7 Pemain Persib Bandung yang Sangat Dicintai Bobotoh
Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung atau yang disingkat Persib adalah klub sepakbola besar yang berisikan materi pemain-pemain dengan kemampuan diatas rata-rata, bahkan berlaber bintang. Tak ayal beragam macam prestasi pun telah diraih oleh tim yang berdiri sejak 14 Maret 1933 itu.
Klub yang berbasis di Bandung, Jawa Barat, ini diketahui memiliki puluhan ribu suporter yang tergabung dalam naungan Viking, Bobotoh, dan Bomber yang tersebar di hampir seluruh penjuru Tanah Air.
Sejak awal karirnya di kancah persepakbolaan Indonesia, Persib Bandung banyak memiliki pemai-pemain berbakat dan berlabel bintang, hal itu tentu saja menjadi magnet sendiri untuk para bobotoh dan viking untuk tetap setia dan selalu mendukung tim yang berjuluk Maung Bandung tersebut berlaga.
Terkait hal tersebut, INDOSPORT merangkum 7 pemain yang sangat dicintai oleh para Bobotoh dan Viking. Berikut ini daftarnya:
1. Vladimir Vujovic
Ketika diperkenalkan sebagai bagian skuat Persib Bandung pada musim 2014, kehadiran Vladimir Vujovic sempat diragukan karena namanya yang masih asing di telinga publik sepak bola Indonesia. Namun, dia menjawab keraguan dengan performa apik sepanjang musim.
Tangguh sebagai benteng pertahanan saat berduet dengan Achmad Jufriyanto sekaligus produktif mencetak gol ketika menyerang menjadikan Vladimir Vujovic sebagai salah satu perekrutan pemain asing terbaik di lini belakang yang pernah dilakukan oleh Persib. Selain kokoh di lini pertahanan, bek jangkung itu punya akurasi umpan yang baik sehingga kerap membuat umpan pengantar gol. Pemain yang mengawali karir pada posisi gelandang itu bahkan kerap menjadi sumber alternatif gol Persib.
Keberhasilan Maung Bandung menjuarai Liga Super Indonesia 2014 dan Piala Presiden 2015 tidak lepas dari ketangguhan pertahanan, khususnya keberadaan Vlado, sapaan Vladimir Vujovic. Bek yang sempat memperkuat timnas Montenegro itu mencetak 6 gol bagi Persib dan berperan besar mengantar Maung Bandung meraih gelar juara LSI 2014. Golnya yang paling monumental dicetak ke gawang Arema Cronus pada babak semifinal. Gol menit ke-83 itu menyamakan kedudukan sekaligus menjadi inspirasi kebangkitan Maung Bandung untuk mengandaskan Singo Edan dan maju ke final.
Vlado menjadi satu-satunya pemain belakang yang mencatatkan namanya dalam 5 besar pencetak gol terbanyak Persib musim 2014 bersama Makan Konate (13 gol), Ferdinand Sinaga (11), Djibril Coulibaly (8), dan Atep (6). Suami dari Natasha Vujovic itu juga adalah stopper pertama Mang Bandung, khususnya pada era Liga Super Indonesia, yang sanggup mencetak gol secara konsisten dalam tiga laga secara beruntun.
Vladimir Vujovic sudah tercatat dalam sejarah Persib sebagai pemain asing pertama yang ikut membawa Persib juara liga, bersama Konate dan Coulibaly. Kendati kerap emosional dan temperamental sehingga acap kali diganjar kartu kuning, Vlado adalah pemain yang selalu tampil habis-habisan demi kemenangan Persib. Wajar jika dia menjadi menjadi salah satu pemain idola di kalangan bobotoh. Vlado selalu menjadi pilihan utama Pelatih Djadjang Nurdjaman. Hanya cedera atau akumulasi kartu kuning yang membuat dia tak jadi pilihan. Kembali diandalkan pada Liga 1 2017, Vladimir Vujovic resmi menjadi pemain impor dengan masa pengabdian terlama untuk Maung Bandung.
