x

Pemain Keturunan Arab yang Berpengaruh di Indonesia

Kamis, 19 Oktober 2017 14:25 WIB
Penulis: Isman Fadil | Editor: Galih Prasetyo
4 Pemain Keturunan Arab di Sepakbola Indonesia.

Indonesia punya semboyan 'Bhinneka Tunggal Ika' yang memiliki arti 'berbeda-beda tetapi tetap satu'. Semboyan itu menjadi moto bangsa Indonesia yang melambangkan persatuan di tengah keberagaman Indonesia.

Baca Juga

Jika diresapi, makna dari kata itu dapat juga berlaku untuk dunia sepakbola, terutama pada zaman dahulu ketika etnis Arab yang masih aktif menjadi pesepakbola di Liga Indonesia.

Etnis dari keturunan Arab mempunyai sejarah yang sangat panjang di Indonesia, khususnya dalam bidang sepakbola. Di awal era 1930-an, etnis Arab di Indonesia membentuk klub kecil-kecilan bernama An-Nashr yang berarti kemenangan. Klub ini dirintis di kawasan Kampung Arab Ampel Surabaya.

Irfan Bachdim punya darah keturunan Yaman.

An-Nashr yang kini berubah nama menjadi Asy-Syabaab telah menyumbangkan talenta-talentanya untuk Persebaya yang kala itu masih bernama SVB. Sebut saja Umar Bawedon, Abubakar Basofi, dan Ali Basofi.

Berangkat dari sejarah singkat tersebut, ternyata tidak hanya warga keturunan Tionghoa saja yang mau mengabdikan badannya dalam seragam Merah-Putih. Ada sejumlah anak keturunan dari jazirah Arab yang juga turut manggung dalam persepakbolaan nasional.

Berikut INDOSPORT menyajikan pesepakbola keturunan jazirah Arab yang memiliki prestasi mentereng di kancah sepakbola nasional.


1. Alm. Rusdy Bahalwan

Rusdy Bahalwan.

Nama Rusdy Bahalwan mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga para pecinta sepakbola di Indonesia, terutama bagi anda yang mengidolakan Persebaya Surabaya, dan juga Tim Nasional (Timnas) Indonesia.

Saat masih aktif menjadi pemain, Rusdy membawa Persebaya Surabaya menjadi juara perserikatan era 1977/78 dan sebagai pelatih menjuarai Liga Indonesia musim 1996/97. Selain Persebaya, Rusdy juga sempat membesut Timnas Indonesia di tahun 1998 dan membawa skuat Garuda menempati peringkat ketiga Piala Tiger (sekarang Piala AFF) 1998. Alumnus SMA Negeri 6 Surabaya ini juga mewariskan filosofi sepak bola 'Coming from Behind'.

'Coming from Behind' atau bergerak dari arah belakang adalah taktik sepak bola ofensif yang mengandalkan kecepatan lini kedua untuk menyengat pertahanan lawan. Para pemain harus aktif bergerak dan melakukan 'passing support'. Begitu memberikan umpan, pemain lini kedua harus muncul tiba-tiba dari belakang, memberikan kejutan saat pemain bertahan lawan berkonsentrasi terhadap barisan penyerang.

Pada Agustus 2011, Rusdy Bahalwan wafat pada usia 64 tahun karena penyakit degeneratif dan stroke yang dideritanya sejak 2004.


2. Sutan Harhara

Legenda Timnas Indonesia,Sutan Harhara.

Sezaman dengan Rusdi, ada pula Arab Jakarta yang mengabdi untuk Persija. Dia adalah Sutan Harhara. Pria kelahiran 19 Agustus 1952 ini sudah membela Persija sejak berusia 19 tahun. Saat masih aktif bermain, Sutan biasa bermain di posisi bek sayap.

Sutan Harhara juga pernah membela Timnas Indonesia dari tahun 1974 sampai 1980. Debut pertamanya di timnas adalah ketika Indonesia menghadapi Timnas Uruguay pada tanggal 19 April 1974 di Stadion Istora Senayan. Ketika itu Uruguay dimotori oleh Juan Silva dan Fernando Morena. Debut Sutan Harhara bersama Timnas Indonesia terbilang cukup manis lantaran skuat Garuda saat itu berhasil mengalahkan juara dunia dua kali dengan skor 2-1.

Usai memutuskan pensiun sebagai pemain, Sutan Harhara melanjutkan kariernya ke jenjang pelatih. Sejak tahun 1985, sejumlah tim Indonesia di beberapa kasta pernah merasakan tangan dinginnya. Sebut saja, Persikabo kabupaten Bogor, Persikota Kota Tangerang, Persegi Gianyar, PSMS Medan, PSIS Semarang, Semen Padang, dan Persela Lamongan.

Sutan selama ini setia menerapkan filosofi "Total Football" ala Belanda. Dengan bertumpu pada passing, filosofi ini juga mengutamakan keunggulan ball possesion


3. Muhammad Zein Al Hadad

Caption

Muhammad Zein Al Hadad atau biasa disapa Mamak merupakan striker legendaris di era kompetisi Galatama. Bermain untuk Niac Mitra, yang kini bernama Mitra Kukar, dia sempat menyabet gelar top scorer pada musim 1987/88.

Pria berdarah Arab tersebut juga merupakan langganan Timnas Indonesia di era 1986 hingga 1989. Mamak kemudian gantung sepatu saat Niac Mitra bubar di era 1990-an, dan status one man club melekat kepadanya.

Setelah pensiun, Mamak memulai karier kepelatihannya sebagai asisten pelatih di klub internal Persebaya Surabaya, Assyabaab Salim Group Surabaya. Dia menjadi asisten di era 1991 hingga 1993 dan menjadi pelatih kepala sampai 1997.

Torehan terbaik pelatih berambut kribo tersebut adalah ketika menangani Deltras Sidoarjo pada Copa Indonesia 2009 silam. Kala itu, dia berhasil mengantarkan Deltras menempati posisi ketiga Copa Indonesia. Padahal, saat itu The Lobster hanya bermodal pemain kelas menengah. Mamak pun dinobatkan sebagai pelatih terbaik.


4. Irfan Bachdim

Aksi Irfan Bachdim saat melawan Kamboja.

Irfan Haarys Bachdim atau biasa yang disapa Irfan Bachdim adalah pemain sepak bola Indonesia yang saat ini memperkuat klub Bali United. Meski besar di Amsterdam, Belanda, Irfan Bachdim merupakan pemain keturunan Yaman, Asia Barat.

Ayahnya Noval Bachdim seorang warga negara Indonesia keturunan Arab-Indonesia. Sang Ibu Hester van Dijk adalah seorang warga negara Belanda. Mereka menetap di kota Amsterdam. Diketahui, 'Bachdim' adalah nama salah satu marga yang berasal dari Timur Tengah, tepatnya dari Hadramaut, Yaman.

"Ya, saya memiliki darah Yaman. Itu berasal dari kakek-kakek saya terdahulu," kata Bachdim dilansir dari Juara.

Irfan pertama kali dikenal saat masuk dalam skuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2010. Kala itu, Irfan mampu mengantarkan Indonesia hingga melaju ke babak final sebelum dikandaskan Malaysia. Besar di Belanda, membuat banyak masyarakat mengira bahwa pria 28 tahun tersebut adalah produk naturalisasi. 

Irfan BachdimM. Zein Al HaddadTimnas IndonesiaLiga IndonesiaSutan HarharaLiga 1YamanJazirah ArabRusdy Bahalwan

Berita Terkini