Mengenang Nistelrooy, Pahlawan Man United dari Belanda
Rurgerus Johannes Martinus van Nistelrooy atau biasa dikenal dengan nama Ruud van Nistelrooy merupakan salah satu mantan striker terbaik di Eropa, bahkan di dunia dari Belanda.
Lahir pada tanggal 1 Juli 1976 silam, Nistelrooy mengenyam pendidikan di tiga tim junior asal Belanda, yakni Nooit Gedacht, RKSV Margriet, dan Den Bosch.
Den Bosch merupakan klub profesional Nistelrooy, di mana ia perkuat klub tersebut selama empat tahun, yakni di tahun 1993 hingga 1997.
Setelah itu, namanya mulai mencuat di sepakbola Belanda dan mulai membela klub papan tengah di negara tersebut, yakni Heerenveen selama semusim, yakni 1997/98.
Ternyata, bersama Heerenveen pemain yang juga diakrab dipanggil Ruudje ini mampu semakin bertaji. Ia pun langsung membela salah satu klub papan atas di Eredivisie Belanda, PSV Eindhoven, selama tiga musim, yakni 1998/99 hingga 2000/01.
Barulah setelah itu perjalanan kariernya semakin meroket kala membela Manchester United. Seperti apakah kisahnya? Berikut ini INDOSPORT akan mengulasnya
1. Karier di Man United
Tentunya tidak banyak yang tahu, jika Van Nistelrooy seharusnya memperkuat Man United sejak musim 2000/01. Namun, saat itu Nistelrooy dinyatakan gagal tes medis, karena sedang kurang fit ditambah cedera otot.
Barulah di musim 2001/02, ia didatangkan The Red Devils dengan harga senilai 19 juta poundsterling atau nyaris mencapai Rp340 miliar. Harga yang terbilang cukup mahal di tahun tersebut, apalagi belum banyak yang mengetahui.
Menariknya lagi, usai dinyatakan lolos tes medis, Ruutje kembali cedera saat latihan perdana bersama Man United. Tak ayal, dirinya pun banyak yang meragukan akan dapat tampil cemerlang di bawah arahan pelatih mereka kala itu, Alex Ferguson.
Namun siapa yang sangka, seiring dengan berjalannya waktu, Nistelrooy justru mampu menjadi mesin gol yang benar-benar diandalkan bagi The Red Devils.
Berdasarkan data dari Transfermakt, total mantan pesepakbola yang kini telah berusia 41 tahun itu sudah mencetak 150 gol 16 assists dalam 218 penampilan berama The Red Devils.
Dengan torehan gol dan penampilannya itu juga, Nistelrooy turut menyumbangkan gelar Liga Primer Inggris (2002/03), Piala FA (2003/04), Piala Liga Inggris (2005/06), dan Community Shield (2003).
2. Gol Kenangan Melawan Benfica
Bagi fans sejati Man United, tentunya masih ingat jika awal musim 2005/06 dapat dikatakan permainan mereka masih kurang memuaskan.
Namun, pada pertandingan kedua Grup D Liga Champions 2005/06, kala mereka melawan Benfica, dapat dikatakan sebagai salah satu awal kebangkitan mereka untuk bangkit hingga akhir musim.
Ya, sebelum melawan Benfica, tiga laga sebelumnya United gagal meraih poin penuh di ajang Liga Primer Inggris. Pertama mereka ditahan imbang oleh klub rival sekota Man City dengan skor 1-1, setelah itu ditahan imbang 0-0 oleh sang rival seteru, Liverpool dan meraih kekalahan dari Blackburn Rovers dengan skor 1-2.
Hal ini membuat The Red Devils kala itu dihujani oleh kritikan, bahkan pelatih mereka, Alex Ferguson juga disebut-sebut kurang memberikan formasi yang memuaskan.
Adalah Van Nistelrooy yang membawa United bangkit, di mana gol telatnya ke gawang Benfica sukses memberikan kemenangan bagi timnya dengan skor 2-1.