2. Michael Essien
Sejarah tergores pada peringatan hari ulang tahun ke-84 Persib Bandung. Bukan trofi juara atau prestasi bergengsi, kado istimewa hadir dalam wujud pemain kelas dunia dengan reputasi cukup mentereng. Tepat pada perayaan hari jadinya, Selasa, 14 Maret 2017, Persib mengumumkan secara resmi perekrutan mantan bintang Chelsea, Michael Essien.
Kehadiran Essien akan tercatat sebagai peristiwa besar dalam sejarah Persib, bahkan sepak bola Indonesia. Michael Essien bukanlah pemain dengan rekam jejak sembarangan. Eks pemain internasional Ghana itu datang membawa riwayat karir mentereng sebagai peraih dua gelar juara Ligue 1 Prancis bersama Lyon, dua gelar Liga Premier Inggris plus empat trofi juara Piala FA dalam delapan musim pengabdiannya untuk Chelsea.
Bersama The Blues juga, Essien pernah merajai Benua Biru dengan menjuarai Liga Champions Eropa lima tahun silam. Essien juga sempat menjadi tumpuan tim nasional Ghana dan tampil dalam dua edisi Piala Dunia.
Deretan anugerah penghargaan individu melengkapi jejaknya, seperti pemain terbaik Ligue 1 2005, Afrika 2006, Chelsea 2007, hingga Ghana 2008. Maka bisa dipastikan, Essien adalah perekrutan paling fenomenal dalam sejarah sepak bola Indonesia setelah pahlawan Piala Dunia Argentina Mario Kempes dan bintang legendaris Kamerun Roger Milla direkrut Pelita Jaya pada 1990-an.
Bedanya, Essien datang dalam usia yang masih cukup produktif, yakni 34 tahun, sementara Milla dan Kempes merumput di Indonesia ketika usia mereka sudah melewati 40 tahun.
Dengan prestasi internasional dan usia yang masih produktif, mahar yang disodorkan Persib untuk memakai jasa Essien dipastikan tidak murah. Nilai kontrak terakhir Essien bersama mantan klubnya, Panathinaikos berkisar Rp 11,5 miliar per musim meski sumber internal Persib menyebut Essien ditebus dengan bandrol tak lebih dari Rp 10 miliar untuk kontrak semusim.
Berapapun nominalnya, tumpukan uang guna mendapatkan tanda tangan sang megabintang jelas bukan sekadar untuk gaya-gayaan. Tujuan utama Essien didatangkan adalah untuk memperbaiki prestasi Persib Bandung yang sejak 2016 lalu terpuruk tanpa trofi prestisius. Mempertahankan gelar juara Liga Indonesia adalah misi utama skuat Persib setelah diperkuat Essien.
Michael Essien dikenal sebagai pemain multifungsi yang dapat berperan baik sebagai gelandang bertahan, delandang serang, bek tengah, hingga bek sayap. Ketika Chelsea berada di bawah kepemimpinan Mourinho pada musim 2005-2006, Essien beberapa kali pernah ditugaskan sebagai bek sayap kanan dan bek tengah.
Di Persib Bandung, pemain terbaik Ghana tahun 2008 itu diproyeksikan mengisi peran yang pada musim 2014 dijalankan dengan baik oleh Makan Konate, yakni gelandang serang.
3. Kim Jeffrey Kurniawan
KIM bergabung dengan tim Persib setelah diboyong Pelatih Dejan Antonic dari Pelita Bandung Raya sebelum bergulirnya kompetisi Indonesian Soccer Championship 2016. Kim adalah pemain yang lahir di Jerman merupakan salah satu pemain yang dinaturalisasi oleh PSSI.
Kim mempunyai garis keturunan Tionghoa-Indonesia dari sang Ayah. Kakeknya, Kwee Hong Sing tercatat pernah membela Tim Nasional Indonesia di era 1950-an.
Kim merupakan adik ipar pesepakbola Bali United Irfan Bachdim (kakaknya adalah Jennifer Bachdim). Kim dinaturalisasi oleh PSSI selain Cristian Gonzáles pada periode pertama 2010. Di Jerman, Kim memperkuat FC 07 Heidelsheim.
