Sebelum Meninggal, Dokter Sempat Pompa Otak Choirul Huda 1 Jam
Persela Lamongan kehilangan kiper Choirul Huda untuk selama-lamanya. Pemain berusia 38 tahun itu meninggal dunia dalam sebuah kejadian saat menjaga gawang Laskar Joko Tingkir, julukan Persela, menghadapi Semen Padang, Minggu (15/10/17) di Stadion Surajaya, Lamongan.
Huda mengalami benturan dengan rekan setimnya, Ramon Rodrigues. Kedua pemain tersebut berbenturan saat mencoba menyapu bola liar di dalam kotak penalti Persela.
- Ini Bukti Kiper Persela FC Choirul Huda Punya Skill Sekelas Gianluigi Buffon
- Choirul Huda: Sang One Man One Club hingga Ajal Menjemput
- Pesepakbola Indonesia yang Meregang Nyawa Pasca Bermain
- Mengharukan, Takbir dan Isak Tangis Ratusan Joko Tingkir Iringi Kepergian Kapten Choirul Huda
- Media Asing Sorot Kematian Choirul Huda
Kepala Unit Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Soegiri Lamongan, Dokter Yudistiro Andri Nugroho, Spesialis Anastesi menjelaskan kondisi Choirul Huda pasca kejadian mengerikan itu. Nafas dan detak jantung Huda sempat terhenti usai mengalami benturan.
“Choirul Huda mengalami trauma benturan dengan sesama pemain, sehingga terjadi apa yang kita sebut henti nafas dan henti jantung. Oleh teman-teman medis di Stadion sudah dilakukan penanganan pembebasan jalan nafas dengan bantuan nafas. Kemudian dirujuk ke UGD RSUD dr Soegiri," kata Yudistiro dalam rilis yang diterima INDOSPORT, Minggu (15/10/17).
"Di ambulans juga ditangani secara medis untuk bantuan nafas maupun untuk penanganan henti jantung. Sesampainya di UGD segera ditangani. Kita lakukan pemasangan alat bantu nafas yang sifatnya permanen. Kita lakukan inkubasi dengan memasang alat semacam pipa nafas. Itu yang menjamin oksigen bisa 100 persen masuk ke paru-paru," tambahnya.
"Dengan itu kita harapkan kita melakukan pompa otak sama jantung. Sempat ada respon dari Choirul Huda dengan adanya gambaran kulit memerah, tetapi kondisnya tetap semakin menurun. Pompa jantung dan otak itu dilakukan selama 1 jam tidak ada respon. Tidak ada reflek tanda-tanda kehidupan normal. Kemudian kita menyatakan meninggal pada pukul 16.45. Kita sudah mati-matian untuk mengembalikan fungsi vital tubuh Choirul Huda”, jelas Yudistiro.
Lebih lanjut, Yudistiro mengatakan penyebab meninggalnya Huda dikarenakan sang kiper mengalami kondisi yang kompleks. Dada, kepala, dan lehernya dianalisa terkena dampak dari kejadian itu.
“Sesuai analisa awal benturan ada di dada dan rahang bawah. Ada kemungkinan trauma dada, trauma kepala dan trauma leher. Di dalam tulang leher itu ada sumsum tulang yang menghubungkan batang otak. Di batang otak itu ada pusat-pusat semua organ vital, pusat denyut jantung dan nafas," papar Yudistiro.
"Mungkin itu yang menyebabkan Choirul Huda henti jantung dan henti nafas. Itu analisa awal kami, karena tim kami gak sempat melakukan scanning, karena Mas Huda tidak layak transport dengan kondisi kritis seperti itu. Kita tidak bisa mengkondisikan untuk dibawa ke Radiologi. Kita lebih menangani kondisi awal," pungkasnya.