Mengandung Mistis, Stadion Ini Dijaga Siluman Kera
Palembang terkenal menjadi salah satu kota olahraga di Indonesia saat ini. Dari sekian banyak fasilitas olahraga yang dimiliki, ada satu tempat yang menyimpan kisah mistis. Tempat itu adalah Stadion Pertamina Patra Jaya.
Stadion berkapasitas 10.000 penonton ini kini sudah tak terurus dengan baik. Saat ini Stadion Patra Jaya dimanfaatkan warga sekitar yang ingin belajar mengendarai motor atau mobil. Namun tak jarang juga ada para remaja yang memanfaatkan lapangan stadion untuk bermain atau berlatih sepakbola.
Tak hanya manusia, stadion ini juga menjadi tempat berkumpul favorit kera-kera. Memang di tempat ini punya cerita rakyat tentang Ratu Bagus Kuning dan Siluman Kera. Menurut cerita turun temurun dari orang-orang setempat, Ratu Bagus Kuning dipercaya sebagai salah satu penyebar ajaran agama Islam di Bumi Sriwijaya.
Konon, Ratu Bagus Kuning dan Siluman Kera pernah bertarung di lokasi tempat Stadion Patra jaya didirikan. Pertarungan tersebut dimenangkan Ratu Bagus Kuning, sehingga sebagai imbalannya si Siluman Kera harus menjadi anak buah Ratu Bagus Kuning.
Sampai saat Ratu Bagus Kuning meninggal, makamnya pun dijaga oleh pasukan siluman kera tersebut, seperti dilansir dari Kaganga.com.
Makam Ratu Bagus Kuning saat ini masih ada di dekat Stadion Patra Jaya. Dan percaya atau tidak sampai saat ini kera-kera yang ada di kawasan Stadion Patra Jaya adalah pengikut Siluman kera yang ditugaskan menjaga makam Ratu Bagus Kuning.
Meskipun mempunyai cerita mistis, dalam sejarah persebakbolaan nasional stadion ini cukup dikenal. Stadion yang pernah menjadi markas salah satu tim juara Galatama, Krama Yudha Tiga Berlian. Selain itu ketika PON ke-XVI dilangsungkan di Sumatera Selatan, stadion ini digunakan sebagai venue partai final antara Jawa Timur versus Papua.
Karena stadion ini tidak memiliki lampu penerangan, pertandingan tersebut harus dihentikan dan kedua tim dinyatakan sebagai juara bersama. Terakhir stadion ini menjadi venue kedua Kejuaraan Piala AFF U-20 di tahun 2005.
Penulis:Â Abdurrahman Ranala