Menariknya, saat terjadi kevakuman kompetisi, Kim sempat menjajal bermain futsal dan bergabung bersama Electric Cosmo PLN. Dia pernah direkrut Persema Malang bersama Irfan Bachdim, Kim di Persema Malang atas ajakan dari Timo Scheunemann, ketika pelatih Persema ini pulang ke kampung halamannya di Jerman.
Kim digaet Persib dari Pelita Bandung Raya yang diperkuatnya pada 2013-2015. Sebelumnya dia memperkuat Persema Malang pada 2011-2013.
Tak hanya bermain bola, Kim tercatat telah bermain dalam di dua film layar lebar yakni Tendangan dari Langit (2011) dan Aku Cinta Kamu (2014). Mobilitas, stamina, tekel, dan keberanian Kim mencuri bola dari penguasaan lawan menjadi nilai positif di mata Pelatih Persib Djadjang Nurdjaman.
Saat membela Persib, Kim tampil dalam 27 pertandingan di ISC A 2016. Di antara seluruh pemain Persib yang pernah dimainkan, jumlah penampilan Kim hanya kalah dari Tony Sucipto (33 penampilan), Atep (33), Robertino Pugliara (31), Hariono (31), dan Vladimir Vujovic (30). Setelah ditangani pelatih Djadjang Nurdjaman, Kim telah menorehkan empat gol dan menjadi pemain tersubur di skuat Maung Bandung setelah Sergio van Dijk (7 gol) dan Vladimir Vujovic (5 gol).
Sepanjang Indonesian Soccer Championship 2016, Kim berhasil melakukan 72 penyelamatan serta akurasi umpan mencapai 86 persen. Kim pun memiliki tekel sukses sebanyak 65 kali atau peringkat keempat terbanyak diajang Torabika Soccer Championship 2016.
Dalam bermain, Kim memang mengutamakan kengototan dan kreativitas. Selain punya kemampuan mengalirkan bola, juga piawai dalam memutus alur serangan lawan.
4. Raphael Maitimo
Raphael Guillermo Eduardo Maitimo atau yang lebih dikenal dengan Raphael Maitimo merupakan pemain terakhir yang didatangkan manajemen Persib Bandung untuk bergabung dengan Atep dan kawan-kawan di Liga 1 2017.
Sebelum ke Persib, pada tahun 2002-2003 dia pernah bermain di klub sepak bola Feyeenord, Rotterdam, Belanda, sebagai pemain yunior dari klub itu.
Sebagai atlet sepak bola profesional, dia pernah bermain di FC Dordrecht pada tahun 2004–2005, lalu pada tahun 2005–2009 pindah ke SC Feyenoord AV. Sepanjang tahun 2009–2010 dia bermain di Beijing Institute of Technology FC, Tiongkok, sebelum pindah ke klub sepak bola dari Bali, Bali De Vata FC sepanjang tahun 2011–2012.
Setelah menjadi WNI, Maitimo sempat bergabung bersama Mitra Kukar, Sriwijaya FC dan Persija Jakarta. Tak banyak yang mengetahui jika Maitimo telah dianugerahi gelar Sarjana Ekonomi Perdagangan dengan Sports Marketing & Manajemen sebagai minor-nya. Gelar itu didapatnya dari mengikuti program khusus untuk atlet profesional, di Rotterdam University of Applied Sciences.
Raphael Maitimo juga gemar bermain basket. Bahkan di waktu senggangnya, ia menyempatkan diri menyaksikan pertandingan bola basket tim NBL Satria Muda. Selain NBL, Maitimo juga gemar menyaksikan pertandingan liga bola basket NBA. Pemain Timnas Indonesia kelahiran Belanda ini menyebut Chicago Bulls dan Miami Heat sebagai tim-tim favoritnya di NBA.
5. Atep
Jika ada pemain Jawa Barat lulusan akademi sepak bola Persib Bandung yang paling setia membela panji Maung Bandung sampai akhirnya juara Liga Super Indonesia 2014, Atep adalah orangnya. Dia adalah simbol kesetiaan dalam tubuh Persib.
