Terakhir dari yang Terakhir: Sederet Kisah Akhir Insan Sepakbola Nasional di 2017
Sepanjang 2017, banyak kisah drama, pilu, menyedihkan, hingga kegembiraan menyelimuti sepakbola nasional. Tidak hanya terjadi di atas lapangan, namun juga tersaji ketika pertandingan telah berakhir.
Bhayangkara FC berhasil keluar sebagai juara Liga 1 2017 setelah unggul head to head dengan Bali United. Konon, berbagai pihak menganggap Serdadu Tridatu, julukan Bali United, sebagai klub yang lebih lebih pantas menyandang predikat jawara.
Kisah manis menghinggapi Paulo Sergio. Pengatur serangan Bhayangkara FC itu terpilih sebagai pemain terbaik Liga 1. Adapun, bek Persija Jakarta, Rezaldi Hehanussa juga dinobatkan sebagai pesepakbola muda terapik di kompetisi kasta teratas Liga Indonesia.
PS TNI dan Perseru Serui sukses mengakhiri 2017 dengan senyum manis. Sempat di ambang degradasi pada sepertiga terakhir kompetisi, kedua klub tersebut berhasil bertahan di Liga 1 untuk musim depan.
Sementara itu, Semen Padang, Persiba Balikpapan, dan Persegres Gresik United harus menerima nasib apes sepanjang 2017. Walau pahit, ketiga tim tersebut terpaksa turun kasta ke Liga 2.
Tidak hanya sederet kisah manis dan pahit, ada pula cerita duka dan kesedihan yang menemani perjalanan kancah persepakbolaan nasional sepanjang 2017. Berikut INDOSPORT menyajikannya kepada pembaca setia:
1. Berpulangnya Achmad Kurniawan dan Choirul Hida
Dua kiper level Tim Nasional (Timnas) Indonesia berpulang di tahun ini. Penjaga gawang Arema FC, Achmad Kurniawan tutup usia pada 10 Januari 2017 lalu di usia yang ke-37.
AK, panggilannya, sempat mengalami koma sejak 30 Desember 2016 dengan dugaan serangan jantung. Setelah mendapat perawatan selama dua belas hari, kakak dari kiper Arema FC, Kurnia Meiga ini mengembuskan nafas yang terakhir.
Selang sembilan bulan kemudian, sepakbola nasional kembali dirundung duka. Kiper Persela Lamongan, Choirul Huda meninggal dunia setelah tertabrak rekannya sendiri di atas lapangan.
Huda tidak sadarkan diri setelah itu. Tidak lama kemudian, penjaga gawang berusia 38 tahun ini menghadap yang maha kuasa usai mengalami peradangan di dada, leher, dan kepala.
2. Sakit Misterius Kurnia Meiga
Sosok Kurnia Meiga tidak kunjung kelihatan sejak pertengahan tahun lalu. Kali terakhir, kiper berusia ini 27 tahun ini menjaga gawang Arema FC saat melawan Barito Putra pada 23 Agustus 2017.
Meiga dikabarkan terkena guna-guna. Bahkan, hingga mengalami kebantahan. Tapi, isu tersebut dibantah oleh sang penjaga gawang.
"Assalamualaikum saya Kurnia Meiga, alhamdulillah kondisi saya baik-baik saja. Saya minta doa dan supportnya aja karena kondisi saya memang lagi drop Mohon support dan doanya ya semuanya, Terima kasih," ujar Meiga medio September lalu.
Sampai dengan sekarang, tidak banyak yang mengetahui kondisi terbaru Meiga. Terlebih, adik dari mendiang Ahmad Kurniawan ini belum bergabung dengan persiapan Arema FC untuk musim depan.
3. Ponaryo Astaman dan Firman Utina Gantung Sepatu
Musim 2017 menjadi tahun terakhir untuk dua bintang Tim Nasional (Timnas) Indonesia di eranya, Ponaryo Astaman dan Firman Utina. Keduanya memilih untuk gantung sepatu tidak lama setelah kompetisi musim lalu berakhir.
Ponaryo menjadikan Borneo FC sebagai klub terakhir pada kariernya sebagai pesepakbola. Adapun Firman, menandai pensiun dirinya dengan trofi juara bersama Bhayangkara FC.
Usai pensiun, keduanya langsung mendapat tawaran melatih. Ponaryo didapuk sebagai arsitek Borneo FC untuk Piala Presiden 2018. Gelandang bertahan berusia 28 tahun ini telah mempunyai lisensi kepelatihan A AFC.
Adapun untuk Firman, lisensi C AFC telah ia kantongi. Setelahnya, mantan pemain Persija Jakarta itu diproyeksikan sebagai asisten Simon McMenemy di Bhayangkara FC.