3 Persamaan Persib, AC Milan, dan Everton Musim Ini
Bagi para pencinta sepakbola di Tanah Air, siapa yang tak kenal dengan klub sekelas Persib Bandung, AC Milan, bahkan hingga Everton sekalipun. Nama pertama tentunya sudah melekat untuk para penggemar sepakbola Indonesia.
Klub kebanggaan Ibu Kota Bandung ini telah terkenal sedari dulu. Maung Bandung, julukannya, memiliki banyak sejarah di persepakbolaan Tanah Air. Terhitung Persib telah enam kali menjuarai kompetisi teratas liga Indonesia.
Dahulu saat masih bernama Perserikatan, Persib Bandung sempat menjadi Raja Sepakbola di Tanah Air pada tahun 1939, 1961, 1986, 1989/90, dan 1993/94. Kemudian saat berubah nama menjadi Liga Indonesia Premier Division, Persib kembali menjadi juara di musim 1994/95. Maung Bandung kembali juara di tahun 2014 ketika liga bernama Indonesia Super League (ISL).
Bila Persib adalah klub sarat sejarah dari Indonesia, maka AC Milan adalah klub sarat sejarah asal Italia. I Rossoneri terhitung menjadi klub kedua terbanyak, bersama Inter Milan, setelah Juventus dalam hal raihan gelar Serie A Italia.
AC Milan telah memenangkan 18 gelar Serie A Italia, terhitung sejak musim 1909/10 yang mana menjadi awal gelar pertama klub berseragam hitam-merah tersebut dapatkan. AC Milan juga menjadi tim Italia tersukses dalam hal raihan gelar Liga Champions. Hingga saat ini, belum ada klub asal Italia yang mampu menyaingi tujuh Piala Si Kuping Lebar milik mereka.
Sementara Everton? Ya, klub asal Inggris ini memang tidak sementereng AC Milan atau Persib, bila dihitung dalam raihan gelar juara. Tercatat mereka ‘hanya’ mampu meraih sembilan gelar Liga Inggris (ketika itu belum berganti nama menjadi Liga Primer Inggris), itu pun diraih di masa lampau.
Namun, Everton menjadi cikal bakal lahirnya salah satu klub tersukses di Tanah Inggris saat ini, Liverpool. Bila tidak ada pertikaian di dalam tubuh internal Everton kala itu, maka Liverpool tidak akan tercipta hingga saat ini.
Selain persamaan tersebut, terdapat beberapa persamaan ketiga tim tersebut di musim ini. Melihat hal ini, INDOSPORT mencoba merangkum beberapa persamaan tiga tim beda benua itu di musim ini.
1. Boros dalam Belanja Pemainâ¦
Michael Essien, Carlton Cole, Raphael Maitimo, hingga Ezechiel N'Douassel menjadi contoh para pemain bintang yang didatangkan oleh manajemen Persib Bandung pada musim ini. Dua nama awal memang didatangkan secara gratis, namun tentunya gaji yang mereka terima sangatlah besar mengingat statusnya sebagai marquee player.
Sementara AC Milan, terhitung telah menghabiskan dana hampir mencapai 200 juta euro, atau lebih tepatnya sekitar 194 juta euro. Jumlah tersebut tak lepas dari berbagai banyaknya nama pemain bintang yang didatangkan ke San Siro, seperti Andre Silva, Hakan Calhanoglu, hingga Leonardo Bonucci sekalipun.
Bagaimana dengan Everton? Rival sekota Liverpool ini tercatat telah menghabiskan lebih dari 150 juta euro, atau tepatnya 158,2 juta euro. Gylfi Sigurdsson menjadi pemain termahal The Toffees hingga saat ini, karena didatangkan dari Swansea City dengan harga 49,4 juta euro.
2. â¦Namun Buruk di Kompetisi Lokal
Mendatangkan banyak pemain bukan jaminan klub tersebut akan turut sukses dalam mengarungi kompetisi. Beda halnya dengan Manchester City yang telah menghabiskan lebih dari 200 juta euro, namun kini berada di puncak klasemen Liga Primer Inggris.
Everton kini terpuruk di posisi 16 klasemen sementara Liga Primer Inggris. Skuat Ronald Koeman hingga kini baru mencatat dua kemenangan, dua imbang dan empat kali kekalahan dari delapan laga yang telah dilakoni. Jauh dari ekspektasi mereka untuk dapat menembus lima besar dari jumlah biaya yang telah dikeluarkan oleh manajemen Everton untuk membeli pemain.
Sedangkan AC Milan yang sempat digadang-gadang akan memutuskan dominasi Juventus di Serie A Italia, justru terseok-seok di papan tengah klasemen sementara Serie A. Skuat Vincenzo Montella kini berada di posisi 10 klasemen sementara Serie A, dengan raihan 12 poin.
Persib Bandung? Inkonsistensi yang kini tengah mereka alami mengharuskan mereka untuk sementara ini berada di posisi 11 klasemen sementara Gojek Traveloka Liga 1. Mereka memecahkan rekor klub yang bermain di Liga Indonesia, dengan meraih 14 kali imbang dari 29 laga yang telah dilakoni.
3. Berpotensi Terjadi Pemecatan Pelatih
Pemecatan di posisi pelatih dapat saja terjadi pada klub-klub yang tengah mengalami inkonsistensi, namun telah menggelontorkan banyak dana untuk membeli pemain. Persib Bandung telah ‘mencontohkan’ hal tersebut pada dua klub Eropa ini.
Memang pelatih Persib sebelumnya, Djajang Nurdjaman, tidak dipecat oleh manajemen Maung Bandung. Djanur mengundurkan diri pasca rangkaian hasil minor yang diterima oleh timnya tersebut di awal-awal Liga 1.
Namun tidak untuk di Eropa. Pemilik-pemilik klub Eropa tidak akan sungkan untuk menghentikan sang pelatih bila hasil minor tersebut terus berlanjut hingga pertengahan musim nanti. Jadi bersiaplah bila banyak rumor beredar tentang pemecatan Montella atau Koeman kelak.