Atep memilih setia berkostum biru demi cita-cita masa kecil sekaligus obsesi besarnya, membawa pulang ke Bandung trofi juara Indonesia yang sudah lama hilang dan cita-cita itu terwujud pada musim 2014.
Bersama Hariono, Atep memanglah pemain aktif yang paling lama membela Persib. Selain punya masa bakti terlama, Atep yang mengenyam pendidikan sepak bola junior di UNI juga bisa dibilang menjadi ikon pesepak bola asli Jabar dan asli binaan akademi sepak bola Persib.
Atep merupakan pemain angkatan pertama era LSI musim 2008/2009 ketika Persib dibesut Jaya Hartono. Dia berkiprah di Persib junior pada periode 2002-2004. Sempat membawa Persib juara Piala Soeratin, Atep tak dilirik Persib senior.
Rival Persib, Persija Jakartalah yang justru mengendus bakat besar Atep dan merekrutnya setelah tampil impresif bersama Persiba Bantul. Performa apik dipamerkan Atep saat berbalut kostum Persija sehingga membuka lebar pintu tim nasional untuknya.
Atep muda tampil bagus di Piala AFF 2008 dan mencetak gol. Performa apik di skuat utama Persija dan tim nasional membuat Persib akhirnya menyadari kualitas "anak hilangnya" itu.
Setelah gagal merekrut Atep pada musim 2007-2008, Persib akhirnya berhasil membawa pulang gelandang sayap yang punya akselerasi dan tebakan kaki kanan terukur itu pada musim 2008-2009 di era Jaya Hartono. Begitu menginjakan kaki di Bandung, Atep pun menegaskan tekadnya untuk membawa kembali trofi juara yang terakhir kali diangkat Persib pada 1994-1995.
Kehadiran Atep disambut hangat oleh para bobotoh, namun bukan berarti dia langsung menjadi pilihan utama. Atep justru lebih banyak duduk di bangku cadangan. Rajin menghangatkan bangku cadangan adalah periode buruk bagi pemain sepak bola. Jika tak sabar dan tak mencintai Persib, Atep bisa saja hengkang karena cukup banyak klub yang mengantre untuk bisa mendapatkan tanda tangannya.
Akan tetapi, dia memilih setia dan yakin kesempatan akan datang. Keinginan membawa Persib juara pula yang memperpanjang kesabaran Atep.
Musim demi musim berlalu dan trofi juara itu tak kunjung datang. Baru pada musim keenamnya membela Persib, kesetiaan pemain kelahiran Cianjur itu berbuah trofi juara yang sudah diidamkan bobotoh selama 19 tahun.
Atep memegang peran vital dalam keberhasilan Persib menjadi juara. Ayah dua orang putri itu selalu dimainkan oleh Djadjang Nurdjaman dalam 28 pertandingan sampai laga final di Stadion Jakabaring Palembang 7 November 2014.
Dia memiliki rekor bagus dan bisa dibilang menjadi jimat keberuntungan bagi Persib pada musim 2014. Soalnya, setiap kali Atep mencetak gol, Persib selalu berakhir menjadi pemenang. Enam gol penting dia buat untuk memuluskan jalan maung Bandung menjadi juara LSI 2014 di Palembang.
Atep merupakan pemain yang tampil konsisten mencetak gol setiap musim. Dia turut berperan mengantarkan Persib juara Piala Presiden 2015. Pada edisi Piala Presiden 2017, Atep bahkan menjadi pencetak gol terbanyak Persib dengan empat gol meski gagal berujung trofi juara.
6. Sergio Van Dijk
Serginho 'Sergio' Van Dijk merupakan salah satu pemain naturalisasi yang berada di Persib Bandung. Sergio mendapatkan status WNI sejak 2012 lalu. Nama Serginho didapatkan ibunya setelah ia sangat mengagumi pemain Brasil pada World Cup 1982, Serginho Chulapa.
