Deretan Rising Star yang Gagal Mentas di Piala Dunia 2018
Piala Dunia sudah pasti dijadikan ajang unjuk bakat oleh para pemain muda berbakat, karena di saat itulah publik dunia bisa melihat mereka berkompetisi dengan pemain terbaik dunia yang jauh lebih senior dari mereka. Tak hanya itu, Piala Dunia juga pastinya akan disaksikan oleh para pencari pemain muda dari klub-klub besar untuk merekrut kandidat pemain bintang mereka.
Namun sayang, tidak semua pemain muda tersebut bisa unjuk gigi di gelaran tertinggi sepakbola dunia tersebut. Berikut ini INDOSPORT merangkum beberapa pemain muda berbakat yang tidak kurang beruntung karena negaranya tidak lolos di putaran kualifikasi Piala Dunia 2018.
1. Christian Pulisic
Pemain tengah ini dilirik oleh pencari bakat dari Borussia Dortmund ketika ia melihat tim nasional Amerika Serikat U-17. Perjalanan Pulisic tidak berjalan dengan mulus, namun setelah 2 tahun Pulisic telah menjelma menjadi pemain yang mumpuni dan berhasil masuk ke tim utama Dortmund. Sekitar satu tahun yang lalu dia menjadi pemain tyermuda yang dapat mencetak dua gol di Bundesliga.
Thomas Tuchel terkadang menempatkannya sebagai pemain sayap dan pemain sayap belakang pada musim ini. Posisi tersebut dinilai cocok untuk Pulisic, karena tendangan jarak jauhnya dan penguasaan bola ketika melewati lawan dapat berkembang. Hal itu lah yang membuat Pulisic menolak tawaran Liverpool dan RB Leipzig, karena Dortmund adalah tempat terbaik untuk mengembangkan bakatnya.
Amerika Serikat gagal lolos ke putaran final Piala Dunia 2018 setelah dikalahkan oleh Trinidad – Tobago di kualifikasi Piala Dunia 2018 zona CONCACAF. Tim favorit tersebut dikalahkan dengan skor 1–2 ketika mereka hanya butuh angka imbang untuk mengamankan tiket ke Rusia. Kekalahan tersebut membuat The Yanks merosot ke peringkat lima zona Amerika Utara dengan torehan 12 poin.
2. Julian Green
Pemain sayap berusia 21 tahun ini menjadi pencetak gol termuda untuk Amerika Serikat di gelaran Piala Dunia 2014 lalu. Sebagai pemain sayap, Green mampu menembus jantung pertahanan lawan dan sering melakukan counter attack yang cukup membahayakan.
Didukung kecepatan berlari, dribbling yang bagus, dan ketajamannya menjebol gawang lawan, Green mendapat kepercayaan dari mantan pelatih Bayern Munchen, Ancelotti, untuk bermain di skuat utama. Hal tersebut juga membuatnya dipanggil untuk memperkuat timnas Amerika Serikat.
Namun sayang, nasibnya sama seperti rekan senegaranya, Pulisic. Mereka gagal untuk tampil di Rusia setelah Amerika Serikat dikalahkan oleh Trinidad – Tobago di kualifikasi Piala Dunia zona Amerika Utara.
3. Justin Kluivert
Pemain sayap Ajax Amsterdam berusia 18 tahun ini adalah anak dari Patrick Kluivert, yang juga mantan pemain klub ibukota Belanda itu. Justin bermain secara regular di tim inti U-19 Belanda. Kemampuannya untuk menjaga bola saat berhadapan one on one dengan musuh menjadi kekuatan tersendiri di lini sayap Ajax. Meski dirinya masih sering dicadangkan di Ajax, dirinya bisa menjelma sebagai super sub ketika diturunkan seperti saat ia mencetak gol ketika bertemu dengan Excelsior.
Kemenangan 2–0 Belanda atas Swedia di babak kualifikasi Piala Dunia Zona Eropa tidak cukup untuk mengantarkan mereka ke putaran play-off menuju Rusia. Di klasemen akhir grup Belanda hanya mampu bertengger di posisi kedua dengan raihan 19 poin, sama seperti Swedia. Sayangnya raihan gol Swedia lebih banyak dibanding Belanda, yakni selisih 5 gol. Hal tersebut melempar Belanda ke posisi 3 klasemen akhir Grup A zona Eropa.
4. Carel Eiting
Nasib kurang beruntung juga dialami oleh bakat muda Belanda ini. Pemain tengah dari Ajax Amsterdam ini memang memiliki bakat yang mumpuni. Terbukti, dirinya selalu memperkuat lini tengah Ajax sejak usia 9 tahun dan Carel tidak pernah absen untuk membela klubnya itu untuk maju ke babak perempat final UEFA Youth League, serta pernah mencetak skor ketika kontra Juventus. Pemain berusia 19 tahun ini dikontrak Ajax hingga 2018 dan rumornya dia akan masuk ke skuat utama Ajax di musim 2018/2019.
5. Angelo Henriquez
Penyerang berusia 21 tahun ini pandai memanfaatkan kesempatan untuk mencetak gol. Aset Manchester United ini tampil sangat baik di Copa America setelah mencetak 29 gol dalam 36 penampilan saat ia bermain dengan status pinjaman untuk klub divisi utama Kroasia, Dinamo Zagreb.
Penampilan yang sempurna dari Henriquez dapat membuatnya kembali ke Old Trafford, dimana United saat ini tengah mencari mesin gol yang konsisten setelah Robin van Persie dan Radamel Falcao tampil mengecewakan musim ini.
Sayangnya, Henriquez belum berhasil membawa Venezuela berangkat ke Rusia. Tim asuhan Juan Antonio Pizzi dikalahkan oleh Brasil ketika mereka hanya membutuhkan hasil imbang untuk merebut tiket ke Rusia, namun Brasil yang sudah dipastikan lolos ke putaran final justru melibas habis Chile dengan 3 gol tanpa balas dan membuat Chile terpaksa bertengger di posisi ke 6 zona CONMEBOL.
6. Josef Martinez
Pemain Atlanta United ini memiliki kemampuan untuk menguasai bola dan ketajaman merobek gawang lawan. Posisi sebagai pemain depan juga sangat pantas karena pemain berusia 24 tahun ini sangat akurat dalam memberi umpan crossing yang membahayakan lini belakang musuh. Martinez diharapkan bisa membawa Venezuela yang selama ini disebut sebagai tim terlemah di Amerika Selatan, bisa kembali tampil mengejutkan dan lolos ke semifinal seperti empat tahun lalu.
Tetapi keberuntungan belum menghinggapi Venezuela dan Martinez. Venezuela gagal memastikan langkahnya ke Rusia setelah penampilan buruk mereka di kualifikasi Piala Dunia 2018 zona CONMEBOL. Venezuela menjadi juru kunci di papan klasemen hanya dengan raihan 12 poin dari 18 kali pertandingan.