4 Fakta Dibalik Kekalahan Memalukan Real Madrid
Tottenham Hotspur berhasil mengalahkan juara bertahan Liga Champions Real Madrid 3-1 di Stadion Wembley (02/11/17) dengan dominasi yang sangat kuat.
Sepasang gol dari Dele Alli dan gol pamungkas dari Christian Eriksen memastikan Tottenham mengunci posisi juara grup dan juga lolos ke babak 16 besar.
Christiano Ronaldo berhasil menciptakan sebuah gol penghibur hati, namun itu tak mengurangi daya dobrak dan kontrol permainan oleh Spurs.
Berikut ini INDOSPORT sajikan beberapa alasan kenapa Madrid pantas kalah dari Tottenham.
1. Real kesulitan tembus pertahanan Spurs
Perbedaan formasi yang sangat mencolok di kedua kubu sangat terlihat sejak line up pemain diturunkan.
Boss Real Madrid memilih 4-3-3 dengan strategi menyerang, sementara Pochettino lebih tertarik dengan formasi 3-5-2, sesuatu yang tak lazim, untuk menangkal gempuran Los Blancos.
Pochettino menempatkan Jan Vertonghen, Davidson Sanchez, dan Toby Alderweireld di barisan pertahanan, sementara Kieran Trippier dan Ben Davies sebagai bek sayap.
Formasi tersebut sangat efektif, ketika Spurs kehilangan bola, kedua bek sayap dengan segera membantu tiga bek sehingga menjadi barisan pertahanan yang sangat padat dan rapi.
Hasilnya bisa terlihat bagaimana Real Madrid begitu frustrasi karena tidak mendapat ruang sedikitpun untuk mencetak gol.
Hal itu memaksa Ronaldo untuk bermain lebih ke posisi sayap karena tak mampu menemukan ruang untuk melakukan akselerasi masuk ke jantung pertahanan lawan.
Sulitnya mendapatkan ruang tembak dari jantung pertahanan, membuat Real harus melakukan tembakan dari jarak jauh.
Hasilnya, nihil karena Hugo Lloris tampil gemilang, mematahkan semua tembakan jarak jauh tersebut.
2. Gol pertama Spurs memang offside, namun
Tottenham mencetak gol pembukanya melalui umpan silang Kieran Trippier pada menit ke 27 yang seharusnya dianulir karena dirinya terperangkap offiside.
Posisi Trippier jelas offside ketika ia lari menyusuri sisi kanan, sebelum melepaskan umpan matang kepada Alli, namun hakim garis tampaknya tak melihat hal itu sebagai offside, tidak ada tanda-tanda sedikitpun untuk menganulir gol tersebut.
Setelah gol pertama itu, Pochettino menginstruksikan kepada para penyerangnya untuk menyerang melalui celah antara bek tengah Real, Nacho dan Ramos yang kelihatan tak solid di lini belakang.
Hasilnya sangat efektif dengan 2 gol yang dihasilkan sebelum pertandingan usai.
Pada pertandingan malam tadi, baik Alli maupun Kane, sama-sama memiliki daya gedor hingga ke jantung pertahanan lawan dan Trippier seharusnya dapat melakukan hat-trick assist jika berjalan sesuai dengan rencana.
3. Lini tengah dan serangan Madrid tidak jelas
Alasan mendasar kekalahan Real Madrid adalah hilangnya kreativitas lapangan tengah mereka melawan Spurs.
Casemiro, Toni Kroos, dan Luka Modric bermain di lapangan tengah sementara Isco bermain terlalu melebar.
Di saat permainan sedang berlangsung, Real yang tak mampu mendobrak pertahanan Spurs, melakukan perombakan formasi menjadi 4-4-2, hasilnya Isco kembali diplot bermain di tengah, hasilnya Ronaldo dan Karim Benzema kembali tak mendapatkan apa-apa.
Casemiro mengalami malam yang buruk. Ia lebih bermain layaknya seorang pelawak ketimbang bermain bola sungguhan. Beberapa kali ia terjatuh ketika menggiring bola dan tak ada yang menariknya kembali.
Permainan Luka Modric tidak maksimal sama sekali di lapangan tengah, sinar Modric tenggelam oleh kecemerlangan Harry Winks yang bermain sangat apik.
Modric bahkan hanya berhasil melakukan satu kali passing pamungkasnya di menit ke 81.
Puncak kejeniusan Winks adalah saat dia menginisiasi serangan balik cepat hingga terciptanya gol ketiga Spurs.
4. Spurs tetap gemilang meskipun Toby Alderweireld cedera
Ketika Pochettino gembira pasca kembali merumputnya Harry Kane dari cedera hamstring, di saat bersamaan dia harus kehilangan salah satu pemain penting lainnya.
Kurang dari 30 menit sebelum pertandingan usai, Toby Alderweireld harus dibangkucadangkan karena didera cedera hamstring.
Ia digantikan Eric Dier yang diplot sebagai bek, sementara Moussa Sissoko bermain di tengah bersama Winks dan Eriksen.
Perubahan skema tetap berjalan dengan baik, praktis tak ada yang berubah sama sekali dari permainan Spurs, justru tekanan semakin kuat diberikan.
Dengan diapit oleh Sachez dan Vertonghen, Dier tampil impresif. Dia memenangkan 100% duel udara dan melakukan 8 kali sapuan yang semuanya itu dilakukan di dalam kotak pinalti.
Hal lain yang mencolok mata dan patut mendapat pujian adalah Pochettino memainkan 5 pemain nasional Inggris (Winks, Dier, Trippier, Kane, dan Alli) yang mana merupakan jantung permainan Spurs malam itu.
5. Kehilangan Keylor Navas
Saat ini yang paling dibutuhkan Madrid adalah Keylor Navas.
Kiko Casilla tidak mempunyai jam terbang cukup tinggi untuk layak berlaga di pentas internasional sekelas Liga Champions.
Ia baru bermain sebanyak 5 kali semenjak Navas dibangkucadangkan.
Gol pertama harusnya tidak tercipta, karena peluang Kiko untuk menepis umpan silang Trippier sangat besar.
Tapi sayang tak dilakukannya, mungkin dia bingung memutuskan, apakah ditangkap ataukah ditepis?
Barisan pertahanan Madrid sangat tidak menonjol.
Para pemain belakang seperti kehilangan komunikasi satu sama lain, mereka seperti kehilangan komandan yang dapat mengatur dan menjadi mediator komunikasi.
Yang dibutuhkan Madrid saat ini adalah seorang penjaga gawang yang dapat mengatur barisan pertahanan Madrid, seorang penjaga gawang yang punya jam terbang tinggi di pelbagai pentas sepak bola level baik lokal maupun internasional.