Rupanya nasib Sergio van Dijk di kemudian hari pun tak lepas dari dunia si kulit bundar. Kariernya di dunia sepak bola memang terbilang cemerlang. Ia pernah tercatat sebagai pencetak gol terbanyak musim 2010-11 di A-League dan mencatatkan namanya sebagai topskorer paling produktif.
Sergio pertama kali memperkuat Persib Bandung pada ISL 2013. Sergio hanya bertahan satu tahun hingga akhirnya hijrah ke klub Iran Sepahan. Setelah dari Iran, Sergio merantau ke Liga Utama Thailand Suphanburi untuk durasi dua tahun dimulai pada 2014 hingga 2016.
Van Dijk memulai debutnya saat melawan Bangkok Glass FC dan mencetak gol pada menit ke-63 yang berakhir imbang 1-1. Bersama Suphanburi, Van Dijk mencetak 17 gol dari 40 penampilan. Pada musim baru 2016, van Dijk memutuskan untuk kembali berseragam Persib Bandung untuk mengarungi kompetisi Indonesia Soccer Championship A 2016. Makanan kesukaan Sergio van Dijk adalah lotek.
7. Makan Konate
Performa Konate memang sensasional, pemain berusia 23 tahun tersebut tak butuh waktu lama untuk nyetel dengan Persib arahan pelatih Djadjang Nurdjaman. Perannya bukan hanya menghidupkan lini tengah, tapi juga sosoknya kerap membantu pertahanan Maung Bandung.
Konate memulai karier sepakbolanya di Indonesia bersama PSPS Pekanbaru. Kala itu, musim ISL 2013, Mundari Karya menemukan Konate tengah bermain bola di lapangan Senayan bersama para pemain Benua Afrika lainnya yang tak memiliki klub.
Mundari tanpa ragu mengajaknya gabung PSPS, dan ternyata insting Mundari pun tak salah. Persib yang memiliki ambisi mengakhiri puasa gelar selama hampir 20 tahun kepincut dan membajak Konate, yang sebenarnya masih ingin dipertahankan Barito bersama Djibril Coulibaly.
Namun daya pikat Persib tak tertahankan oleh Konate. Dan benar saja, Konate begitu krusial untuk Djanur, sebutan Djadjang, ia selalu dimainkan dalam semua laga dan selalu menjadi starter. Bahkan dalam seluruh laga Persib, ia hanya sekali ditarik keluar, yakni saat pertandingan kontra mantan klubnya Barito. Persib pun menang 3-1 kala itu dan Konate mencetak gol.
Konate pun meraih debut impian bersama Pangeran Biru, ia mencetak gol semata wayang di partai perdana Persib menjamu Sriwijaya FC di Stadion Si Jalak Harupat. Sejak saat itu, Bobotoh (pendukung Persib) tak pernah ragu akan kualitasnya, terlebih ia pun sudah menunjukkan performa apik di turnamen pramusim Inter Island Cup, yang mana Persib mampu mencapai partai final dan akan menghadapi Arema Cronus.
Di partai semi-final ISL 2014, Konate jadi sosok yang tak kenal lelah menjangkau setiap inci lapangan untuk membantu timnya membalikkan keadaan. Usaha kerasnya pun berbuah gol yang memang layak didapatkannya, ia jeli melihat kecerobohan Johan Alfarizi dan merampas bola untuk kemudian mengelabui kiper lawan serta memastikan skor penutup dalam laga yang berakhir dengan skor 3-1 untuk Persib.
Sebelum laga final kontra Persipura Jayapura, Mundari menyebut Konate adalah pemain lengkap disertai dengan perangai yang santun. Ia tak sulit diatur, taat beribadah dan tak ceroboh meski masih belia. Konate bahkan disebut layak menjadi Pemain Terbaik ISL 2014. Namun akhirnya penghargaan tersebut jatuh kepada striker Persib, Ferdinand Sinaga.
Selama membela Persib Bandung, Konate telah mempersembahkan gelar juara ISL tahun 2014. Ia juga diketahui bermain sebanyak 28 kali dan berhasil mencetak 13 gol.