentu ini menjadi pekerjaan rumah Klopp yang cukup berat menanamkan mental juara bagi anak asuhnya.

LiverpoolJurgen KloppLiga Primer InggrisLiga Inggris

Berita Terkini