Isabella Angelita, Persebaya: Permata Hati
Saat diminta oleh INDOSPORT menggambarkan Persebaya Surabaya dengan dua kata, Isabella Angelita dengan lugas menjawab, 'Permata Hati,' Ya, bagi Isabella klub kebanggaan masyarakat Jawa Timur ini ialah bagian dari hidupnya yang tak terpisahkan. Mahasiswi Hoschule Hannover, Jerman tersebut berbagi banyak kisah menarik dan inspiratif soal pengalamannya sebagai seorang Bonek.
Siapa Isabella Angelita? Bagi para Bonek nama ini mungkin cukup familiar di telinga mereka. Coba saja tanya ke mereka saat Bonek merayakan ulang tahun ke-84 pada 2011 lalu, siapa orang yang menggagas pameran foto para Bonek, nama perempuan cantik itu yang pasti disebut. Lahir dan besar di Surabaya, Isabella tak bisa menampik 'takdirnya' untuk mencintai Persebaya Surabaya dan basis pendukungnya, Bonek.
- Simak Deretan Bidadari Perguruan Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang Bikin Bonek Takluk
- Soal Insiden Bonek vs PSHT, Bonek Cantik: Jangan Cepat Darah Tinggi
- Oknum Bonek yang Sebabkan Tewasnya 2 Anggota PSHT Ditangkap
- Isabella Angelita, Bonek Cantik yang Sempat jadi Derigen saat SMP Hingga Buat Pameran Foto
- Dua Jakmania 'Terjebak' di Tengah Penggemar Persebaya, Reaksi Bonek Mengejutkan!
"Ya karena sejak kecil sudah sering diajak sama saudara dan keluarga untuk menonton Persebaya Surabaya," kata Isabella kepada INDOSPORT Kamis, (06/10/17).
Sejak dari umur 13 tahun melihat Persebaya Surabaya bertanding membuat Isabella menemukan energi positif yakni soal rasa kekeluargaan para Bonek. Hal yang memang akan selalu ada di tribun penonton pertandingan sepakbola, meski banyak orang awam yang tak pernah mengetahui ini dan selalu mencitrakan suporter sepakbola dengan kesan negatif.
Berikut INDOSPORT rangkumkan obrolan kami dengan Isabella Angelita, Bonek cantik yang sempat jadi derigen di stadion dan pengalamannya mendukung Persebaya selama berkuliah di Jerman:
1. Dari orang tua hingga jadi derigen
INDOSPORT: Sejak kapan jatuh cinta pada Persebaya dan Bonek?
Saya lahir dan besar memang di Surabaya. Saya mulai ikut jadi bonek mulai dari SMP, dari usia 13 tahun. Keluarga besar memang sering mengajak ke stadion untuk menonton Persebaya dan suka sama Persebaya. Lama kelamaan jadi sering nonton sendiri.
INDOSPORT: Bonek terkenal dengan aksi 'gila', hal 'gila' apa yang pernah dilakukan selama menjadi Bonek?
Bukan hal 'gila' juga sih, tapi selama saya di Jerman, saya tak pernah lepas dari Persebaya. Kalau tak bisa streaming nonton Persebaya, saya selalu mencari informasi lewat teman-teman Bonek di sini. Karena juga kan informasi di media tak sepenuhnya benar. Saya juga sempat bertanya langsung dengan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini soal nasib Persebaya yang tak menentu beberapa waktu lalu.
Bu Risma saat itu kebetulan datang ke Hamburg, jaraknya hanya 1 jam dari tempat saya tinggal di Hannover. Karena waktu itu, saya ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Hannover, saya diundang bertemu bu Risma dan saya berkesempatan untuk bertanya soal nasib Persebaya ke Bu Risma.
Selain itu, hal 'gila' lainnya, saya pernah jadi derigen.
INDOSPORT: Jadi derigen? Wah seperti apa ceritanya?
Waktu di Stadion Tambak Sari dulu pernah jadi derigen. Karena saat itu Cak Hamin (Gimbal) dan Cak Okto (Tyson) lagi gak bisa, dan tiba-tiba saya diangkat sama orang-orang. Anak SMP jadi derigen. Itu pengalaman gila sih menurut saya. Pada 2008 atau 2009, saya juga lupa. Itu pengalaman seumur hidup.
2. Menolak stigma negatif untuk para Bonek
INDOSPORT: Kekinian banyak sekali orang awam yang mencitrakan Bonek dengan hal negatif, apa pendapatnya?
Jadi gini, Bonek itu adalah suporter Persebaya dan satu stadion itu kapasitasnya berapa? Itu ribuan orang loh. Dan dari ribuan orang itu banyak sekali macam-macam manusia, gak semua yang nonton di stadion orang-orang yang kasar. Banyak juga yang datang memang mau menonton bola bersama keluarga dan teman-teman.