Perlahan tapi pasti, usai dari kemenangan itu membuat Man United mulai bangkit dari keterpurukan dan kritikan yang melekat pun menghilang dari mereka.
Sama halnya dengan saat ini. Man United di awal musim 2017/18 ini sebenarnya bermain dengan sangat menakjubkan.
Namun pelatih mereka, Jose Mourinho dihujani kritikan, karena racikannya bermain yang dianggap terlalu bermain bertahan saat melawan Liverpool pada akhir pekan kemarin.
Kini, jelang melawan Benfica yang akan digelar dini hari nanti WIB, mampukah Man United kembali bangkit? Jika saat ini tidak ada Nistelrooy, tentunya mereka akan menaruh harap kepada mesin gol baru mereka di musim ini, Romelu Lukaku. Menarik untuk dinanti.
3. Ketegangan dengan Ronaldo dan Ferguson hingga Tinggalkan Man United
Memasuki akhir musim 2005/06 atau tepatnya di akhir bulan Februari 2006. Tanda-tanda kepergian Nistelrooy dari Man United mulai berembus ke permukaan.
Bermula dari setelah Man United juara Piala Liga Inggris dengan mengalahkan Wigan Athletic di partai final. Hubungan antara Nistelrooy dengan Ferguson mulai retak, bahkan keduanya sering dikabarkan kerap berselisih.
Sejak saat itu, Nistelrooy seringkali dicadangkan, bahkan nyaris tidak pernah dimainkan oleh Ferguson. Meski mantan pemain Timnas Belanda ini dimainkan dari bangku cadangan dan masih rutin mencetak gol, nyatanya hal tersebut tidak meluluhkan hati dari Ferguson.
Puncaknya adalah menjelang pertandingan pamungkas Liga Primer Inggris 2005/06, saat Man United Charlton Athletic. Sebelum berlaga, Nistelrooy sempat bersitegang dengan mantan megabintang Man United, Cristiano Ronaldo.
Saat sedang bersitegang, Nistelrooy mengatakan kepada Ronaldo, “Pergilah dan merengek kepada ayahmu.” Ironisnya, Ronaldo kala itu belum lama ditinggalkan ayahnya yang telah berpulang ke Surga.
Tidak hanya itu, tiga jam sebelum kick off melawan Charlton, Nistelrooy juga tidak terlihat batang hidungnya alias kabur dari stadion. Situasi inilah yang semakin membuat Ferguson berang dan pada akhirnya tidak keberatan untuk melepasnya ke Real Madrid di musim berikutnya.
4. Karier di Real Madrid
Pada musim 2006/07, Nistelrooy akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Man United dan bergabung dengan raksasa Spanyol, Real Madrid.
Sebelum pindah ke El Real, Nistelrooy sempat meminta maaf kepada Ferguson atas tindakannya selama beberapa bulan terakhir.
Pada awal musim di Madrid, Ruutje masih meneruskan tajinya di klub Ibu Kota Spanyol. Bahkan, ia langsung menjadi top scores Los Blancos di musim tersebut, sekaligus top scores La Liga Spanyol.
Rinciannya adalah pada musim perdananya, Ruutje total mencetak 33 gol di seluruh kompetisi bersama Madrid, 25 gol di antaranya diciptakan di ajang La Liga.
Sayangnya, nama Nistelrooy di Madrid mulai meredup sejak musim kedua hingga musim terakhirnya, yakni 2009/10.
Hal itu tak lepas dari dirinya yang mulai rentan cedera dan juga kalah saing dari penyerang Madrid kala itu, Raul Gonzalez dan juga Gonzalo Higuain.
Meski demikian, ia turut menyumbangkan 2 gelar La Liga Spanyol (2006/07, 2007/08) dan Piala Super Spanyol (2008).
Setelah membela Madrid, Nistelrooy pindah ke Bundesliga Jerman di musim 2010/11 bersama Hamburger SV, kemudian kembali ke La Liga Spanyol untuk memperkuat Malaga di musim 2011/12.
Malaga merupakan klub terakhirnya, sebelum dirinya memutuskan untuk pension di akhir musim 2011/12 tersebut.