Inikah Biang Keladi Keterpurukan Argentina?
Argentina berada di ujung tanduk. Hasil imbang melawan Peru (06/10/17) membuat posisi Albiceleste terlempar dari area tim yang bisa lolos Piala Dunia. Argentina kini berada di peringkat ke-6 dan terancam gagal tampil di Piala Dunia 2018.
Pasalnya, di zona Conmebol hanya empat tim terbaik yang berhak lolos langsung ke Rusia 2018. Sementara tim peringkat kelima akan menjalani laga play-off melawan tim terbaik dari zona Oceania.
Dengan posisi sementara Argentina yang berada di peringkat ke-6, memang bisa membuat Lionel Messi cs tak akan tampil di Piala Dunia untuk kali pertama dalam 38 tahun terakhir. Satu-satunya peluang yang tersisa adalah meraih peringkat ke-5 dan melakoni play-off melawan wakil Oceania, Selandia Baru bulan depan.
Mengapa Argentina bisa tampil buruk sepanjang kualifikasi Piala Dunia 2018? INDOSPORT mencoba menganalisis beberapa faktor penyebab melempemnya Argentina.
1. Pergantian Pelatih
Trauma kegagalan di tiga final event besar secara beruntun tampaknya masih membekas dengan kuat dalam ingatan skuat Argentina. Repotnya, trauma ini tak mampu dihapus dengan baik oleh pelatih yang menggantikan Gerardo Martino yang mundur usai gagal di Copa America Centenario 2016.
Edgardo Bauza yang menggantikan peran Martino bisa disebut gagal total mengembalikan semangat bertanding skuat Albiceleste. Alhasil, Argentina sulit meraih hasil positif selama ditangani Bauza. Lionel Messi dan kawan-kawan hanya bisa meraih tiga kemenangan, dua kali imbang, dan tiga kali kalah.
Saat Argentina keluar dari 4 Besar klasemen sementara zona Conmebol, Bauza pun langsung didepak Asosiasi Sepakbola Argentina (AFA). Posisinya kemudian digantikan Jorge Sampaoli yang aktif menjadi pelatih pada Mei lalu.
Pergantian pelatih ini tidak membuat perbaikan yang signifikan. Dalam tiga laga kualifikasi Piala Dunia 2018 di bawah Sampaoli, Argentina malah hanya mampu meraih hasil imbang secara beruntun. Akibatnya, mereka pun terancam gagal tampil ke Piala Dunia 2018.
Pergantian pelatih di tengah perjalanan menuju Rusia ini memang punya risiko yang cukup besar. Karena pasti ada sejumlah penyesuaian yang dilakukan pelatih maupun para pemain. Padahal, waktu yang tersedia sangat terbatas. Tak heran jika performa Argentina tak kunjung membaik meski sudah berganti pelatih.
Terlebih, baik Bauza maupun Sampaoli tidak mampu mendongkrak semangat juang skuat Argentina yang sudah terpuruk sejak Piala Dunia 2014.
2. Messi Dependencia
Harus diakui, ketergantungan Argentina terhadap Lionel Messi masih sangat besar. Masih ingat dengan putusan Messi yang mundur dari Timnas usai gagal di Copa America Centenario? Saat itu semua pihak berusaha membujuk sang megabintang untuk tetap membela negaranya.
Messi memang akhirnya luluh. Dia bersedia kembali membela Timnas Argentina. Namun, kondisi spirit Messi sudah berubah. Messi yang sekarang bukan lagi Messi yang dulu yang punya semangat menggebu-gebu.
Tak heran jika akhirnya muncul komentar "miring" soal Messi. Komentar ini justru datang dari sesama penggawa Albiceleste, Paulo Dybala. Striker Juventus itu mengaku kesulitan bermain bersama Messi. Faktor utamanya adalah gaya bermain dan posisi mereka yang sangat mirip.
Jika ditelaah lebih jauh, skuat Argentina memang tampaknya kurang bisa mengerti kemauan Messi. Sehingga banyak kejadian di lapangan yang seolah-olah hanya Messi yang bekerja keras.
Di laga kontra Peru, Messi banyak mengkreasikan serangan. Tapi dari sejumlah kreasi tersebut tak ada yang bisa dikonversi menjadi gol oleh pemain lainnya. Begitu pula dengan para pemain Argentina yang kurang mampu menyuplai bola dengan bagus untuk diselesaikan oleh Messi. Alhasil, Argentina pun seperti macan ompong yang hanya bisa mengaum tapi tak bisa mengigit.
3. Kurang Memiliki Pemain Bertipe Finisher
Dalam laga melawan Peru, Argentina terlihat mampu mendominasi permainan. Serangan demi serangan mampu dilancarkan. namun, selain karena pertahanan Peru yang bermain sangat disiplin, ketajaman Argentina pun patut dipertanyakan.
Sepanjang bemain dalam 17 laga kualifikasi Piala Dunia 2018, sesuai catatan Independent, Argentina mampu melakukan 151 tembakan. Tapi dari total tembakan sebanyak itu, hanya 16 gol yang mampu dicetak. Persentase yang sangat buruk bagi tim yang memiliki banyak striker mumpuni seperti Argentina.
Bukti bahwa Argentina kurang pemain bertipe finisher bisa dilihat dalam tiga pertandingan terakhir yang selalu berakhir seri. Tak ada satu pun gol yang diciptakan Albiceleste. Dalam hasil imbang 1-1 melawan Venezuela, gol Argentina merupakan hasil gol bunuh diri pemain lawan, Rolf Feltscher.
Padahal, dalam skuat Argentina saat itu ada Mauro Icardo dan Paulo Dybala yang merupakan penyerang atraktif. Sayangnya, mereka memang bukan penyerang bertipe finisher seperti yang biasa ditunjukkan Gabriel Batistuta di masa lalu.