Jadi jika orang menyamaratakan satu orang atau satu golongan untuk semuanya, jadi ada pertanyaan, orang itu waras atau nggak. Bonek itu dari Sabang sampai Merauke, bahkan seluruh dunia. Jika semua Bonek disamaratakan bagi saya itu salah.
Saya ini Bonek yang kebetulan kuliah di Jerman dan banyak juga teman-teman Bonek yang kuliah di Jerman. Kita bisa suka sama Persebaya, kita bisa juga hidup dengan hal lainnya. Banyak orang yang bilang, ah Bonek itu (maaf) tak berpendidikan, orang kasar, tak punya pekerjaan, dan hal negatif lainnya, itu salah sekali. Yang nonton Persebaya itu berasal dari semua kalangan. Tidak bisa disamaratakan hal negatif ke semua Bonek.
INDOSPORT: Apa yang sebenarnya harus dilakukan oleh para Bonek atau suporter lainnya untuk menepis citra negatif?
Tutup telinga, jangan didengerin (omongan negatif tentang suporter) dari orang-orang yang tidak mengerti, orang itu mungkin tidak pernah ke stadion, coba ajak orang itu ke stadion. Coba rasakan kesenangan dan kebahagian saat menonton bola di stadion. Kalau ada orang yang mengatakan suporter itu jelek, ajak mereka ke stadion untuk menonton bola.
INDOSPORT: Bagi kebanyakan orang, suporter itu 'milik' kaum Adam, apa pendapatnya?
Memang kebanyakan suporter itu laki-laki dan sayangnya kalau perempuan itu suka dianggap aneh. Ini pengalaman sendiri dan teman-teman juga, jika ada perempuan datang ke stadion dianggap hal negatif. Berharap ke depannya, orang-orang yang menganggap negatif perempuan yang datang ke stadion itu jaga mulutnya. Karena kita perempuan sama dengan laki-laki, sama-sama ingin menonton bola.
Untuk perempuan yang ingin datang ke stadion, harus jaga diri dan jaga perilaku, serta jangan berbuat yang aneh-aneh karena di stadion ada juga suporter laki-laki yang kayanya tidak punya istri, pacar jadi melihat suporter perempuan di stadion langsung negatif.
3. Dukungan untuk Timnas Indonesia dan cerita soal sepakbola Jerman
INDOSPORT: Bicara Timnas Indonesia, ada pendapat soal perkembangan Timnas kita?
Sebenarnya saya tidak terlalu mengikuti benar-benar perkembangan Timnas kita, cuma ikutin perkembangan Timnas U-19. Sepertinya lebih bagus yah dari kemarin-kemarin. Ada regenerasi di Timnas, perkembangannya lebih bagus yang sekarang.
Ada titik cerah untuk masa depan. Semoga ke depan Timnas kita lebih bagus.
INDOSPORT: Selama di Jerman, bisa ceritakan soal antusiasme sepakbola di sana?
Jadi rumah aku di Hannover, dan rumah ku hanya 10 menit dari stadion, jalan kaki. Nama stadionnya HDI Arena. Kalau sudah pertandingan, suaranya kedengaran sampai ke rumah, kalau kaca jendela rumah di buka suaranya keras banget.
Memang jarang menonton di Jerman karena tiketnya lumayan mahal. Untuk kantung student, itu lumayan gak bisa mencukupi. Meski ada diskon untuk pelajar, tapi bagi saya itu belum bisa mencukupi. Tapi pernah nonton sesekali, seperti nonton Dortmund, Hannover 96, Hamburg, Koln juga pernah, tapi tidak pernah sering, karena seada duitnya, ha..ha..ha.
INDOSPORT: Bisa gambarkan soal suasana kota saat pertandingan berlangsung?
Jadi kalau Hannover 96 main, itu stadion benar-benar ramai sekali. Nah kebetulan akses ke stadion bagus, jadi stadion bisa diakses dari stasiun utama, sekitar 15-20 menit jalan kaki. Jadi biasanya suporter itu jalan kaki sama-sama dari stasiun ke stadion.
Jadi kalau main tuh ya, satu kota Hannover berubah jadi gila bola semuanya. Lawan pun yang datang selalu baik-baik saja, tidak ada masalah, seperti saudara sendiri. Rival di stadion tidak di luar stadion dong.
Ramai banget, nyanyi sepanjang jalan dari stasiun hingga stadion, hentak-hentakan kaki, dan nyanyi itu mereka tak berhenti dari datang hingga pulang.